Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Batu Seharga Rp65 Miliar ternyata Asalnya dari Sini

Muhammad Ghifari A
10/7/2025 20:15
Batu Seharga Rp65 Miliar ternyata Asalnya dari Sini
Berikut batu luar angkasa seharga Rp65 miliar(Doc Sotheby's)

BATU luar angkasa terbesar yang pernah ditemukan di Bumi bisa terjual sampai US$4 juta di lelang Sotheby's yang berlangsung akhir bulan ini.

Meteorit ini, yang diakui sebagai batu asal Mars terbesar yang pernah ada, bernama NWA-16788 dan memiliki berat 24,67 kilogram.

Angka ini sekitar 70 persen lebih berat dibanding meteorit pemegang rekor sebelumnya, Taoudenni 002, yang ditemukan di Mali pada 2021 dengan berat 14,51 kg.

NWA-16788 ditemukan oleh seorang pencari meteorit pada bulan November 2023, di daerah Agadez yang jarang penduduknya di Niger, yang lebih terkenal dengan fosil dinosaurus dibanding meteorit.

Museum Astronomi Shanghai telah mengonfirmasi bahwa batuan ini berasal dari Mars berdasarkan sampel kecil yang dikirim, dan sekarang batu langka ini juga memiliki harga.

"Menunjukkan sedikit pelapukan akibat proses di Bumi, yang berarti bahwa komposisi fisik dan kimianya tetap hampir tidak berubah sejak jatuh di Gurun Sahara," menurut daftar di Sotheby’s.

Dengan kata lain, NWA-16788 kemungkinan merupakan benda baru yang tiba di Bumi, yang baru saja jatuh dari luar angkasa.

Melihat kandungan tinggi dari kaca yang dikenal sebagai maskelynite dan beberapa bagian yang meleleh karena dampak, dapat disimpulkan bahwa batu ini kemungkinan besar terlempar saat sebuah asteroid besar menghantam planet asalnya.

"Terbentuk dari pendinginan perlahan magma Mars dan [ditandai] oleh tekstur berbutir kasar yang sebagian besar terdiri dari piroksen, maskelinit, dan olivin," lanjut Daftar Sotheby’s.

Beberapa ilmuwan meragukan apakah spesimen yang langka ini sebaiknya dijual.

"Akan sangat disayangkan jika benda ini hilang ke dalam simpanan seorang oligarki," ungkap ahli paleontologi Steve Brusatte dari Universitas Edinburgh.

"Benda ini seharusnya ada di museum, di mana bisa dipelajari dan dinikmati oleh anak-anak, keluarga, dan masyarakat umum," sambungnya.

Namun, Julia Cartwright, seorang ilmuwan planet dari Universitas Leicester, memberikan perspektif yang berbeda.

"Minat ilmiah akan tetap ada, dan pemilik baru bisa sangat ingin mengkajinya, jadi kita mungkin masih bisa mendapatkan banyak pengetahuan darinya," pungkasnya.

Sumber: Science Alert



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi
Berita Lainnya