Indonesia Masih Krisis Distribusi Dokter Gigi

M Iqbal Al Machmudi
15/4/2025 19:20
Indonesia Masih Krisis Distribusi Dokter Gigi
Ilustrasi pemeriksaan gigi(MI/AMIRUDDIN ABDULLAH REUBEE)

KETUA Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) drg. Usman Sumantri mengungkapkan sebaran dokter gigi di Indonesia masih menjadi persoalan terutama di daerah-daerah.

"Masalah kekurangan tenaga dokter gigi memang nyata. Saat ini, Indonesia kekurangan lebih dari 10.000 dokter gigi. Dari 32 fakultas kedokteran gigi yang aktif, hanya sekitar 2.650 lulusan dihasilkan per tahun. Bahkan, enam fakultas kedokteran gigi baru belum meluluskan satu pun dokter," kata Usman dalam konferensi pers, Selasa (15/4).

Namun, tantangan terbesarnya bukan hanya jumlah, melainkan distribusi. Banyak daerah terpencil, kepulauan, dan perbatasan tidak memiliki dokter gigi atau fasilitas memadai. Rasio satu dokter gigi umum melayani lebih dari 5.000 penduduk, sementara dokter gigi spesialis bahkan melayani hingga 55.000 penduduk. Kesehatan gigi dan mulut adalah masalah sistemik, kesehatan gigi bukan hanya urusan mulut. Bukti ilmiah semakin kuat menunjukkan keterkaitan erat antara penyakit gigi dan berbagai penyakit sistemik seperti diabetes, penyakit jantung, bahkan kehamilan berisiko. 

"Tingginya angka kejadian masalah gigi yang menempati urutan teratas dalam hasil skrining kesehatan nasional adalah sinyal bahwa sistem pelayanan kesehatan belum sepenuhnya mengintegrasikan dimensi oral dalam pendekatan promotif dan preventif," ujar Usman.

Saat ini sekitar 57,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut, tetapi hanya 10,2% yang mendapatkan perawatan dari tenaga medis gigi. PB PDGI mengajak Kementerian Kesehatan mewujudkan revolusi kesehatan gigi nasional untuk bersama-sama mengakselerasi integrasi dimensi oral health dalam kebijakan kesehatan nasional. Dengan sinergi yang kuat, kesehatan gigi bisa menjadi entry point penguatan layanan primer yang lebih menyeluruh dan berdampak luas. 

"PB PDGI mengusulkan model integrasi yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada skrining, tapi juga pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan literasi kesehatan gigi dan mulut dengan pendekatan berbasis komunitas, bekerja sama dengan kader, perawat gigi, dan bidan," ungkapnya.

Kemudian penugasan strategis dokter gigi pasca-internship di daerah prioritas dengan insentif dan jaminan karier, pemanfaatan teledentistry dan teknologi digital untuk menjangkau masyarakat terpencil secara efisien, hingga menambah kuota dan fasilitas pendidikan dokter gigi spesialis dan Meningkatkan kapasitas pendidikan kedokteran gigi dan mempercepat moratorium pembukaan FKG baru yang sudah dilakukan moratorium oleh pemerintah. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya