Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
GUNA merawat alam serta menjaga budaya agar tetap lestari, Komunitas Rumahela Raja Isombaon dan Siboru Siakgoina menggelar Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak Rumahela 2025.
Festival dengan tajuk "Hokkop Ma Tanom, Paangur Bona Ni Pinasam" (Rawatlah Bumi Lestarikan Budayamu) ini digelar di halaman Kantor Bupati Samosir, Selasa (2/7). Dijadwalkan akan digelar dari tanggal 1 - 10 Juli 2025 mendatang dengan menggelar berbagai kegiatan bernuansa budaya Batak. Selain menanam pohon, juga melakukan Horja Bolon, torsa-torsa nilai-nilai budaya agar tetap lestari.
Bupati Samosir Vandiko Gultom menyambut baik festival ini dan menyampaikan apresiasi kepada panitia pelaksana festival wisata edukasi leluhur batak, beserta seluruh anggota komunitas Rumahela yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan festival ini.
"Festival ini akan menggelar kegiatan ritual menghormati sang pencipta, kegiatan merawat ciptaannya dengan menanam pohon, melakukan Horja Bolon, Torsa-torsa nilai-nilai budaya yang diwariskan leluhur, yang wajib kita teruskan kepada generasi muda, sehingga kekayaan warisan budaya tetap terjaga dan lestari", kata Vandiko, Selasa (2/7).
Vandiko mengatakan, pada Senin (30/6) lalu, pada rakor persiapan revalidasi Geopark Kaldera Toba, bertempat di kantor Gubernur Sumatera Utara yang dihadiri pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan 7 (tujuh) kabupaten di kawasan Danau Toba, dia menyampaikan bahwa Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak akan dilaksanakan di Kabupaten Samosir untuk menunjukkan keragaman budaya.
"Ada tiga unsur geopark yakni geo diversity (keragaman bebatuan), bio diversity (keragaman flora & fauna) dan culture diversity (keragaman budaya). Penyelenggaraan festival ini merupakan momentum yang tepat dalam mendukung revalidasi Geopark Kaldera Toba", ungkapnya.
Pada kesempatan itu dia meminta kepada seluruh jajaran pemerintah agar juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat Samosir untuk terus mendukung Geopark Kaldera Toba hingga bisa mendapatkan kembali kartu hijau dari UNESCO Global Geopark.
Tak hanya culture diversity, dia juga meminta agar masyarakat juga menjaga geo diversity dan bio diversity.
"Kita harus komit jangan ada lagi melakukan pembakaran hutan dan lahan, karena itu akan merusak lingkungan dan berpengaruh terhadap penilaian validasi", tandasnya.
Pemerintah Kabupaten Samosir lanjut dia secara konsisten melaksanakan kegiatan berupa event, ritus maupun festival yang bertema budaya lokal baik yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Samosir maupun komunitas budaya agar budaya leluhur tidak musnah/hilang melainkan tetap lestari dan diminati oleh masyarakat terutama generasi muda, kaum millenial dan Gen Z agar tidak kehilangan jati diri tapi semakin bangga dengan budayanya.
Berbagai usaha dan upaya juga telah dilakukan bersama segenap pelaku pembangunan mulai dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, saat ini bergandengan tangan, berkolaborasi menyelenggarakan event berskala international dengan memasukkan kegiatan budaya pada side event, menjual paket wisata budaya dengan mengunjungi situs-situs budaya, sehingga wisatawan manca negara maupun nusantara dapat menikmati atraksi seni dan budaya selama kegiatan berskala international berlangsung.
"Pada tahun ini, ada dua event internatioal di Samosir yaitu "Aquabike Jetsky" akan dilaksanakan tanggal 13-17 Agustus 2025 dan "Ultra Trail Du Mont Blanc (UTMB)" akan dilaksanakan tanggal 17-19 Oktober 2025. Kita berharap kedua event international ini turut serta memperkenalkan kekayaan budaya batak ke seluruh dunia", jelasnya.
Dia mengapresiasi Komunitas Rumahela yang terus komit melestarikan dan merawat budaya Batak. Dan kedepan, event ini akan dijadikan sebagai even tahunan oleh Pemkab Samosir dan siap berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Sebelumnya, Pembina Komunitas Rumahela yang juga Anggota Komisi III DPR RI DR. Hinca IP. Panjaitan XIII menyampaikan tentang WELB Rumahela 2025.
