Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
NYERI lutut adalah masalah kesehatan yang umum dijumpai pada berbagai usia. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai trauma olahraga, kecelakaan, osteoartritis akibat proses degenerasi atau penuaan, hingga obesitas. Selain menimbulkan rasa tak nyaman, nyeri lutut yang berlangsung lama (kronis) dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup penderita. Penanganan nyeri lutut kronis cukup rumit. Pemberian obat-obatan, terutama obat antiinflamasi nonsteroid, kurang efektif dalam menangani kasus nyeri lutut jangka panjang dan dapat menimbulkan efek samping serius pada saluran cerna, jantung, dan ginjal.
Untuk nyeri yang dipicu penyakit osteoartritis, operasi penggantian sendi lutut menjadi prosedur yang umum dilakukan. Namun, tidak semua pasien mau dan dapat menjalani operasi itu. Menurut dokter spesialis bedah saraf Mahdian Nur Nasution, pakar nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, saat ini ada alternatif baru penanganan nyeri kronis pada lutut yang cukup efektif. Yaitu, prosedur genicular nerve ablation (ablasi atau pemanasan saraf). Terapi yang menggunakan energi radiofrekuensi itu mulai menanjak popularitasnya karena dapat mengatasi nyeri tanpa operasi, dapat dilakukan secara rawat jalan, efek samping minimal, dan pasien dapat cepat kembali beraktivitas setelah prosedur dilakukan.
"Terapi ini cocok untuk penderita radang sendi kronis yang tidak ingin atau tidak dapat dioperasi karena kondisi kesehatan tertentu. Juga efektif untuk meredakan nyeri sebelum dan nyeri yang menetap setelah operasi," ujar Mahdian dalam diskusi kesehatan di Jakarta, bulan lalu. Lebih lanjut ia menjelaskan sendi lutut dipersarafi berbagai cabang saraf yang dikenal dengan saraf genicularis. Saraf-saraf tersebut yang menghantarkan rangsang/impuls nyeri pada lutut ke otak.
“Saraf genicularis terletak di luar sendi sehingga mudah diakses melalui kulit dengan panduan alat ultrasonografi (USG) maupun fluoroskopi. Pembaalan atau ablasi pada saraf genicularis diharapkan dapat menghambat impuls nyeri sehingga penderita terbebas dari rasa nyeri,” paparnya. Prosedur genicular nerve ablation didahului dengan tindakan genicular nerve block, yaitu tindakan pemberian obat anestesi lokal pada cabang-cabang tertentu saraf genicularis. “Tindakan ini bersifat diagnostik, yaitu untuk menentukan apakah tindakan ablasi akan efektif untuk meredakan nyeri pada pasien tersebut. Jika dalam 24 jam setelah penyuntikan obat anestesi lokal terjadi penurunan nyeri hingga lebih dari 50%, barulah dilakukan tahap kedua, yaitu ablasi pada cabang saraf genicular.”
Tahap kedua dilakukan dengan pemberian anestesi lokal, dilanjutkan pemanasan saraf menggunakan alat radiofrekuensi. Setidaknya, terdapat tiga saraf genicular utama yang menjadi target tindakan ablasi, yaitu cabang medialis superior, medialis inferior, dan lateralis superior. "Cabang-cabang ini dipilih karena merupakan cabang saraf utama yang mempersarafi lutut dan letaknya berdampingan dengan periosteum tulang sehingga lokasinya mudah ditentukan. Hal ini meningkatkan angka keberhasilan tindakan."
Mahdian mengungkapkan studi menunjukkan perbaikan nyeri optimal terjadi mulai seminggu setelah prosedur dilakukan dan bertahan selama 12 minggu. Bahkan, sejumlah pasien mengatakan manfaat dapat dirasakan hingga setahun setelah prosedur.
“Tidak hanya efektif, efek samping tindakan ablasi juga sangat jarang ditemui. Tindakan dapat dilakukan secara rawat jalan, pasien dapat kembali bekerja sehari setelahnya,” imbuh Mahdian.
Lebih mudah
Mahdian menambahkan selama ini nyeri lutut kronis sering kali melibatkan terapi panjang dan lama tanpa membuahkan hasil. Tidak jarang pasien dianjurkan untuk menjalani prosedur penyuntikan sendi berulang yang cukup mahal, melibatkan obat-obat golongan steroid dan penambahan cairan sendi. "Untuk mendapatkan hasil yang optimal, penyuntikan itu harus dilakukan tepat pada rongga lutut sehingga dapat dikatakan angka keberhasilannya sangat bergantung kepada keterampilan dokter," ujarnya.
Berbeda dengan tindakan genicular nerve ablation yang dilakukan pada cabang-cabang saraf lutut yang terletak di luar sendi dan tulang. Lokasinya lebih mudah dicapai sehingga memiliki angka keberhasilan yang cukup baik, terutama dengan bantuan ultrasonografi atau fluoroskopi. “Penggunaan ultrasonografi umumnya lebih disukai karena tidak memerlukan ruangan khusus dan tidak menimbulkan risiko radiasi,” ujar Mahdian.
Komplikasi pada prosedur itu jarang ditemui, terutama jika dilakukan dengan bantuan ultrasonografi atau fluoroskopi dan prosedur aseptik (bebas kuman). "Reaksi alergi terhadap obat anestesi mungkin dapat terjadi dan nyeri pascatindakan umum dijumpai, tetapi dapat diatasi dengan pemberian obat antinyeri. Komplikasi berupa parestesia dan kebas pernah ditemukan tapi sangat jarang," pungkasnya. (*/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved