WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan keterlibatan perempuan dalam ruang publik bisa ditingkatkan dengan cara keluar dari stereotipe yang ada selama ini. Dorongan agar kontribusi perempuan semakin banyak pun harus konsisten dilakukan.
"Selama ini perempuan selalu dicitrakan harus menjadi manusia yang sempurna. Untuk meningkatkan perannya dalam setiap kebijakan publik, perempuan harus berani untuk menjadi tidak sempurna dengan memecahkan tembok kaca stereotipe yang mengungkungnya," kata Lestari saat menjadi pembicara kunci dalam webinar bertema Diaspora Global Aceh Revisiting Pahlawan Perempuan Aceh Dalam Kepemimpinan Perempuan, Sabtu (18/6).
Legislator yang karib disapa Rerie ini menyebut keluar dari stereotipe yang selama ini mengukung kaum perempuan itulah, yang menjadi tantangan besar agar keterlibatan perempuan di ruang publik bisa ditingkatkan. Perjuangan perempuan Aceh untuk berkiprah di ruang publik, ujar Rerie, seharusnya bisa lebih baik mengingat peran perempuan Aceh yang mengemuka di masa lalu.
"Sejarah nusantara mencatat perempuan telah menjadi bagian dari perjuangan bangsa Indonesia. Apalagi secara khusus perempuan Aceh memiliki kedaulatan dalam kerajaan Islam antara tahun 1641-1699," ucapnya.
Baca juga: Persentase Perempuan di Legislatif belum Capai Critical Mass
Aceh juga memiliki banyak pahlawan perempuan, antara lain Laksamana Malahayati (1550-1615), Tjut Nyak Dien (1848-1908) dan Cut Nyak Meutia (1870-1910).
Namun, imbuh Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, saat ini perempuan di Indonesia masih berjuang untuk mewujudkan peningkatan keterwakilannya di parlemen menjadi 30%. Berdasarkan data World Bank (2019), Indonesia menduduki peringkat ke-7 se-Asia Tenggara untuk keterwakilan perempuan di parlemen. Diakui Rerie, data tersebut memperlihatkan partisipasi perempuan Indonesia dalam parlemen masih terbilang rendah.
"Berbagai upaya untuk mendorong agar perempuan mampu keluar dari stereotype yang mengukungnya selama ini harus terus diupayakan. Pemberdayaan dari sisi pendidikan dan pengetahuan mampu membuka cakrawala berpikir para perempuan. Masyarakat pun harus konsisten dan upaya-upaya tersebut harus masif dilakukan agar tercipta kemandirian yang sangat berguna untuk meningkatkan peran perempuan di ruang-ruang publik," pungkasnya.(RO/OL-5)