Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Menjadi Manusia, Meringankan Beban Lewat Cerita

Nunuy Nurhayati
07/1/2022 06:00
Menjadi Manusia, Meringankan Beban Lewat Cerita
Para narasumber saat diskusi interaktif bertajuk Bersama Menjadi Manusia yang merupakan rangkaian dari kegiatan Daur Hidup Festival(Dok. KUKUH)

‘APA tujuan hidup lo?; Kamu mau ngapain sih dengan hidup lo?; Gue yakin lo punya tujuan di dunia ini, tapi apa?’.

Pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus berseliweran di kepala Rhaka Ghanisatria yang tengah terbaring di ranjang sebuah rumah sakit jiwa di Jakarta. Berhari-hari dirawat di sana, Rhaka kerap dilanda kebingungan tentang arah tujuan hidupnya.

Yang dia tahu, sejak 2016 dokter mendiagnosisnya mengalami attention deficit/hyperactivity disorder  (ADHD). Gangguan mental yang membuatnya susah tidur, sulit berkonsentrasi, dan memaksa otaknya untuk terus berpikir mempertanyakan tentang banyak hal dalam hidup. Rhaka memang rutin mengunjungi psikiater dan minum obat agar bisa sembuh. Namun, obat yang ia konsumsi selama ini tidak cukup manjur menghentikan penderitaannya.

Hingga satu waktu dia menemukan sesuatu yang membuatnya ‘bahagia’, narkoba jenis tembakau gorila. "Sebagai seorang pemikir, ketemu obat yang bikin saya semakin mikir  bikin saya happy. Karena saya merasa otak saya kayak dikasih makan, saya merasa ini jawaban dari segala kebingungan," tutur Rhaka membagikan kisah masa lalunya.

Berawal dari sekadar mencicipi, lama-lama Rhaka terus ketagihan hingga nyaris overdosis. Selama 3 jam tak sadarkan diri, Rhaka harus dilarikan keluarganya ke rumah sakit jiwa.

Selama dua pekan Rhaka menjadi penghuni rumah sakit khusus pasien dengan gangguan mental itu. Pengalaman tersebut menumbuhkan kesadarannya untuk bangkit dari keterpurukan dan mencari makna hidup yang sesungguhnya. Tak cuma fokus pada diri sendiri, Rhaka bertekad membantu orang-orang yang memiliki persoalan serupa, punya masalah kesehatan mental dan problem hidup lainnya.

 

Platform sosial

Dalam perjalanannya, Rhaka yang saat itu sudah menjalani usaha foto studio mulai mengenal konsep bisnis social enterprise sebuah bisnis yang tidak hanya mencari profit, tetapi juga membuat perubahan di sisi kemanusiaan. "Saya melihat kalau berbisnis hanya mengejar keuntungan, saya tidak dapat fulfillment  di situ, saya merasa tidak bahagia," ungkapnya.

Inilah cikal bakal lahirnya Menjadi Manusia yang dibangun Rhaka pada 2018 bersama dua sahabatnya, Adam Alfares Abednego dan Levina Purnamadewi. Ide awalnya adalah membuat suatu media untuk mewadahi orang-orang yang bermasalah atau penyintas agar dapat didengar dan melihat kehidupan mereka dari berbagai sudut pandang.

"Dulu saya mungkin bingung dengan hidup saya dan tidak tahu mau ke mana. Jadi saya membangun Menjadi Manusia untuk orang yang sama bingungnya dengan saya," tutur Rhaka.

Rhaka memilih membuat konten sesuai panggilan jiwanya. "Saya suka banget konten. Saya rasa konten punya power  yang begitu besar untuk memberikan persfektif dan paradigma baru di masyarakat," ujarnya.

Pria berusia 26 tahun ini melihat saat itu belum ada media di Indonesia yang fokus mengupas secara mendalam hal-hal yang irisannya dengan humanisme. Isu-isu semacam itu tipis sekali dan kerap dianggap terlalu sensitif untuk dibicarakan, seperti kesehatan mental, LGBT, agama, dan sebagainya. "Ketika mendengarkan Menjadi Manusia, setidaknya dia mendapat perspektif baru tentang kehidupan," kata Rhaka.

Menjadi Manusia awalnya adalah sebuah platform sosial yang menghadirkan konten seputar problematika kehidupan orang-orang dari bermacam latar sosial. Platform sosial ini dibawakan dengan pendekatan bercerita atau story telling. Pilihan playlist nya beragam, yang bisa dipilih sesuai minat dan kebutuhan, seperti Kontemplasi, Berbagi Perspektif, Surat untuk, Dua Hati, Titik Temu, Tolok Ukur, Tentang Cinta, Tentang Kesehatan Mental, Untuk Ditonton Saat Rindu Ayah, dan Untuk Ditonton Saat Butuh Semangat.

Selain secara audio visual di Youtube, konten Menjadi Manusia juga dapat dinikmati di beragam platform media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, podcast  di Spotify , juga dalam bentuk tulisan di website. Setelah tiga tahun berjalan, Menjadi Manusia terus berkembang menjadi sebuah komunitas yang menghimpun sekitar 5.000 orang.

Sebelum pandemi covid-19, setiap pekan mereka menggelar kegiatan kopi darat, termasuk membuat support group  yang memberikan ruang bagi yang datang untuk mencerikan masalahnya. Kini, kegiatan tersebut dilakukan secara daring. "Jadi konteks ceritanya itu ada yang dalam ranah komunitas dan ranah konten," kata Rakha.

Kisah-kisah yang dihimpun pun saat ini dikemas dalam berbagai output. Menjadi Manusia misalnya sudah menerbitkan buku berjudul Ini untuk Kamu  yang berisi surat-surat dari berbagai narasumber yang ditujukan kepada orang teristimewa di hidup mereka. Yang terbaru ialah film serial Daur Hidup  yang tayang di VisionPlus, TV platform milik MNC Group, sejak 1 Desember 2021.

Daur Hidup  terdiri atas sembilan episode dan melibatkan sederet aktor terkenal, seperti Lukman Sardi, Shreefa Daanish, dan Ben Joshua. Serial itu mengangkat cerita tentang siklus hidup manusia mulai dari lahir, tumbuh, berkembang, rumah, bertamu, berpindah, menetap, dan berkumpul, sampai berpulang. Apa pun kemasannya, Rhaka menegaskan, Menjadi Manusia tetap fokus pada dua tujuan mereka sejak awal. "Pertama, kami ingin orang Indonesia lebih empati. Kedua, kita ingin ketika seseorang punya masalah, dia tidak merasa sendiri," tuturnya. (N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya