Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
MILIA merupakan benjolan kecil berwarna putih yang umumnya tumbuh di bagian wajah, seperti hidung, pipi dan di bawah mata. Milia bisa dialami oleh siapa saja, tetapi paling sering dialami oleh bayi yang baru lahir.
Milia umumnya tidak berbahaya dan tidak perlu diobati karena dapat hilang dengan sendirinya. Namun, pada beberapa kasus, milia dapat cukup mengganggu dan tidak bisa hilang dengan sendirinya. Pada kondisi tersebut perlu dilakukan tindakan untuk menghilangkannya.
Miliaria merupakan ruam kemerahan di kulit yang dapat terasa gatal atau perih. Hal ini berbeda dengan milia. Istilah milia digunakan jika benjolan putih kecil tumbuh secara berkelompok. Bila hanya ada satu benjolan, kondisi ini disebut milium.
Baca juga: Pentingnya Penggunaan 'Sheet Mask' untuk Kulit Wajah
Milia adalah penyakit kulit di mana timbul kelompok bintik-bintik putih kecil. Kondisi ini sering muncul pada hidung dan pipi.
Penyakit kulit milia kerap terjadi pada bayi baru lahir. Milia pada bayi akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Sedangkan pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, biasanya akan hilang dalam jangka waktu lama hingga beberapa bulan.
Penyebab Milia terbentuk ketika sel kulit mati atau protein yang bernama keratin terperangkap di bawah permukaan kulit. Belum diketahui secara pasti mengapa milia tumbuh pada bayi baru lahir. Namun, pada orang dewasa, munculnya milia berkaitan dengan kerusakan di kulit, seperti:
- Luka lepuh akibat kondisi atau penyakit tertentu, seperti epidermolisis bulosa, cicatricial pemphigoid, atau porphyria cutanea tarda
- Luka lepuh akibat paparan tanaman beracun, seperti poison ivy
- Paparan sinar matahari dalam waktu yang lama atau akibat luka bakar
Baca juga: Usai Gunakan Tabir Surya Wajah Perlu Dibasuh, Ini Alasannya
- Penggunaan krim kortikosteroid dalam jangka panjang
- Perawatan kulit dengan prosedur tertentu, seperti dermabrasi atau laser resurfacing
Melakukan eksfoliasi wajah bisa membantu menghambat penyebaran milia. Karena melakukan eksfoliasi bisa membantu membersihkan wajah hingga pori-pori terdalam.
Mengeksfoliasi wajah bisa membantu membersihkan minyak, sisa riasan, debu atau kotoran, mengangkat sel kulit mati, menghilangkan komedo dan mencegah timbulnya jerawat. Cara menghilangkan milia dengan eksfoliasi wajah dapat dilakukan seminggu 2 kali pada malam hari.
Milia dapat diatasi menggunakan pelembap wajah. Pelembap memiliki fungsi untuk mengontrol minyak berlebih, melembabkan kulit, menutrisi kulit wajah dan membantu mencerahkan wajah.
Pelembap yang dapat digunakan untuk menghilangkan dan merawat milia, yaitu pelembap yang memiliki tekstur ringan, mudah menyerap, non comedogenic dan memiliki kandungan hyaluronic acid.
Terakhir, gunakan sunscreen untuk mengatasi munculnya milia di kulit. Gunakan sunscreen mineral atau sunscreen chemical dengan SPF minimal 30.
Sunscreen yang baik digunakan adalah sunscreen yang tidak terlalu banyak mengandung minyak, tidak mengandung alkohol, tidak mengandung parfum, dan non comedogenic, teksturnya berupa krim atau lotion.(OL-5)
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Pameran yang akan berlangsung selama tiga hari, Rabu hingga Jumat, 20–22 Agustus 2025, ini dikurasi secara khusus untuk menampilkan berbagai produk yang mencerminkan tren global.
Pemberian vaksin RSV pada ibu hamil menunjukan penurunan hingga 72% risiko Bayi alami infeksi paru-paru berat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved