PADA sekitar Juni lima tahun silam (2011), Jalal, remaja lulusan SMAN 1 Pati bersepeda dari Pati, Jawa Tengah, ke Depok, Jawa Barat, saat upayanya untuk diterima kuliah di Universitas Indonesia (UI) berhasil. Kini, dia tercatat sebagai mahasiswa tahun akhir Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, UI.
Bukan hanya itu, mahasiswa bernama lengkap Muhammad Zalaludduin Sofan Fitri, bahkan sekarang sudah berkiprah di dunia animasi dan pendidikan dengan menciptakan video animasi yang akan dibagikan untuk guru sebagai alat bantu mengajar visual.
Jalal mendapatkan beasiswa dari Indonesia Bright Foundation (IBF), sebuah yayasan yang didirikan oleh alumni Indonesia yang sempat menikmati Program SIF-ASEAN Fellowship. Program tersebut membantu pelajar Indonesia berbakat untuk mendapatkan pengalaman kuliah di Singapura selama satu semester.
Adapun SIF, singkatan dari Singapore International Foundation, merupakan organisasi bermarkas di Singapura yang bertujuan memupuk hubungan baik antara masyarakat Indonesia dan dunia serta memanfaatkan persahabatan tersebut guna membawa perubahan positif.
Pada 2014 lalu, SIF bekerja sama dengan IBF dan Indonesia Professionals’ Association (IPA) mengadakan kunjungan belajar ke Singapura bagi empat mahasiswa S-1 asal Indonesia, penerima beasiswa IBF.
Dalam keterangan tertulis, Jumat (27/5), disebutkan penerima beasiswa IBF telah melalui seleksi untuk memulai kunjungan belajar perdana ke Singapura mendapatkan kesempatan untuk menjalin jaringan bersama masyarakat Indonesia yang mengenyam pendidikan di institusi-institusi bergengsi di Singapura, berdialog bersama para profesional pendidikan Singapura, dan mengunjungi beberapa pameran dalam rangka hari ulang tahun ke-50 kemerdekaan Singapura.
IPA merupakan organisasi nonprofit yang didirikan pada 2000 dengan misi mempererat jejaring antara para profesional Indonesia di Singapura.
Pada Sabtu (28/5) besok, SIF akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan mitra IBF dan IPA Singapura dalam acara 'SIF Connects!' di Jakarta, untuk menegaskan kembali komitmen mendukung perkembangan pendidikan bagi generasi muda Indonesia lewat jalinan persahabatan antarbudaya, termasuk menyelenggarakan lebih banyak kunjungan belajar pendidikan dan budaya ke Singapura.
"Ibu saya nggak punya uang untuk menyekolahkan saya tinggi-tinggi, tapi saya dimotivasi terus oleh guru SD saya waktu itu untuk terus belajar agar punya masa depan. 'Tuhan tidak tidur' kata ibu guru saya," ujar Aprilia mengenang masa lalu saat diwawancara menjelang acara 'SIFConnects! Jakarta 2016'.
Lia, sapaan akrab Aprilia, ialah salah satu anak desa yang pernah mendapat beasiswa IBF tersebut. Kini, wanita 22 tahun itu sudah lulus dari D3 Politeknik Astra dan bekerja di perusahaan swasta. (RO/OL-5)