Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
AWAL tahun mungkin menjadi momen tak terlupakan bagi Ganindra Bimo, seorang aktor, model, presenter, sekaligus pecinta olahraga yang kini juga aktif di sosial media instagram-nya sebagai influencer.
Akibat cedera yang dibiarkan terus-menerus tanpa penanganan tepat, suami dari Andrea Dian ini divonis terkena saraf kejepit pada bagian lehernya.
Meski sempat takut, ia akhirnya memilih Lamina Pain and Spine Center untuk solusi pengobatan saraf kejepitnya.
Pria yang gemar berolahraga ini sebenarnya telah merasakan nyeri di area leher sejak 4-5 tahun lalu dan tidak pernah mengira kalau ini adalah gejala saraf kejepit.
Bimo sempat melakukan fisioterapi dan mengubah pola latihan. Namun, rasa sakitnya semakin tak tertahankan sehingga mengganggu aktivitasnya.
Karena itu, ia memutuskan memeriksakan diri ke Lamina Pain and Spine Center dan langsung berkonsultasi dengan dr Mahdian Nur Nasution, dokter spesialis bedah saraf yang profesional dan berpengalaman.
Setelah menjalani sejumlah pemeriksaan, dokter memberikan diagnosis saraf kejepit di lima titik saraf, namun yang terparah yakni di bagian leher dengan tiga titik jepitan saraf.
Bimo juga mengunggah cerita tentang penyakit itu di instagram miliknya dan menceritakan bagaimana dirinya bisa mengalami saraf kejepit.
“Jadi, gw itu kena HNP servikal grade 2 di 3 level yaitu C2-3, C4-5, C5-6,” kata Bimo dalam salah satu unggahan instagram-nya.
Ia juga mengungkapkan penyakitnya ini terjadi akibat cedera, tetapi dibiarkan saja dan tanpa ada penanganan yang tepat.
“Mungkin kelihatannya gw kaya nggak ngerasain sakit ya, tapi kalau lagi kumat level pain gw bisa sampai di angka 9. Sakitnya itu seperti kejepit, ada kalanya tangan kebas dan punggung kaya kebakar,” tambahnya.
Sebagai dokter yang menangani langsung kondisi Bimo, dr Mahdian menyarankan untuk melakukan tindakan endoskopi CESSYS dari Joimax. Dr Mahdian juga menjelaskan tentang saraf kejepit leher yang ternyata sangat berbahaya jika diabaikan.
Saraf Kejepit Leher dan Penyebabnya
Menurut dr. Mahdian, saraf kejepit leher merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat adanya bantalan tulang atau sendi yang menonjol keluar dan menekan saraf di sekitarnya.
Faktor penyebabnya memang beragam, seperti cedera saat berolahraga, proses penuaan (degeneratif), kebiasaan menunduk saat bermain gadget, ataupun sering mengangkat beban berat dengan tumpuan yang salah.
“Gejala saraf kejepit leher juga bervariasi, seperti rasa nyeri yang menusuk, menjalar sampai ke area bahu dan pergelangan tangan, muncul sensasi kebas dan kesemutan hingga kelemahan otot pada lengan,” ungkap dr Mahdian, melalui keterangannya, Rabu (15/3).
Untuk mengatasi gejala nyeri yang semakin parah, Bimo akhirnya memberanikan diri untuk melakukan prosedur endoskopi Joimax.
Tindakan Minimal Invasif
Seiring berkembangnya teknologi modern di bidang kedokteran, saraf kejepit kini dapat ditangani dengan tindakan minimal invasif tanpa harus melakukan operasi bedah terbuka.
Endoskopi CESSYS Joimax merupakan teknologi mutakhir dari Jerman untuk mengatasi masalah saraf kejepit leher.
Dalam kasus Ganindra Bimo, prosedur ini menggunakan akses posterior (leher belakang) untuk memasukkan alat endoskop ke area saraf yang terjepit, melalui satu sayatan kecil sebesar 7 mm.
Dokter kemudian akan mengambil/membuang tonjolan bantalan tulang yang menekan saraf agar saraf terbebas dari jepitan.
“Teknologi ini memiliki berbagai keunggulan antara lain tanpa operasi, luka sayatan kecil, waktu tindakan relatif singkat, tanpa rawat inap, dan proses penyembuhan lebih cepat,” jelas dr Mahdian.
Bahkan, prosedur CESSYS lebih aman karena tidak merusak banyak jaringan di sekitar saraf dan risiko perdarahan yang minimal.
Setelah prosedur selesai, Bimo merasa sangat senang karena ternyata tindakan ini tidak terlalu menyeramkan seperti yang ia bayangkan.
Dokter juga menyarankan untuk tidak melakukan aktivitas berat selama satu minggu untuk mencegah cedera atau risiko komplikasi pasca tindakan. (RO/S-2)
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Medical Check Up menjadi layanan yang paling diminati di luar negeri, menandakan potensi besar industri kesehatan domestik yang harus dioptimalkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved