Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
INDONESIA dan Jepang memiliki kemiripan dari segi geografis. Salah satunya kondisi kerentanan bencana seperti gempa bumi yang juga sering terjadi di Indonesia karena intensitas pergerakan lempeng tanah yang cenderung sering.
Dikatakan Tim Peneliti Literasi Kebencanaan Kota Bukittinggi, Mukhlis Arifin, dalam hal ini Indonesia bisa belajar dari Jepang untuk melakukan mitigasi bencana guna meminimalisir kerugian dan korban jiwa yang terjadi akibat bencana.
Baca juga: Ekonom: Perusahaan Didorong Berikan BLT kepada Pekerja
“Penanggulangan bencana secara holistik merupakan salah satu kebijakan prioritas di Jepang. Salah satunya dengan pendidikan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Selain adanya pendidikan, pendidikan juga harus menghasilkan. Anak-anak di jepang sudah diberikan pendidikan dasar dalam upaya penanganan bencana," kata Arifin, Minggu (11/9).
Menurut dia, Jepang melakukan penelitian yang cukup serius mengenai aspek-aspek bencana dan bagaimana pengembangan upaya bencana di negara tersebut. Mereka juga memiliki sistem pencegahan bencana yang kuat, proyek konstruksi yang kuat dan diusahakan mampu bertahan ketika terjadi bencana, tindakan medis yang baik, dan sistem informasi dan komunikasi yang kuat.
"Sistem manajemen risiko bencana di Jepang yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat Indonesia dalam menghadapi bencana yang kemungkinan besar bisa terjadi di masa depan," imbuhnya.
Pada tahun 2021, dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB) tercatat 3.018 bencana di Indonesia. Sebagian besar bencana tersebut adalah Hidrometeorologi, merupakan bencana yang diakibatkan oleh adanya parameter meteorologi curah hujan, kelembaban, temperature, dan angin. Sehingga, diperlukan upaya mitigasi bencana untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana.
“Kondisi iklim di Indonesia berada di kepulauan dan dilintasi garis khatulistiwa yang kompleks dan dinamis, berbeda dengan wilayah yang ada di daratan benua. Hal ini membuat faktor iklim dan cuaca yang berubah di Indonesia cukup banyak, contohnya saat ini kita masyarakat di Indonesia sedang mengalami La Nina, yang dipengaruhi oleh suhu muka air laut. Kondisi semakin menghangatnya suhu muka air laut di Indonesia ini menyebabkan kondisi cuaca di Indonesia semakin kompleks,” tandasnya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai, dibutuhkan kolaborasi bersama dengan pihak lain dalam upaya mitigasi bencana di Indonesia. Peran pentahelix akademisi, pemerintah, masyarakat, pihak swasta, dan media diperlukan dalam membangun kolaborasi dalam observasi dan pengamanan sarana prasarana observasi serta penyebarluasan informasi dan mitigasi bencana.
"BMKG sebagai lembaga yang khusus menangani iklim dan cuaca, memberikan beberapa pelayanan dalam upaya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana, seperti sekolah lapangan cuaca dan iklim untuk nelayan dan jambore iklim bagi siswa sekolah," ucap dia. (OL-6)
PELUANG mahasiswa Indonesia untuk bisa berkarier di bidang Konstruksi di Jepang disebut semakin terbuka. Namun, hal itu bisa tercapai dengan persiapan matang yang lebih dulu.
Jepang merupakan destinasi internasional paling diminati, dengan proyeksi kunjungan dari 33% wisatawan Indonesia sepanjang tahun ini.
JEPANG dilanda suhu panas yang berbahaya, yakni lebih dari 40 derajat celsius, selama tiga hari beruntun.
Kabar gembira bagi masyarakat Indonesia yang berencana berlibur ke Jepang. Mulai 17 Agustus 2025, QRIS bisa digunakan di Jepang.
Di tengah gejolak harga dan tekanan global, negara produsen yang mampu menghadirkan kualitas, cerita dan keberlanjutan akan tetap relevan di pasar dunia.
Pemerintah Jepang hingga saat ini masih belum mengakhiri peringatan tsunami imbas gempa Rusia dengan magnitudo 8,8 yang terjadi pada Rabu, 30 Juli 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved