Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
ANGGOTA Komisi IV DPR Hermanto menilai, upaya Perum Bulog dengan menggelontorkan Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras dan komoditi pangan murah di lokasi-lokasi yang dekat dengan masyarakat, belum terlalu signifikan menurunkan harga.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, terdapat perbedaan data harga, antara yang berasal dari Bulog maupun dari Badan Pangan Nasional (Bapanas). Menurut Bulog, ada tren penurunan harga, tetapi kalau di panel harga pangan milik Bapanas maka ada kecenderungan meningkat.
“Jadi, menurut saya perlu pengaturan tata niaga yang baik, supaya informasi-informasi kenaikan harga yang terpublikasi sekarang ini harus dibenahi supaya tidak terjadi dampak psikologis harga kepada masyarakat,” kata Hermanto saat mengikuti Kunker Tim Komisi IV DPR ke Gudang Bulog Tambak Aji di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/3).
Politisi F-PKS ini menambahkan, penurunan harga beras ini belum terlalu signifikan karena kebutuhan masyarakat itu jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah untuk pengendalian harga itu sendiri. Selain itu, ada juga beras-beras yang bersifat komersil yang datang dari para pelaku pasar.
Baca juga : Jangan Hanya Impor, Legislator Dorong Bulog Tingkatkan Diversifikasi Serapan Varietas Beras Lokal
Kondisi ini juga berdampak kepada daya beli masyarakat yang sekarang ini kian parah di tengah hantaman ekonomi yang semakin sulit, dan menurut Hermanto, jangan ada satu pihak yang bisa mengambil keuntungan terlalu besar, lalu ada pihak lain yang mengalami kerugian yang terlalu besar.
"Kenaikan harga beras sekarang seharusnya juga memberikan dampak yang menguntungkan bagi para petani. Namun, sayangnya kecenderungan kenaikan harga itu umumnya hanya dinikmati oleh para pelaku pasar. Nah tata kelola ini yang harusnya kita benahi, supaya petani itu menikmati keuntungannya,” imbuh Hermanto
Menurut Legislator Dapil Sumbar I ini, ada semacam ambivalensi situasi politik, yaitu antara perkembangan politik yang tidak selaras dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, situasi-situasi ini harus bisa dihindari dari jauh-jauh hari, sehingga masyarakat dalam kondisi yang pasti dalam menghadapi situasi politik dan situasi ekonomi yang juga stabil. Sehingga tidak ada psikologis yang begitu terdampak terhadap situasi politik dan ekonomi.
“Ya ini lagi-lagi kan karena himpitan ekonomi ya, itu yang menyebabkan daya beli masyarakat rendah. Nah, di tengah kondisi sulit ini malahan kebutuhan pokok itu naik, yang tentunya masyarakat semakin kecewa dengan situasi ekonomi ini,” pungkas Hermanto. (S-3)
Justru penyebab signifikan dari terus menurunnya produksi beras adalah terjadinya laju alih fungsi lahan dari pertanian ke nonpertanian yang terus meningkat setiap tahun.
Reptil endemik Indonesia yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) itu telah menetaskan Komodo melalui inkubator sejumlah 29 ekor.
Hal ini untuk menyelesaikan persoalan beras impor yang menggunung, padahal banyak beras hasil varietas unggul lokal yang belum terserap oleh Bulog.
Karena selain populasinya yang semakin sedikit, menjadikan satwa liar sebagai hewan peliharaan juga cukup berbahaya.
Tahun 2024 nanti pemerintah akan mulai melakukan mobilisasi ASN untuk menikmati kawasan tersebut dan berpotensi akan meningkatkan berbagai kebutuhan termasuk pangan.
DIREKTUR Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani mengungkapkan bahwa sejauh ini Bulog telah melakukan penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) melalui berbagai skema.
MENTERI Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan menyatakan bahwa stok cadangan beras pemerintah (CBP) masih dalam angka aman. Sebelummya diberitakan beras premium dan medium mulai langka
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Ruszaeni, menjelaskan angka stunting di Kabupaten Tegal menunjukan trend penurunan meski relatif masih tinggi.
PERUM Bulog melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) tahun 2025 kembali mengarahkan fokusnya pada tiga bidang prioritas.
Peneliti Center of Reform on Economic (CoRE) Eliza Mardian menanggapi penghentian operasional sekitar 30% pengusaha penggilingan kecil di Jawa Tengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved