Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEKRETARIS Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti merasa sangat berduka atas wafatnya Prof. Azyumardi Azra. Ia pun berdoa almarhum meninggal dalam husnul hatimah, diampuni dosa-dosanya, dan mendapatkan tempat terbaik di surga.
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Semua kita milik Allah dan akan kembali keharibaan Allah. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kemampuan untuk melanjutkan perjuangan beliau," ujar Abdul Mu'ti dalam keterangan tertulis, Minggu (18/9).
Ia mengaku Prof. Azra ialah guru sekaligus sahabat. Selama kuliah di Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia ikut dua mata kuliah Prof. Azra. Yang sangat berkesan dan tidak akan pernah ia lupakan yaitu peran almarhum sebagai promotor disertasi Pluralitas Keagamaan Dalam Pendidikan: Studi Kasus di Yapen Waropen, Ende, dan Kapuas Hulu. Disertasi tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan yang saya tulis bersama Fajar Riza Ulhaq. Prof. Azra memberi kata pengantar di buku tersebut.
"Walaupun Prof. Azra ialah guru saya, beliau beberapa kali panel dengan saya dalam beberapa kali seminar di dalam dan di luar negeri. Prof. Azra bisa dan menghormati siapa saja yang berdiskusi dengan beliau, meskipun secara usia dan keilmuan jauh lebih muda," ungkapnya.
Pada Jumat (16/9), Abdul Mu'ti meminta Prof. Azra menjadi salah satu narasumber seminar internasional Islamic Education in Pluralistic World yang diselenggarakan oleh prodi S3 Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau berhalangan hadir karena ada acara di Sumatra Barat. Prof. Azra sempat menyarankan seminar diselenggarakan di hari lain menyesuaikan jadwal beliau. Namun karena terkait dengan pembicara dari Amerika Serikat, jadwal seminar tidak bisa digeser.
Jumat siang, ia mendapat kabar Prof. Azra sakit dalam perjalanan dari Jakarta menuju Malaysia. Ia langsung mengontak dan memonitor keadaan Azyumardi lewat sahabatnya Azwiral, aktivis ABIM dan diplomat Malaysia yang pernah bertugas di Jakarta. Prof. Azra berencana memberi ceramah di ABIM.
Sampai tadi malam, di sela-sela memberikan pengajian di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wangon, Banyumas, Abdul Mu'ti masih mengontak Azwiral menanyakan keadaan Prof. Azra. Siang tadi, seusai mengisi pengajian Hari Bermuhammadiyah dan Aisyiah di Ranting Ketileng, Keramat, Kabupaten Tegal, ia mendapat kabar Prof. Azra wafat. "Sungguh sangat mengejutkan. Saya langsung kontak Mas Sonny Zulhuda, ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia. Mas Sonny membenarkan kabar bahwa Prof. Azra wafat," tuturnya.
Meninggalnya Prof. Azra merupakan kehilangan besar bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, umat Islam, dunia pers, dan bangsa Indonesia. Prof. Azra ialah seorang intelektual Muslim yang kritis dan berintegritas tinggi yang selalu menyuarakan kebenaran, membela hak asasi manusia, menegakkan konstitusi, dan pemihakan kebebasan pers serta demokrasi.
"Selamat jalan Prof. Azra. Jasa-jasamu untuk saya pribadi dan bangsa Indonesia sungguh sangat besar. Jasa-jasa itulah yang akan mengantarkanmu ke surga an-Naim. Selamat beristirahat Prof. Azra. Selamat berbahagia di sisi Allah, Tuhan Azza wa Jalla," tutupnya. (OL-14)
Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Malaysia Hermono mengatakan tim dokter menyampaikan Prof Azra belum bisa dipindahkan ke rumah sakit lain sampai kondisinya menjadi lebih stabil.
Usai menjalani oerawatan di rumah sakit di Selangor, Ketua Dewan Pers Prof. Dr. Azyumardi Azra meninggal dunia pada Minggu (18/9) di usia 67 tahun.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan duka cita atas meninggalnya Prof Azyumardi Azra.
Almarhum sebelumnya mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Serdang sejak 16 September 2022 saat ketibaan dari Indonesia.
Pada 2010, Azyumardi memperoleh gelar kehormatan Commander of the Order of British Empire, dari Kerajaan Inggris. Ia menjadi Sir pertama dari Indonesia.
Muhadjir Effendy mengungkapan dua orang meninggal dunia, satu dalam proses evakuasi dan 22 korban luka akibat tabrakan kereta api KA Turangga-commuter line Baraya.
Jumlah korban jiwa kecelakaan KA Turangga (KA Plb 65A) dengan KA Commuterline Bandung Raya (KA 350) yang terkonfirmasi hingga Jumat, (5/1) pukul 15.00 Wib adalah sebanyak 4 orang.
Petugas yang meninggal dunia berasal dari Garut 2 orang, Sukabumi 1 orang, Tasikmalaya 1 orang dan satu orang PPS. Kemudian dua orang KPPS di Kabupaten Bogor.
Petugas tersebut sempat mendapat perawatan setelah kelelahan usai melaksanakan tugas.
SAMPAI Jumat (23/2), sebanyak 514 petugas pengawas pemilu di Jawa Barat mengalami gangguan kesehatan saat bertugas. Dari jumlah itu, 16 di antaranya meninggal dunia.
Mantan Gubernur Jawa Barat Solihin Gautama Purwanegara meninggal dunia saat menjalani perawatan di RS Advent, Bandung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved