Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Tahun ini, Pusat Kesehatan Haji Indonesia menggunakan sistem Telejamaah untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji. Berdasarkan data real time, Ketua Pusat Kesehatan Haji Indonesia, Budi Silvana menyebut dari total jemaah yang ada di Arab Saudi sebanyak 26.152, ada 4.103 jemaah haji yang sakit rawat jalan.
Budi mengungkapkan ribuan jemaah yang sakit paling banyak menderita hipertensi. Sampai saat ini, Budi mengatakan pihaknya masih terus memonitor kondisi fisik jemaah haji yang telah terdeteksi punya riwayat hipertensi. Sejauh ini, kata Budi, hipertensi yang dialami mereka masih terkontrol sehingga bisa beraktivitas seperti biasa.
“Banyak sekali jemaah kita yang sakit hipertensi. Ini yang terus dimonitor oleh petugas dan lewat Telejamaah itu. Kita mencegah yang hipertensi ini berlanjut jadi hipertensi yang lebih berat. Kedua, batuk pilek. Makanya kita sarankan tetap prokes. Ketiga, diabetes melitus, gula ini kan berbahaya sekali kalau tidak diobatin. Terus myalgia atau pegal-pegal dan dermatitis,” ungkap Budi kepada Media Indonesia, Selasa (14/6).
Dengan sistem Telejamaah, Budi menyebut kondisi kesehatan jemaah haji menjadi dapat dideteksi lebih awal. Ia menuturkan petugas kesehatan yang tersebar di lapangan selalu memantau dan mengecek secara berkala kesehatan jemaah yang sudah maupun belum terdeteksi penyakit. Sehingga dengan dideteksi lebih awal, jemaah haji tidak mengalami sakit yang lebih parah.
“Temuan-temuan di lapangan, banyak jemaah kita yang sakit ketika lagi di masjid, yang pingsan, itu juga dilaporkan sama petugas. Sehingga tahun ini dengan menggunakan teknologi Telejamaah ini secara realtime cukup banyak kasus yang terlaporkan,” imbuh Budi.
Terkait jemaah haji yang meninggal tiga orang, Budi menuturkan semuanya disebabkan cardiovascular atau penyakit jantung. “Iya, karena jantung. Memang yang pertama itu meninggal saat ngantri di imigrasi. Karena kelelahan dan juga ada penyakit komorbidnya sih. Makanya penetapan istithaahnya, ke depan harus kita perketat lagi. Kondisi jemaah yang berat sebaiknya mah tidak usah, bukan tidak usah, sebaiknya dibadalkan saja hajinya. Karena sangat riskan dengan kondisi kesehatan mereka,” jelas Budi.
Saat ini Budi menyampaikan usia jemaah haji yang paling banyak sakit dari rentang usia 60-65 tahun. “Iya sudah masuk kategori lansia. 60 sampai 65an. Usia sih tidak menjamin ya. Sangat tergantung dengan komorbidnya,” tambah dia.
Untuk mencegah naiknya kasus jemaah yang sakit, Budi Silvana berpesan agar jemaah rutin memeriksakan kondisi kesehatan mereka ke petugas serta banyak minum air mineral karena suhu di Arab Saudi sangat panas dan kelembaban udara rendah.
“Jika memiliki komorbid, periksa rutin ke petugas dan teratur minum obat. Gunakan jelejamaah untuk mempermudah. Banyak minum, jangan tunggu haus. Sesuaikan aktifitas dengan kemampuan fisik, tubuh butuh istirahat yang cukup. Dan tetap menjaga prokes selama berhaji,” tandasnya. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved