Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan banyak negara sudah mengurangi genome sequencing pada virus covid-19.
"Sayangnya, sekarang yang terjadi adalah banyak negara telah mengurangi pengujian dan pengurutan genome sequencing pada virus," kata Ketua Peneliti Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr Soumya Swaminathan dalam dialog daring, Minggu (5/6).
Genome sequencing merupakan alat yang digunakan para ilmuwan untuk memvisualisasikan atau menguraikan kode genetik suatu mikroorganisme, apakah itu DNA atau RNA untuk mendapatkan kode genetik lengkap dari organisme tertentu.
Ini adalah alat yang relatif baru, dan semakin sering digunakan dalam kesehatan masyarakat. Genome sequencing dapat mengambil tindakan korektif oleh suatu daerah atau negara.
Padahal virus akan selalu ada dan terus berkembang sehingga risiko yang terjadi bila genome sequencing terhenti maka negara tersebut akan sulit mengetahui varian baru. "Dan kita benar-benar harus dapat melacak apa yang terjadi, apakah vaksin kita masih efektif. Untungnya, mereka masih cukup efektif, tapi kita harus bisa melacaknya," ungkap Soumya.
Dirinya melihat selama pandemi betapa pentingnya atau kritisnya informasi dari pengurutan dari genome sequencing. Padahal, identifikasi awal varian, kemampuan mengkorelasikan setiap varian dengan ciri khasnya yang sangat unik, hingga mampu melacak penyebarannya ke seluruh dunia.
"Ini membantu negara-negara untuk meningkatkan atau menurunkan tindakan kesehatan masyarakat mereka berdasarkan data yang mereka lihat, dan juga untuk mempersiapkan rumah sakit, untuk mempersiapkan fasilitas jika ada lonjakan yang diharapkan," ujanya.
"Genome sequencing bukan hanya untuk covid-19, tetapi untuk semua penyakit menular, pengurutan genom itu dapat memberi kita banyak informasi tentang cara melacak, cara mengatasinya, dan meningkatkan respon kesehatan masyarakat kita," pungkasnya. (OL-12)