Pengamat Sarankan UN Jangan Lagi jadi Penentu Kelulusan

Indriyani Astuti
07/11/2024 08:14
Pengamat Sarankan UN Jangan Lagi jadi Penentu Kelulusan
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (10/7), sudah persiapan masuk sekolah.(Dok.MI)


PENGAMAT pendidikan dari Universitas Mulawarman Samarinda Pror.Susilo mengatakan sebaiknya ujian nasional (UN) jangan lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan siswa. Hal itu ia sampaikan menanggapi langkah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mengkaji ulang penerapan UN.

"Ujian Nasional sebenarnya sudah bagus, terutama dalam konteks mengukur kemampuan literasi dan karakter siswa, namun standarisasi nasional seringkali tidak sejalan dengan kondisi dan kriteria kualitas pendidikan di masing-masing daerah," ujar dia seperti dikutip dari Antara, Kamis (7/11).
  
Susilo mengatakan UN dapat diterapkan, namun tidak boleh menjadi penentu kelulusan siswa secara mutlak. Ia khawatir sistem kelulusan yang kaku  menimbulkan dampak negatif, seperti tekanan psikologis pada anak dan berkembangnya bimbingan belajar (bimbel) yang hanya berorientasi pada kemampuan menjawab soal.
  
"Belajar jangan sampai hanya menjadi mekanis, di mana anak hanya fokus pada menjawab soal ujian," terang dia.
  
Ia juga menyarankan agar formulasi UN difokuskan untuk memetakan kualitas pendidikan secara umum di Indonesia, sehingga dapat diketahui daerah mana saja yang perlu diperbaiki.
  
Hasil pemetaan UN, sambungnya, dapat dikaitkan dengan alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Daerah dengan kualitas pendidikan rendah, misalnya, dapat dikenakan pengurangan dana BOS sebagai bentuk dorongan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
  
"Sanksi semacam ini akan lebih efektif jika ditujukan kepada institusi, bukan perorangan. Dengan begitu, semangat untuk meningkatkan kualitas belajar tetap ada di sekolah," terang Susilo.
  
Adapun soal materi ujian, menurutnya yang tidak hanya berupa pilihan ganda. UN, ujarnya, sebaiknya mencakup portofolio peserta didik, sehingga dapat mengukur kemampuan secara lebih komprehensif.
  
"Tes memang diperlukan, terutama untuk jenjang pendidikan tinggi, tetapi harus diimbangi dengan bentuk penilaian lain. Jangan sampai anak hanya terbiasa dengan mekanisme berpikir untuk menjawab soal ujian," jelasnya.
(Ant/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya