Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
TRANSFORMASI menuju sistem pendidikan digital harus disertai dengan kesiapan dari sisi kebijakan, sumber daya manusia (SDM) pelaksananya serta konten bahan ajar yang akan digunakan, untuk menghasilkan generasi yang berdaya saing di masa datang.
"Semua upaya itu harus bertumpu pada bagaimana kita bisa memanfaatkan semua sumber daya yang kita miliki secara maksimal agar kita mampu beradaptasi dengan era digital saat ini," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar Pendidikan Digital bertema Profil Peradaban Digital Menghadapi Disrupsi Pembelajaran Era Digital, yang digelar secara bersama oleh Kementerian Kominfo, APKASI dan Pemda Kabupaten Kudus Jawa Tengah, Jumat (10/12).
Menurut Lestari, yang terjadi saat ini adalah kemampuan memiliki gawai lebih cepat daripada kita melakukan edukasi penggunaan gawai. Akibatnya, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, ancaman hoaks di berbagai sektor pun mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini.
Menurut Rerie, literasi digital dalam pendidikan harus dibarengi dengan literasi perlindungannya. Jadi, ujarnya, bukan hanya pencapaian peningkatan kemampuan keterampilan digital yang diperoleh, tetapi juga aspek tata krama dalam pemanfaatan gawai itu.
Diakui Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, era industri 4.0 saat ini menyebabkan perubahan perilaku orang dalam keseharian yang juga mengubah tatanan di masyarakat. Lebih dari itu, tambahnya, di masa pandemi Covid-19 guru dipaksa untuk bisa melakukan pembelajaran jarak jauh di tengah tekanan ekonomi dan tekanan yang lebih berat lagi dalam bentuk kurangnya keterampilan dalam kemampuan pembelajaran digital.
"Untuk menghadapi situasi saat ini para guru harus mampu menjadi pembelajar yang baik dan menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didiknya," ujar Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Daerah Pemilihan II Jawa Tengah itu.
Dalam pola merdeka belajar yang diharapkan oleh pemerintah, Rerie menegaskan, peserta didik diharapkan bisa belajar mandiri, sehingga diperlukan kemampuan setiap guru untuk bisa memberikan pemahaman terhadap suatu hal yang sedang dipelajari siswa. Dengan menerapkan pola tersebut, ujar Rerie, diharapkan hasil dari pengajaran bukan hanya mencapai kemampuan akademik semata, tetapi juga memberikan kecakapan dalam sejumlah bidang yang bermanfaat untuk membangun karakter yang kuat dari peserta didik.
Sehingga dalam pengembangan sistem pendidikan digital, menurut Rerie, harus mengacu pada Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 yang mengamanatkan sejumlah hal yaitu, harus ada tolok ukur dalam penerapan sistem pendidikan.
Pada peta jalan itu, ujarnya, kriteria SDM yang ingin dibangun harus berkarakter, berakhlak mulia dan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia serta Pancasila.
Selain itu, harus disusun target-target yang terukur terkait antara lain target angka partisipasi untuk pendidikan dasar, menengah, serta pendidikan tinggi dan hasil belajar yang berkualitas. Lebih lanjut, tambahnya, untuk mewujudkan sejumlah target itu perbaikan kualitas guru, perbaikan kurikulum maupun infrastruktur sekolah, dan mewujudkan distribusi pendidikan yang inklusif dan merata harus dilakukan.
Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 juga mengamanatkan agar pemerintah mendorong reformasi pendidikan yang tidak hanya dapat dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Namun juga mendapatkan dukungan dari kementerian lain, masyarakat, pemerintah daerah dan pihak swasta. (OL-8)
Selain dukungan dalam bentuk kebijakan, efektivitas sistem perlindungan perempuan dan anak sangat membutuhkan political will dari para pemangku kepentingan.
MASA pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) siswa baru di beberapa daerah sudah akan dimulai, bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru.
PEMBERDAYAAN penyandang disabilitas perlu terus ditingkatkan untuk mendukung proses pembangunan nasional. Saat ini berbagai tantangan masih kerap dihadapi oleh penyandang disabilitas.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan, upaya pencegahan kasus kekerasan pada anak dan perempuan harus dilakukan oleh semua pihak secara bersama-sama.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Program Lab Komputer Keliling (Lakoling) yang hadir sebagai solusi nyata menjembatani kesenjangan akses teknologi dan literasi digital, khususnya di wilayah 3T.
Kegiatan bertema Socialization and Workshop of IT-Based Good Governance, Machine Learning, and Renewable Energy for Indonesian Migrant Workers, ini digelar selama tiga hari.
Antisipasi dampak negatif globalisasi: pelajari strategi jitu hadapi tantangan ekonomi, sosial, dan budaya. Siap menghadapi perubahan dunia? Klik di sini!
Globalisasi tak terhindarkan? Pelajari cara menangkal dampak negatifnya bagi ekonomi, sosial, & budaya. Tips ampuh untuk Indonesia & bisnismu!
Globalisasi tak terhindarkan, tapi dampak negatifnya bisa dicegah! Pelajari cara cerdas menghadapinya, lindungi budaya lokal, dan raih manfaatnya. Klik sekarang!
LITERASI digital menjadi aspek krusial dalam menghadapi era teknologi informasi yang terus berkembang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved