ALUNAN gamelan bernada duka mengiringi langkah Putri Prantawati. Anak Prabu Kresna itu sedang merasa jadi orang paling tidak bahagia saat ini. Padahal, tidak lama lagi, hari pernikahannya akan tiba.
Prantawati memang dijodohkan dengan Lesmana Mandrakumara, pangeran dari Astina. Pangeran satu itu memiliki reputasi yang manja luar biasa, bahkan dikenal dengan julukan pangeran idiot. Jelas sang putri tak berkenan dinikahkan dengan lelaki demikian. Ia pun memilih berdoa kepada dewa untuk mendapat solusinya.
Tiba-tiba datang sosok lelaki tampan bernama Bambang Suksma Nglembara. Benih cinta tumbuh di antara keduanya. Bambang berkata, “Aku ini adalah jawaban atas doa-doamu.“
Itu merupakan penggalan adegan dalam pementasan Wayang Jurnalis dengan kisah berjudul Petruk Nagih Janji, di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, kemarin sore. Sebagai catatan, itu merupakan pertunjukan Wayang Jurnalis yang kedua. Oktober tahun lalu, Wayang Jurnalis pertama diadakan setelah keluar hasil pemilihan presiden yang mengingatkan soal karakter pemimpin yang layak, tak tergoda oleh harta, takhta, dan wanita.
Meski bekerja sama dengan Wayang Orang Bharata, 95% pemain merupakan jurnalis dari berbagai media. Tak kurang dari 29 jurnalis beradu peran, mulai reporter hingga pemimpin redaksi.
“Dengan suksesnya Wayang Jurnalis produksi pertama dan hadirnya produksi kedua, saya melihat jurnalis memiliki cinta untuk melestarikan budaya bahkan memiliki potensi sebagai pelaku budaya,“ ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, yang juga berperan sebagai Dewi Kunthi.
Keseruan melakonkan wayang orang juga dirasakan jurnalis Media Indonesia, Dzulfikri Putra Malawi yang memerankan Citraksa.
“Menjadi wayang orang dengan make up dan baju wayang orang itu ada sensasi sendiri. Saya jadi merasa bangga karena hidup di Indonesia,“ katanya. (Hera Khaerani/H-5)