Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
HARI Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November, menjadi momen untuk menghargai jasa para pendidik yang berperan penting dalam membangun generasi bangsa. Di balik perayaan ini, muncul pertanyaan, apakah jumlah guru di Indonesia sudah mencukupi kebutuhan pendidikan nasional? Berapa jumlah guru saat ini, dan berapa angka ideal yang diperlukan? Berikut ulasan lengkapnya.
Guru adalah salah satu elemen penting dalam sistem pendidikan. Tugas mereka tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga mencakup mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, serta menilai dan mengevaluasi perkembangan peserta didik.
Mengutip data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ajaran 2022/2023, Indonesia memiliki 3,31 juta guru.
Pada 2022, jumlah guru honorer mencapai 704.503 orang. Kemudian, terdapat 141.724 Guru Tidak Tetap (GTT). Jumlah ini mencerminkan keragaman peran dan tugas guru di berbagai jenjang pendidikan di seluruh Indonesia.
Jika dihitung berdasarkan kebutuhan aktual di setiap daerah, Indonesia masih kekurangan sekitar 300.000 guru. Kekurangan ini terutama terjadi di wilayah pelosok dan daerah tertinggal, yang kerap bergantung pada guru honorer atau bahkan tidak memiliki guru tetap sama sekali.
Salah satu cara untuk melihat pemerataan fasilitas pendidikan adalah dengan melihat rasio antara jumlah murid dan guru. Jika rasio ini terlalu tinggi, artinya satu guru menangani terlalu banyak murid, pengawasan dan perhatian terhadap murid akan berkurang. Hal ini bisa berdampak pada menurunnya kualitas pengajaran.
Menurut Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, rasio ideal untuk jenjang SD, SMP, dan SMA adalah satu guru untuk 20 murid. Lalu, untuk jenjang SMK, idealnya satu guru bertanggung jawab atas 15 murid.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun ajaran 2020/2021 menunjukkan rasio antara guru dan murid di SMK adalah 16, yang artinya lebih tinggi dari angka ideal. Untuk jenjang lain, seperti SMA dan SD, rasio guru dan murid mencapai 15, sementara di SMP sedikit lebih rendah, yaitu 14.
Meskipun jumlah rasio guru di Indonesia yang mendekati angka ideal, faktanya profesi guru saat ini kurang diminati generasi muda. Menurut laporan ANTARA, hal ini menimbulkan potensi krisis kekurangan guru di masa depan.
Pada 2022-2023, Indonesia memiliki sekitar 3,3 juta guru di sekolah negeri, tetapi setiap tahun rata-rata 70.000 guru pensiun. Kondisi ini memperburuk kekurangan tenaga pengajar di berbagai daerah.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah melalui Kemendikbudristek telah mengambil langkah-langkah strategis sejak 2021. Salah satunya merekrut 544 ribu guru baru.
Pada 2023, pemerintah menargetkan rekrutmen hingga 600 ribu guru. Namun, usulan penambahan dari pemerintah daerah hanya mencapai 300 ribu guru.
Selain rekrutmen reguler, Kemendikbud ristek juga memperkenalkan inovasi baru berupa platform Ruang Talenta Guru. Platform ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada guru honorer yang telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi agar dapat diangkat menjadi guru tetap.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengatasi krisis kekurangan guru di Indonesia dan memastikan keberlanjutan pendidikan yang berkualitas.
Rasio guru dan murid memang bukan satu-satunya penentu keberhasilan pembelajaran. Adanya keterampilan dan pengalaman dari seorang guru juga sangat penting. Guru yang terampil dan berpengalaman akan mampu mengelola jumlah murid yang banyak dalam satu kelas tanpa mengurangi kualitas pengajaran.
(ANTARA/Badan Pusat statistik Nasional/Kemendikbud/Z-3)
Program ini memberikan banyak peluang agar mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran.
Kemenag Pastikan Tunjangan Guru PAI Non ASN Naik Rp500 Ribu
Perlu penguatan kualitas guru dengan mekanisme yang transparan, sehingga mudah diakses.
PULUHAN ribu guru dan penjaga rumah ibadah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Provinsi Kaltim (Kaltim) pada Rabu (25/6).
Lewat proyek Peta Virtual Wisata Kota Semarang, guru Ayu Kusumadiyastuti ubah pembelajaran teks deskriptif jadi teknologi petualangan.
Kondisi kesejahteraan guru secara umum, saat ini masih terbilang rendah dan belum sebanding dengan pengabdian yang mereka berikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved