NAMA Fedi Nuril, 33, selama ini dikenal sebagai model, aktor, sekaligus pemain musik.
Karakternya sebagai Nino dalam film Mengejar Matahari arahan sutradara Rudi Soedjarwo, termasuk peran Fahri dalam film Ayat-Ayat Cinta, turut melejitkan namanya.
Demikian juga dengan grup musik beraliran electronic rock, Garasi, yang ia gawangi bersama dengan Ayu Ratna dan Aries Budiman.
Kebesaran namanya di dunia film tidak lantas membuat dirinya ingin berkarier di dunia itu.
Dia justru memilih untuk memelihara mimpinya membangun kerajaan musik.
"Sebenarnya target terbesar aku itu di musik, bukan di film. Aku mau bangun kerajaan musik. Mau punya kantor paling besar di Indonesia yang fokus pada audio engineering dan semua hal yang berhubungan dengan suara," ungkap Fedi saat ditemui di Plaza Senayan, Selasa (7/7).
Untuk mewujudkan impian besar di industri musik, Fedi membuat studio musik bernama Hasound Studio yang menawarkan jasa studio untuk produksi musik seperti rekaman, mixing, mastering, movie scoring, atau sound design untuk film, yang bertempat di BSD City, Tangerang.
Menurut dia, sudah waktunya Indonesia menggarap sendiri karya musiknya.
"Sudah waktunya post-production perfilman kita itu dibuat di Indonesia, bukan di luar negeri sebagaimana sering terjadi," jelas pemilik nama asli Fedrian Nuril itu.
Dia sadar betul membangun kerajaan musik seperti impiannya butuh dana besar.
Dia kemudian mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dengan menerima tawaran main film.
"Bermain film itu untuk mengumpulkan pundi-pundi, untuk membangun studio musik yang lebih besar lagi," ungkapnya.
Hindari popularitas Rupanya, tak semua artis senang dengan popularitas yang dimiliki. Fedi justru sengaja melarikan diri ke luar negeri saat film yang dibintanginya melejit.
"Menjadi terkenal, buat saya itu ada sisi positif dan negatifnya. Namun, yang sering saya alami, ada impact besar yang harus saya hindari dari ketenaran itu. Karena buat saya risikonya besar jika saya terus dalam lingkup itu," ungkap dia.
Dua film yang dibintanginya, seperti Ayat-Ayat Cinta dan 5 Cm, sangat meledak di pasaran.
Bukannya senang dan menikmati ketenaran, bintang iklan beberapa produk itu justru semakin tidak nyaman beraktivitas di area publik.
"Hal ini saya lakukan untuk menghindari popularitas. Saya pernah mendapat hal yang tidak enak. Karena saya sering bermain film religi, jadi masyarakat itu menilai kehidupan saya pasti tidak pernah salah. Pernah saat saya nongkrong di kafe, saya langsung di-bully karena saya tidak mencerminkan peran yang saya mainkan," papar Fedi.
Alasan lain, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu ingin memberi kesempatan kepada sesama pemain untuk diwawancarai pewarta.
"Saya enggak mau hanya saya saja yang dikejar. Saya juga mau kasih kesempatan kepada pemain lain," tutup lelaki kelahiran Jakarta, 1 Juli 1982 itu. (Anindya Legia Putri/H-5)