"Kami menyadari bahwa perubahan besar selalu dimulai dari kesadaran kecil. Dari sebuah langkah kecil yang menolak lupa, dari sejumput kesadaran untuk tidak menyerah pada arus modernisasi yang melucuti akar budaya, dan dari tekad sederhana untuk menjaga tanah sebagai titipan, bukan warisan untuk dihabiskan", ujarnya.
"FWELB 2025 adalah ruang belajar bersama, tempat kita berhenti sejenak, menengok ke belakang, dan bertanya masihkah kita terhubung dengan tanah yang membentuk jati diri kita.
Hokkopma Tanom, Paangur Bona Ni Pinasam", tambahnya.
Menurutnya, dengan ritual, dialog, dan petualangan edukatifnya, melalui festival ini akan mengajak masyarakat untuk berdamai dengan akar membuktikan bahwa merawat lingkungan bukan kerja terpisah, melainkan denyut yang membuat budaya tetap bertunas di hati generasi mendatang.
"Hamparan Geopark Kaldera Toba dari Uluan Darat Sakti, Pusuk Buhit, Bania Raja, hingga seluruh bentang yang memeluk Tao Toba merupakan taman bumi bagi dunia, secercah “Luat Nauli Mutik ni Surgo”, keindahan surga yang dititipkan di tanah Batak," jelasnya.
Kontemplasi dan harapan torsa dan turi-turian FWELB Rumahela 2025 kata dia sebagai ruang jawab kartu kuning UNESCO kepada Geopark Kaldera Toba.
Geopark, taman bumi adalah wilayah yang menyatukan tiga pilar utama yakni keanekeragaman geologi geodiversity, keragaman hayati biodiversity, dan keragaman budaya cultural diversity. Ketiga unsur ini saling terkait erat, saling menopang, dan tidak dapat dipisahkan. Dengan menjaga geopark berarti menjaga bumi sekaligus memelihara identitas budaya manusia yang hidup diatasnya. Dan ketiga diversity itu sempurna ada di situs Parhutaan Rumahela.
Tahun 2021 sambung dia dunia menyapanya. UNESCO menetapkan Geopark Kaldera Toba sebagai bagian dari surga kecil di bumi Luat Nauli Mutik Ni Surgo. Tetapi dunia juga mengingatkan. Indonesia sempat diberi peringatan. Teguran halus berbentuk “kartu kuning”. Sebab taman surga ini dianggap kurang terawat, kurang dicintai, kurang dijaga.
"Tapi di tengah semua itu, Rumahela tidak ikut mundur. Ia tetap berdiri. Diam, tapi lantang. Tak banyak bicara, tapi setia menjadi bagian dari perjuangan panjang menjaga Kaldera Toba—jauh sebelum pujian dunia datang, sejak Presiden SBY menetapkannya sebagai Geopark Nasional pada 2014", kata Hinca.
Hinca mengajak untuk saling menginspirasi dan membangun kolaborasi yang tulus, sebab merawat bumi dan melestarikan budaya hanya mungkin terwujud dalam kebersamaan yang setia.
"Ini bukan sekedar ikhtiar akan tetapi menjadi panggilan kepada anak muda Batak untuk melestarikan budaya. Kami ingin Bupati Vandiko meneruskan perjuangan ini", kata Hinca Panjaitan. (H-2)
Wakil Bupati Samosir Ariston Tua Sidauruk meminta seluruh stakeholder untuk memberikan pelayanan yang terbaik dalam Idul Fitri 2025, kepada tamu dan wisatawan yang akan berkunjung.
Minimnya fasilitas kebersihan di kawasan wisata Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, menjadi sorotan warga dan pelaku usaha.
Trail of The Kings 2025 yang akan diselenggarakan pada 25-27 April 2025 di Waterfront City, Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara.
Melalui kegiatan ini, Arnod berharap dengan kebiasaan ini prinsipnya yang penting bosur.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir menggelar sosialisasi Penggunaan Dana Bantuan Keuangan Provinsi Sumatera Utara Alokasi Penertiban Keramba Jaring Apung (KJA).
Pemerintah daerah perlu memberikan edukasi kepada masyarakat dan menjalin pendampingan pihak kepolisian dalam penegakan hukum.
STATUS keanggotaan Geopark Kaldera Toba sebagai anggota Unesco terancam dicabut. Hal ini terjadi setelah dua tahun masa pembenahan yang diberikan Unesco dianggap tidak maksimal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved