Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
AYAT 190-191 dari Surah Ali Imran dalam Al-Quran adalah dua ayat yang sangat istimewa, sering direnungkan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Ayat-ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya, baik di langit maupun di bumi.
Lebih dari sekadar deskripsi alam, ayat ini adalah undangan untuk berpikir kritis, mendalam, dan menghubungkan segala sesuatu dengan Sang Pencipta. Ayat ini juga memberikan gambaran tentang ciri-ciri orang yang berakal, yang senantiasa mengingat Allah dalam segala keadaan.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (Ali Imran: 190). Ayat ini membuka mata kita terhadap keajaiban alam semesta. Penciptaan langit dan bumi bukanlah suatu kebetulan, melainkan sebuah desain yang sempurna dari Allah SWT. Langit dengan segala isinya, bumi dengan segala keanekaragamannya, semuanya diciptakan dengan tujuan dan hikmah yang mendalam.
Langit yang terbentang luas di atas kita bukanlah sekadar ruang kosong. Di dalamnya terdapat bintang-bintang, planet-planet, galaksi-galaksi, dan berbagai benda langit lainnya yang bergerak dengan teratur sesuai dengan hukum-hukum Allah. Keteraturan ini menunjukkan adanya kekuatan dan kebijaksanaan yang Maha Tinggi. Bayangkan jika planet-planet bertabrakan satu sama lain, atau jika bintang-bintang meledak tanpa kendali. Tentu saja, kehidupan di bumi tidak akan mungkin terjadi.
Bumi yang kita pijak ini juga penuh dengan keajaiban. Dari gunung-gunung yang menjulang tinggi hingga lautan yang luas, dari hutan-hutan yang rimbun hingga padang pasir yang tandus, semuanya memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Keanekaragaman hayati di bumi juga merupakan bukti kebesaran Allah. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan hidup berdampingan, saling bergantung satu sama lain dalam sebuah ekosistem yang kompleks.
Pergantian malam dan siang adalah fenomena alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Siang hari memberikan cahaya dan energi bagi tumbuhan untuk berfotosintesis, sementara malam hari memberikan waktu istirahat bagi manusia dan hewan. Pergantian ini juga mempengaruhi suhu, kelembaban, dan berbagai faktor lingkungan lainnya. Tanpa pergantian malam dan siang, kehidupan di bumi akan sangat sulit untuk dipertahankan.
Ayat ini secara eksplisit menyebutkan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah ini hanya dapat dilihat dan dipahami oleh orang yang berakal (ulil albab). Siapakah mereka ini? Ayat berikutnya akan menjelaskan lebih lanjut tentang ciri-ciri orang yang berakal.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran: 191). Ayat ini menjelaskan ciri-ciri orang yang berakal (ulil albab) yang mampu mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi.
Ciri pertama ulil albab adalah senantiasa mengingat Allah (zikrullah) dalam segala keadaan. Baik saat berdiri, duduk, maupun berbaring, hati mereka selalu terhubung dengan Allah. Zikir bukanlah sekadar mengucapkan kalimat-kalimat pujian kepada Allah, tetapi juga menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas dan pikiran. Dengan senantiasa mengingat Allah, seseorang akan terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat, serta akan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam segala hal.
Ciri kedua ulil albab adalah senantiasa memikirkan (tafakur) tentang penciptaan langit dan bumi. Mereka tidak hanya melihat alam semesta sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, tetapi juga merenungkan makna dan hikmah di balik penciptaannya. Mereka bertanya-tanya tentang bagaimana alam semesta ini diciptakan, bagaimana ia berfungsi, dan apa tujuan dari penciptaannya. Dengan berpikir kritis dan mendalam tentang alam semesta, mereka akan semakin menyadari kebesaran dan kekuasaan Allah.
Setelah merenungkan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya, ulil albab mengakui bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu pun dengan sia-sia. Segala sesuatu diciptakan dengan tujuan dan hikmah yang mendalam. Mereka juga menyadari bahwa Allah Maha Suci dari segala kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, mereka memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka, karena mereka menyadari bahwa hanya dengan rahmat dan ampunan Allah mereka dapat selamat dari azab yang pedih.
Ayat 190 dan 191 Surah Ali Imran saling berkaitan erat. Ayat 190 memberikan gambaran tentang keajaiban alam semesta, sementara ayat 191 menjelaskan ciri-ciri orang yang mampu mengambil pelajaran dari keajaiban tersebut. Ayat 190 adalah undangan untuk berpikir kritis dan mendalam tentang alam semesta, sementara ayat 191 adalah panduan tentang bagaimana cara berpikir yang benar dan bagaimana cara menghubungkan pemikiran tersebut dengan keimanan kepada Allah.
Dengan kata lain, ayat 190 adalah objek tafakur, sementara ayat 191 adalah subjek yang melakukan tafakur. Ayat 190 adalah alam semesta yang luas dan penuh dengan misteri, sementara ayat 191 adalah manusia yang berakal yang berusaha untuk memahami misteri tersebut.
Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari ayat 190-191 Surah Ali Imran. Beberapa di antaranya adalah:
Ayat 190-191 Surah Ali Imran dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai cara. Beberapa di antaranya adalah:
Berikut adalah beberapa contoh tafakur yang dapat dilakukan berdasarkan ayat 190-191 Surah Ali Imran:
Ayat 190-191 Surah Ali Imran adalah dua ayat yang sangat istimewa yang mengajak kita untuk merenungkan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Ayat-ayat ini memberikan gambaran tentang ciri-ciri orang yang berakal (ulil albab) yang senantiasa mengingat Allah dalam segala keadaan dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Dengan mengimplementasikan ayat-ayat ini dalam kehidupan sehari-hari, kita akan semakin menyadari kebesaran dan kekuasaan Allah, serta akan semakin termotivasi untuk beribadah kepada-Nya.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Berikut adalah tabel yang membandingkan ciri-ciri ulil albab (orang yang berakal) dengan orang yang lalai:
Ciri-Ciri | Ulil Albab (Orang Berakal) | Orang Lalai |
---|---|---|
Mengingat Allah | Senantiasa mengingat Allah dalam segala keadaan | Lalai dari mengingat Allah |
Memikirkan Ciptaan Allah | Senantiasa memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi | Tidak memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi |
Mengakui Kesempurnaan Allah | Mengakui bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu pun dengan sia-sia | Tidak mengakui kesempurnaan Allah |
Memohon Perlindungan dari Neraka | Memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka | Tidak memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka |
Tindakan | Berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal | Sering melakukan perbuatan dosa dan maksiat |
Tabel ini memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan antara orang yang berakal dan orang yang lalai. Semoga kita semua termasuk golongan orang yang berakal yang senantiasa mengingat Allah dan memikirkan tentang ciptaan-Nya. (Z-10)
Renungkan keajaiban ciptaan Allah! Ali Imran 190-191 ungkap makna mendalam bagi ulul albab. Temukan hikmahnya di sini!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved