Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ini Alasan Indonesia Jadi Negara Tertinggi Kedua DBD di Asia, Apa Vaksinasi  Saja Cukup?

Indriyani Astuti
18/6/2025 12:59
Ini Alasan Indonesia Jadi Negara Tertinggi Kedua DBD di Asia, Apa Vaksinasi  Saja Cukup?
ilustrasi(freepik)

SUDAH lebih dari 50 tahun ketika kasus pertama dengue atau demam berdarah dengue (DBD) ditemukan di Indonesia pada 1968.  Namun, dengue masih menjadi  masalah kesehatan utama dan penyakit endemi di Indonesia. Tahun ini, data Kementerian Kesehatan mencatat hingga 16 Mei 2025, ada 56.269 kasus yang tersebar di 456 kabupaten/kota di 34 provinsi. Prof. Dr. Edi Hartoyo,dr,Sp.A Subsp.Inf.P.T (K), dokter spesialis anak mengatakan angka ini menjadikan Indonesia negara endemik dengue dengan kasus dengue tertinggi di Asia. Kematian yang diakibatkan DBD pada 2025 sebanyak 250 kasus yang terjadi di 123 kabupaten/kota di 24 provinsi.  

"Pencegahan dengue sangat penting dilakukan terutama untuk melindungi populasi dengan risiko lebih tinggi terhadap infeksi dengue," kata dia dalam rangkaian peringatan Hari Dengue ASEAN yang jatuh pada tanggal 15 Juni setiap tahun. Hari Dengue ASEAN diperingati oleh negara-negara anggota ASEAN sebagai upaya pengendalian dengue yang meliputi pencegahan dan penanggulangan untuk  menekan angka kejadian dan kematian akibat dengue. 

Kematian pada Anak-anak Tertinggi

Edi menyebut kematian DBD tertinggi terjadi pada anak-anak. Beberapa penelitian, ujarnya,  menunjukkan dengue yang parah dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk usia dengan peningkatan risiko di kalangan anak-anak yang lebih muda.  Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2021-2023, ujarnya, sekitar 73% kasus dengue terjadi pada kelompok umur 5-44 tahun dengan proporsi kematian tertinggi 49% terjadi pada kelompok umur 5-14 tahun. 

"Data global menunjukkan bahwa selama 30 tahun, anak-anak memiliki insiden dengue yang lebih tinggi dan Disability-Adjusted Life Years ," kata dia.

Disability-adjusted life years merupakan tahun-tahun kehidupan yang hilang akibat kematian atau akibat disabilitas yang disebabkan penyakit/DALYs) dari seluruh populasi.  Indonesia merupakan negara dengan beban DALYs tertinggi akibat dengue pada 2021. Oleh karena itu, kata Edi, dibutuhkan pencegahan agar Indonesia dapat terhindar dari risiko dengue parah dan kematian, salah satunya melalui vaksinasi dengue secara mandiri.

"Vaksin dengue adalah salah satu langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan," saran dia.

Pengendalian Vektor Nyamuk Selain Vaksinasi

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat dr. Anggraini Alam, Sp.A. Subsp.Inf.P.T (K) mengatakan untuk memperkuat upaya pencegahan, terutama melalui pengendalian vektor dan pemanfaatan metode yang inovatif seperti Wolbachia dapat diterapkan selain vaksinasi. Anggraini melanjutkan dengue bukanlah penyakit yang bisa dianggap enteng. Sebab, seseorang dapat terinfeksi virus dengue lebih dari sekali, dan infeksi kedua berisiko lebih parah. 

"Karena virus dengue terdiri dari empat serotipe. Jadi, riwayat pernah terjangkit virus dengue tidak membuat seseorang kebal terhadap virusnya," terang dia. 

Oleh karena itu, di dalam Stranas Penanggulangan Dengue, sambungnya, pengendalian vektor menjadi salah satu fokus yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan-gerakan seperti 3M Plus dan 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J). Di sisi lain, yang tidak kalah penting, terangnya, memperkuat sistem imun tubuh terhadap virus dengue.

"Karena kita tidak pernah tahu kapan dan di mana akan terkena gigitan nyamuk,” jelasnya. 

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan pemerintah, tenaga kesehatan, asosiasi medis, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat umum perlu terlibat dalam target nol kematian akibat dengue pada tahun 2030. 

“Perjuangan ini membutuhkan aksi kolektif. Mari mulai dari tiga langkah penting: edukasi diri dan orang sekitar tentang pencegahan dengue, disiplin menjalankan 3M Plus, dan terbuka pada solusi pencegahan yang inovatif. Bersama, kita bisa melindungi lebih banyak nyawa dari ancaman virus dengue,” ucap dia. (H-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya