Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PENDIRI Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail mengatakan bahwa jaringan sosial penting ditelusuri untuk mencegah masuknya pemahaman ideologi radikalisme.
Menurut Noor Huda, jaringan sosial berpengaruh terhadap penanaman ideologi tertentu. Jaringan sosial, kata dia, akan dapat mendefinisikan secara kuat afiliasi seseorang yang diduga terlibat kelompok teror.
"Memang jaringan sosial ini yang perlu kita pahami bersama. Lingkup pertemanan, keluarga, saudara, ataupun sekolah seringkali menjadi awal masuk ideologi radikal," ujarnya seperti dikutip Antara di Jakarta, Rabu (23/8).
Hal itu disampaikan Noor merespons terungkapnya kasus dugaan tindak pidana teroris dengan tersangka DE, Senin (14/8). DE yang dikenal aktif dalam kegiatan di lingkungan rumahnya itu terafiliasi dengan ISIS.
Noor Huda menjelaskan ideologi yang telah tertanam akan bekerja dengan baik apabila seseorang sudah masuk ke dalam jaringan tertentu. Menurutnya, alasan seseorang bergabung dengan kelompok teror adalah karena adanya hubungan kekeluargaan atau pertemanan yang telah terbangun sejak lama.
Pada kasus DE, selain karena adanya jaringan sosial yang kuat, Noor Huda menilai ada keinginan DE untuk memperkuat kehidupannya melalui kajian ilmu agama. Namun, permasalahan yang muncul adalah menimba ilmu agama tersebut dilakukan dengan guru dan jaringan yang salah.
Baca juga: Gunakan Sistem Labelling, Riyadh Aqiqah Pastikan Proses Akikah Sesuai Syariat Islam
Noor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat. Tersangka DE, ujarnya, justru dikenal sebagai pribadi yang ramah di lingkungan tempat tinggal.
"Makanya kalau kita fokusnya ke stereotipe, itu akan sering meleset dalam melakukan deteksi karena memang tidak ada stereotip atau ciri-ciri teroris itu yang seperti apa," ujar akademisi yang juga aktif sebagai pengamat terorisme itu.
Noor Huda kemudian menyoroti kasus tertangkapnya salah seorang anggota Jamaah Islamiyah (JI) di Semarang yang bahkan menjadi Ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya. Anggota JI itu, ucap Noor, membantu masyarakat dengan sukarela mengajar anak-anak.
Menurut dia, kemampuan para anggota jaringan teror makin meningkat untuk semakin berbaur dengan masyarakat.
"Berdasarkan hasil wawancara saya dengan beberapa anggota JI, justru mereka malah menjadi tokoh masyarakat di lingkungan tinggalnya," katanya.
Peraih gelar PhD dari Monash University itu berpesan agar masyarakat jangan melihat penyebab paham radikal dan teror masuk hanya dari satu dimensi. Sejumlah faktor lain mendasari hal itu terjadi, seperti ekonomi, kedekatan emosional, hingga kekeliruan dalam memperdalam ilmu agama.
"Ke depannya diharapkan masing-masing kita bisa lebih teliti dalam berguru untuk memperdalam agama. Jangan hanya mengambil keterangan dari satu guru saja dan harus curiga jika ada kajian-kajian yang isinya menyalahkan atau mengkafirkan orang yang berbeda dengannya, bahkan sampai ada narasi untuk melawan negara dengan pemerintahan yang sah," pungkas Noor. (Ant/I-2)
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
GURU Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Mirra Noor Milla menyatakan Indonesia berhasil menekan aksi terorisme dengan mencatatkan nol serangan dalam dua tahun terakhir.
Insiden mengerikan terjadi saat perayaan kemenangan Liverpool di Liga Premier Inggris. Ketika sebuah mobil menabrak supporter
Jerman enggan mengkritisi Israel karena tanggung jawab sejarah. Namun, ia mengaku tak bisa lagi memahami tujuan Zionis di Gaza.
REMAJA 18 tahun bernama Muammar, ditangkap oleh pihak Datasemen Khusus (Densus) 88 saat sedang membeli air galon, Sabtu (24/5) petang karena diduga terlibat aktivitas terorisme.
MENTERI Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri), Tito Karnavian, menyampaikan pidato kunci dalam forum internasional bertema keamanan global yang diselenggarakan di Doha, Qatar.
Gubernur Khofifah dan BNPT RI berkomitmen tanamkan moderasi beragama sejak dini di sekolah untuk cegah radikalisme. Jatim perkuat sinergi pusat-daerah.
BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Komisi XIII DPR RI terus memperkuat upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.
EKS narapidana terorisme (napiter) Haris Amir Falah mengungkapkan desa sering menjadi sasaran utama kelompok radikal dalam merekrut anggota baru.
Saat ini kita harus mendukung kebijakan pemerintah dalam memperkuat langkah strategis mengatasi radikalisme.
Program berupa pelatihan kewirausahaan berbasis perempuan ini merupakan wujud women empowerement di sisi lingkup yang lebih luas dan berkelompok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved