Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
KEINGINAN Elwin Hendrijanto meneruskan master di bidang film musik di Royal College of Music (RCM), London, sempat terkendala. Untuk bisa menimba ilmu di sekolah paling baik di Eropa untuk film scoring itu membutuhkan dana setidaknya 14.500 pound sterling.
Ia pun memutar otaknya untuk mencari beasiswa. Beruntung dua dari 71 lembaga yang diajukannya mencari beasiswa merespons.
"Satu hanya sebesar 140 euro, itu hanya 1% dari kebutuhan saya, tapi kemudian saya bersyukur ada Prince Bernhard Cultural Funds yang membiayai saya secara penuh," kata dia.
Bahkan sebelum berburu beasiswa, Elwin tidak segan bertanya ke beberapa teman. Ternyata para mahasiswa yang sekolah di sana mengombinasikan 4-5 beasiswa sekaligus untuk kuliah.
"Saya sampai terheran-heran, tapi inilah kekuatan doa. Mengapa saya bilang begitu, karena semua orang punya kesempatan yang sama, bahkan dari Indonesia pun saya rasa banyak talenta yang menurut saya layak mendapatkan beasiswa serupa," kata dia.
Elwin juga bersyukur banyak orang membantunya hingga saat ini, termasuk keluarganya di Belanda yang mendukung kehidupannya selama di sana. Juga orangtuanya yang rela melepas anaknya untuk tujuh tahun hidup merantau.
"Itulah yang memotivasi saya, saya dikelilingi orang baik yang membantu saya. Saya tidak ingin mengecewakan mereka. Mimpi saya lainnya, saya hanya ingin membuat musik yang bagus, itu saja," kata dia.
Masa sulit
Elwin mengambil sekotak couscous, pasta mini yang berbentuk butiran yang dikemas dalam dus. "Ini sebagai pengingat masa prihatin saya. Saat itu di masa sulit, saya makan couscous karena nasi sangat mahal," kata dia.
Dia kemudian melanjutkan cerita, pada saat lulus dari RCM, dia dijanjikan untuk berkerja di Universal. Akan tetapi, krisis melanda Eropa. Bagi pemula sepertinya, cukup sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Dia kemudian membuat agensi yang kemudian 'menjual talenta' teman-temannya. Alih-alih dia menawarkan keahlian dirinya, dia justru mencarikan orang lain pekerjaan. Dia cukup hanya menerima komisi.
"Dengan demikian, saya membangun persahabatan dan jaringan yang bagus. Kami berkomitmen untuk saling bantu. Jadi mereka dan saya masih bisa di-utilized hingga saat ini. Akhirnya kan kami jadi punya source yang besar dari Amerika, Jepang, London, dan Belanda."
Setelah melewati masa-masa sulit, teman-teman Elwin yang tersebar di berbagai belahan dunia pun kini mulai muncul dan berkembang. "Itu lucu, saya ingat bagaimana saat kami lapar sama-sama dan sekarang mereka sukses berat!" kata Elwin.(Eno/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved