Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Berjuang Melawan Nafsu Makan

Iwan J Kurniawan
10/9/2015 00:00
Berjuang Melawan Nafsu Makan
(MI/ATET DWI)
DI sebuah klinik gigi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998, Wardiman Djojonegoro, tampak segar kembali. Gigi-gigi palsunya sudah rapi kembali karena baru saja selesai dibersihkan dokter langganannya. Lelaki berambut putih 81 tahun itu pun bergegas masuk ke mobil. Ia memang memiliki jadwal rutin untuk mengunjungi klinik tersebut. Baginya, kesehatan gigi penting agar bisa menjaga performa. "Saya rutin loh datang ke sini untuk membersihkan gigi-gigi (palsu)," ujarnya, dua pekan lalu.

Setelah berbincang santai, akhirnya mantan menteri di era Orde Baru itu pun mempersilakan saya untuk ikut menaiki mobilnya. Sepanjang perjalanan dari kawasan Menteng ke rumahnya di kawasan kompleks Gudang Peluru, Tebet, proses wawancara pun berlangsung santai. Wardiman memang lebih akrab. Meski usianya sudah tak semuda lagi, ia masih memiliki ingatan yang tajam. Ia punya rahasia untuk menjaga agar terhindar dari pikun, yaitu membaca dan melakukan aktivitas secara rutin. "Sekarang sudah tak seaktif saat masih usia 50 tahun. Memasuki usia sekarang memang menjadi tantangan. Saya selalu membaca untuk mencari tahu tentang informasi-informasi di masa pensiun," tuturnya, di atas mobil pribadinya.

Sopir pribadinya pun menancap gas melewati jalan raya Ibu Kota. Wardiman sesekali memberikan aba-aba kepada sang pengemudi agar melewati jalanan alternatif untuk menghindari kemacetan yang selalu menjadi pemandangan di Jakarta. "Selalu belajar terus karena bila tidak, maka otak bisa jadi 'pikun'," tuturnya, semringah. Perbincangan semakin menarik. Ia menceritakan masa-masa sulitnya saat pensiun pada 1998. Apalagi, kondisi negara saat itu sedang mengalami perubahan dari era Orde Baru ke Reformasi. Untunglah, Wardiman pun bisa melaluinya.

"Setelah 1998, saya pun merasakan ada sesuatu yang hilang. Pada 2000, barulah saya mencari kegiatan-kegiatan. Misalnya, dua bulan tak ditelepon, maka saya pun mencari. Saya menghubungi teman-teman untuk mencari kesibukan," tutur lulusan S-2 di Universitas Teknik di Aken, Jerman (1962) dan lulus S-3 di Universitas Teknik di Delft, Belanda (1985), itu. Kesibukan yang ia maksudkan, yaitu mengisi seminar di perguruan tinggi atau menjadi pembicara di berbagai acara kebudayaan. Bagi Wardiman, setiap kegiatan di masa sekarang sangat penting untuk menjaga hubungan dengan masyarakat.

Setelah pensiun, ia aktif di berbagai kegiatan sosial dan budaya. Ia menjadi Ketua Yayasan Putri Indonesia serta menjadi Penasihat dan Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). "Saya pun selalu menghadiri kegiatan PGRI di pusat maupun cabang di berbagai pelosok. Rapat-rapat tiap tiga bulanan juga masih saya ikuti," paparnya. Tidak hanya itu, ia juga aktif dalam pengusulan Babad Diponegoro untuk menjadi Memory of the World (MoW) dari UNESCO sehingga telah diterima pada 2013 bersama naskah Negarakertagama.

"Saya juga sering dimintai ceramah di universitas berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Saya diundang dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi maksimal enam kali dalam setahun," tuturnya semangat. Di usia senjanya, Wardiman ingin selalu aktif. Ia pun selalu terlihat pada berbagai kegiatan seni budaya yang sering digelar di berbagai pusat kebudayaan dan museum yang ada di Jakarta. Untuk itulah, ia selalu menjaga kesehatan. Salah satu yang masih menjadi masalah, yaitu upaya Wardiman menurunkan berat badan.

Ia pun berusaha keras agar berat badannya tetap di angka 66 kilogram (kg). Namun, pekan kemarin, ia mengaku sudah naik jadi 68 kg. "Saya mengatur pola makan dengan ketat, menjaga asupan kalori, mengonsumsi jenis sayur-sayuran, melakukan olahraga otak, tidak merokok, dan melakukan olahraga kebugaran," cetusnya. Sayang, undangan untuk menghadiri pesta masih menjadi tantangan. Ia pun selalu lupa saat berada di pesta. "Makanya, makan di pesta yang selalu menggoda. Setiap asupan selalu saya hitung kalorinya. Jangan sampai kelebihan karena bisa membuat berat badan pun naik," sambung lelaki kelahiran Pamekasan, Madura, 22 Juni, itu.

Warisan pendidikan
Kesuksesan sebagai menteri di era Orde Baru, ia klaim sebagai totalitas bekerja. Salah satu yang ia anggap terbaik di masa ia menjadi menteri, yaitu kebijakan yang berisi Link and Match (Keterkaitan dan Kesepadanan) yang saat itu kontroversial. Kebijakan itu ia realisasikan lewat beberapa program, yaitu membuat IKIP diperluas menjadi universitas. Mengelola program wajib belajar sembilan tahun, merenovasi Museum Nasional, meningkatkan kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), kebijakan mendirikan sekolah unggulan di seluruh Indonesia, meningkatkan martabat guru, dan sederet kebijakan lain.

Wardiman memang menjadi salah satu sesepuh yang sangat menikmati hidup. Perbincangan di atas mobil akhirnya sampai di rumahnya di kawasan Gudang Peluru. Ia pun sopan mempersilakan kami masuk ke rumahnya. Melewati ruangan tamu dan ruangan tengah, tampak kolam renang yang dibatasi tembok berkaca. Wardiman pun langsung mengajak untuk melihat ruangan perpustakaan dan koleksi benda seni budaya.

Untuk naik, tamu selalu diajak untuk menggunakan lift. Wardiman paling suka menaiki tangga modern itu karena ia bisa langsung melihat ke luar rumah karena kaca di lift berkaca transparan. Di ruangan perpustakaan, ada ratusan (bahkan ribuan) buku tersusun rapi. Begitu pula karya lukisan tergeletak di sudut tembok. "Saya belum membaca semua buku di sini. Saking banyaknya sehingga saya baca yang penting dan berhubungan dengan kebutuhan. Saya juga pakai tenaga pustakawan untuk mengurus buku-buku ini," cetus ayah empat anak itu. Di usia kepala delapan, Wardiman memang menikmati hidupnya. Sayang urusan berat badan masih menjadi kesulitan. "Kalau udah tua perlu 1000 kalori saja per hari. Saya biasanya kurangi nasi. Namun, saat rasa lapar, saya ngemil. Kini, saya hanya punya tantangan berat, yaitu berjuang melawan nafsu makan," pungkasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya