Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PARA pelaku industri event organizer (EO) atau pembuat acara diingatkan mengenai dua hal penting dalam manajemen risiko guna mencegah insiden yang tidak diinginkan di suatu acara yang melibatkan massa. Kedua hal tersebut antara lain antisipasi atas munculnya density alias kepadatan massa serta pergerakan tiba-tiba dalam kelompok massa (<sudden movement).
"Dua hal ini merupakan titik kritis yang bisa membuat acara menjadi tidak kondusif, sehingga perlu diantisipasi oleh seluruh stakeholders acara seperti event organizer, aparat keamanan, dan sebagainya," kata Manager Program Strata Satu Event di Universitas Prasetiya Mulya Hanesman Alkhair.
Untuk mencegah timbulnya density, Hanes menjelaskan para pemangku kepentingan (stakeholders) acara perlu membuat alur pergerakan pengunjung dengan sedemikian rupa. Sebagai contoh pemisahan antrean, penyekatan area penonton di acara festival atau konser musik, dan menempatkan lebih banyak petugas keamanan di titik-titik yang rawan terjadi kepadatan. "Perlu ada pengaturan khusus agar tidak terjadi desak-desakan pada pengunjung," ujarnya.
Risiko sudden movement dalam suatu acara biasanya terjadi ketika ada suatu kejadian yang menarik perhatian khalayak misalnya saat hujan turun atau kericuhan di satu titik. Contoh sudden movement lain saat ada informasi yang menarik perhatian massa dalam jumlah banyak seperti pada kejadian di Itaewon, Korea Selatan, yang membuat sekelompok massa tiba-tiba bergerak setelah mendapatkan informasi ada seorang pesohor di salah satu kafe.
"Pergerakan tiba-tiba itu bisa menimbulkan kepadatan. Dikaitkan dengan karakteristik masyarakat yang perhatiannya cenderung tersedot pada gadget, situasi ini bisa menimbulkan risiko kepanikan ketika terjadi desak-desakan dan dorong-dorongan," kata Hanes. Kondisi tersebut menjadi berbahaya karena massa yang tidak siap akan terimpit dan kesulitan untuk keluar dari situasi itu.
Antusiasme atau animo masyarakat untuk mendatangi acara keramaian merupakan salah satu faktor munculnya berbagai insiden di sejumlah acara. Hal tersebut, menurut dia, terjadi karena setelah hampir dua tahun lebih masyarakat terkungkung pandemi. Dia mengingatkan kebiasaan baru pascapandemi yang membentuk karakteristik massa harus menjadi perhatian para penyelenggara acara. "Situasi pandemi telah membentuk kebiasaan manusia baru yang kemudian membentuk karakteristik massa yang baru pula," ujarnya. (Ant/OL-14)
IVES yang bertemakan "Connecting adapting to elevate" ini akandiselenggarakan secara hybrid selama dua hari pada 16-17 Februari 2023 di Jakarta.
PT Temali Indonesia kini melebarkan sayap dengan event terbarunya, yaitu Indonesia Child and Mother Expo (ICARE) yang akan diadakan pada 1, 2, 3 September 2023 di ICE BSD City.
Penyerahan sedekah senilai Rp113 juta tersebut akan dilangsungkan saat acara buka puasa bersama.
Layanan utama Bahasa Global (BG) adalah penerjemahan baik lisan maupun tulisan yang sangat professional, bersertifikasi dalam berbagai bahasa.
Sebuah penyelenggaraan event itu harus memiliki “Wow Factor”, selain koordinasi yang baik, pelaksanaan event yang well managed untuk menentukan kesuksesan sebuah acara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved