Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
HINGGA saat ini Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi di ASEAN dalam jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD).
Untuk mengatasi hal itu, selama ini teknik pengasapan atau fogging masih menjadi andalan untuk pengendalian wabah. Namun, hal tersebut dianggap hanya berdampak sesaat.
Saat ini Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) tengah terus mengembangkan teknologi untuk menekan populasi nyamuk secara signifikan melalui teknik serangga mandul (TSM).
Teknik yang dijalankan atas rekomendasi Badan Tenaga Atom Interna-sional tersebut telah dijalan-kan beberapa negara pilot project, yakni Indonesia, Italia, dan Tiongkok, sejak 2005.
"Pengembangan terus kami lakukan. Sejak 2013 beberapa daerah telah menjadi lokasi uji coba penerapan TSM. Di antaranya Salatiga, Banjarnegara, dan Bukit Tinggi," ungkap peneliti TSM, Ali Rahayu, dalam konferensi pers sosialisasi TSM, di Pusdiklat Batan, Jakarta, Senin (7/11).
Ali menjelaskan TSM ialah teknologi yang dilakukan dengan cara menyinari nyamuk jantan dengan radiasi sinar gama.
Nantinya, nyamuk yang telah disinari akan disebar di lokasi sasaran, seperti rumah penduduk.
Nyamuk jantan yang telah mengalami penyinaran tersebut telah mengalami kecacatan DNA sehingga jika mengawini nyamuk betina, nyamuk itu hanya akan menghasilkan telur kosong.
"Jadi, dengan demikian, populasi nyamuk akan dapat berkurang secara signifikan. Proses ini dilakukan dalam waktu yang bervariasi, bergantung pada perkiraan besaran jumlah nyamuk di setiap wilayah. Selama proses harus dilakukan monitoring berkala untuk mengetahui efektivitas TSM melalui penghitungan jumlah kasus DBD salah satunya," ungkap Ali.
Sinar x
Tidak hanya melalui radiasi sinar gama, TSM dapat dilakukan hanya melalui sinar x atau iradiator.
Dengan menyebar nyamuk jantan secara berkala dalam empat kali penyebaran setiap 4 minggu, populasi nyamuk diperkirakan dapat menurun hingga 96,35% dalam kurun waktu yang panjang dan konsisten.
Teknik itu juga lebih efisien dan ekonomis.
"Harga hanya Rp5.000 per 50 nyamuk. Bila populasi telah menurun signifikan, upaya lain dapat turut dilakukan untuk mencegah kembali meningkatnya populasi dengan lebih efektif dan jangka panjang seperti pemberantasan jentik," ungkap Ali.
Di Indonesia, TSM telah dilakukan sejak 2013 di beberapa daerah, seperti Salatiga, Banjarnegara, dan Bukittinggi.
Meski belum ada data pasti, sejak dilakukannya TSM, daerah yang menjadi langganan KLB DBD dan secara rutin melakukan fogging telah terbebas dari KLB tanpa fogging rutin.
Teknik lama
Kepala Batan, Djarot Sulistio, dalam kesempatan yang sama, mengatakan TSM merupakan teknik yang telah lebih dari 50 tahun digunakan banyak negara untuk menekan populasi hama serangga, seperti lalat buah, dan ngengat.
Sebagai negara dengan status KLB DBD yang selalu muncul setiap tahun, Djarot berharap, Indonesia dapat segera menjadikan teknik TSM sebagai pilihan untuk melawan DBD dan ancaman zika secara signifikan dan berjangka panjang.
"Kami terus komunikasikan dengan dinas-dinas di daerah agar semakin banyak yang mau turut menggunakan," ungkap Djarot.
Karena dapat dikembangkan dengan teknologi sinar x, TSM, dikatakan Djarot, sangat memungkinkan untuk dapat turut dikembangkan banyak pihak.
"Kami sedang terus upayakan dan komunikasi dengan pemerintah pusat dan daerah," tutup Djarot. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved