Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Mengenang Jasa Djoenaidi Widjaja Dalam Pengembangan Ilmu Neurofisiologi Klinis

Mediaindonesia.com
17/12/2022 21:13
Mengenang Jasa Djoenaidi Widjaja Dalam Pengembangan Ilmu Neurofisiologi Klinis
Mantan Guru Besar Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Djoenaidi Widjaja(Dok. Pribadi)

INDONESIA kehilangan sosok dokter inspiratif dan sederhana, almarhum Djoenaidi Widjaja berpulang di usia 92 tahun, beberapa waktu yang lalu. Kepergian Djoenaidi Widjaja akan dikenang sepanjang masa oleh dunia kedokteran Indonesia. 

Sosok almarhum dikenal luas sebagai pelopor ilmu neurofisiologi di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Ia menjadi salah satu dokter legendaris yang sangat menguasai ilmu tersebut hingga mendapatkan gelar sebagai ahli neurofisiologi klinis.

Semangat belajar dan mengajarnya sangat tinggi. Ia terus mengasah kemampuan neurofisiologi yang dimilikinya dengan membeli peralatan diagnosis, yakni Electromyography (EMG), Alat medis tercanggih dimasanya yang dibeli langsung dari Belanda. 

EMG adalah teknik mengevaluasi dan merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot rangka (skeletal muscles). Mendeteksi potensi listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot ketika diaktifkan secara elektrik atau neurologis. Sinyal yang dikeluarkannya dapat mendeteksi kelainan. Kemudian, EEG adalah alat merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala yang mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak.

"Pulang dari Belanda membeli alat EMG, untuk dibawa ke Kota Surabaya. Alat itu dipraktekkan bersama sejawat dan mahasiswanya," kata Istri Djoenaidi Widjaja, Trifosa Indrawati.

Anak Kandung Djoenaidi Widjaja, Andi Widjaja mengungkapkan, sosok almarhum Djoenaidi Widjaja juga terkenal tidak pelit ilmu. Di kalangan profesi sejawat, Ia kerap kali membagikan pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan dunia kesehatan. Sebagai senior maupun pengajar kedokteran sudah menjadi kewajiban dirinya untuk memberikan informasi tersebut kepada sesama profesi dokter selama hidupnya.

Setiap kali mendapatkan buku maupun sumber referensi yang valid berkaitan dengan fenomena suatu penyakit pasti akan dibagikan kepada kolega, rekan sejawat, maupun para eks mahasiswa yang pernah diajar oleh beliau. Tujuannya baik, agar mereka dapat mengatasinya ketika berhadapan dengan pasien yang menderita penyakit itu di masa depan.

"Banyak teman maupun dokter yang masih menghubungi ayah saya untuk meminta nasehatnya," kata Andi Widjaja.

Wakil Dekan II FK Unair Hanik Badriyah Hidayati mengatakan, Djoenaidi Widjaja telah menciptakan banyak dokter berkualitas yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Ia menyebarkan dasar-dasar ilmu neurofisiologi kepada banyak muridnya. Sehingga, membuat banyak muridnya memiliki karir yang bagus pada sejumlah lembaga pendidikan hingga fasilitas kesehatan. Hal itu, berkat metode mengajar yang dilakukan semasa dirinya mengabdi sebagai pendidik maupun dokter. 

Baca juga : Layanan Kateterisasi dan Tindakan Minimal Invasif Hadir di RSAB Harapan Kita

Dengan menyumbangkan banyak tenaga dan pikiran setulus hatinya pada sektor pendidikan kedokteran. Rupanya menjadikan sumbangsih yang besar terhadap kesuksesan peserta didiknya ketika menjalani prosesi menjadi dokter setelah lulus. 

"Salah satu guru besar, staf pengajar terbaik, dan seorang pendidik yang telah banyak menyumbangkan tenaga dan pikirannya bagi kita semua," kata Hanik.

Selaku anak didik Djoenaidi, lanjut Hanik, akan selalu mengingat setiap ajaran yang telah diberikan oleh almarhum semasa menjadi pengajar di Unair. Dengan begitu, ilmu yang diberikan oleh beliau dapat dimanfaatkan untuk mengobati seluruh elemen masyarakat dari ancaman penyakit yang mengintai.

"Sumbangsih beliau sangatlah besar bagi Unair, juga dalam dunia pendidikan di Indonesia khususnya di bidang neurofisiologi yang menjadi sub ilmu dari neurologi. Jasa-jasa beliau sangatlah besar," kata Hanik.

Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Siloam Denpasar Bali Thomas Eko Purwata mengungkapkan, almarhum Djoenaidi Widjaja adalah guru sejati yang membimbing muridnya dengan berintegritas. Sehingga, para muridnya memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai dokter di berbagai fasilitas kesehatan maupun pendidikan.

Ketika mendidik calon dokter, dia selalu mendorong muridnya terus belajar berbagai fenomena dalam dunia kedokteran yang berkembang pesat melalui berbagai literatur yang ada. Tak jarang, beliau memberikan referensi buku maupun jurnal ilmiah untuk dipelajari oleh para muridnya.

"Beliau selalu mendorong murid-muridnya untuk terus belajar dan memfasilitasinya," kata Thomas.

Semangat menggelorakan ilmu yang ditinggalkan oleh almarhum Djoenaidi Widjaja kini dilanjutkan oleh anak kandungnya Koemalawati Widjaja dan Biati Widjaja. Keduanya adalah dokter spesialis syaraf yang meneruskan Klinik Neurofisilogi Djoenaidi Widjaja di Jl. Kusuma Bangsa no. 24, Kota Surabaya.

Prof. Dr. Djoenaidi Widjaja, Ph.D dr., Sp.S(K).,Sp.KJ. wafat pada Minggu (27/11/2022) dan penghormatan terakhir dilakukan oleh Unair pada Jumat (9/12). Pada Sabtu (10/12/2022) jenazah Djoenaidi disemayamkan di tempat kelahirannya yakni Desa Kebunan, Sumenep, Jatim. Disanalah Djoenaidi meminta dimakamkan bersama dengan sanak keluarga yang telah wafat. Jabatan yang pernah beliau duduki semasa hidupnya adalah Guru besar Dep/KSM Neurologi Fakultas Kedokteran Unair. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik