Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
INDONESIA memiliki ragam tanaman pala yang tersebar di berbagai daerah. Tetapi ada kekurangan dan kelebihan dari anugerah tersebut. Hal itu diungkapkan peneliti Utama Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Kementerian Pertanian Otih Rostiana, Selasa (23/11).
"Di Indonesia, keuntungannya jadi ada banyak pilihan, bisa dipakai untuk rempah bumbu makanan, kosmetik, sampai obat," kata Otih dalam sebuah webinar.
Kekurangannya, tidak semua jenis bisa memiliki kualitas tertinggi. Hal itu berkebalikan dengan kondisi buah pala di negara kepulauan Grenada, yang merupakan pesaing kuat Indonesia di pasar pala. Kualitas pala di Grenada tinggi karena hanya ada satu jenis pala, tidak bervariasi seperti di Indonesia.
Baca juga: Dedi Mulyadi Raih Penghargaan Satyalencana Kebudayaan
Pala hadir di Grenada setelah dibawa Inggris yang pernah menjajah Indonesia. Menurut Otih, zaman kekuasaan Inggris, buah pala disebarkan ke daerah jajahan mereka, termasuk Grenada.
Dia menuturkan, biji dan fuli pala telah menjadi rebutan bangsa asing sejak tahun 1511. VOC menguasai perdagangan rempah di Maluku pada 1600.
Pala Maluku kemudian dibawa dan dikembangkan ke berbagai daerah seperti Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Aceh, Lampung, hingga Jawa Barat.
"Dari Pulau Banda, pala dibawa penjajah ke Jawa Barat, jadi kualitas pala Jawa Barat enggak kalah dengan pala Banda," kata Otih.
Menurut Otih, pada umumnya, pala yang dibudidayakan berasal dari kepulauan Maluku bagian selatan, terutama Ambon dan Banda, karena punya kualitas yang tinggi.
Tidak semua pala bisa cocok dipakai untuk bahan masakan, obat atau kosmetik. Ada juga pala hutan yang hanya cocok sebagai pohon pelindung, bukan dimanfaatkan buahnya.
Di Indonesia, ada lima provinsi yang jadi sentra produksi pala dengan kontribusi kumulatif 86,71% per tahun, yakni Aceh (25,46% per tahun), Maluku Utara (19,89%), Sulawesi Utara (14,79%), Maluku (14,65%), dan Papua Barat (11,93%). (Ant/OL-1)
Biasanya buah pala ini diolah menjadi asinan untuk oleh-oleh wisatawan. Selain itu, buah pala juga bisa diolah menjadi sirup untuk diminum.
“Saya berharap adanya modernisasi dalam produksinya sehingga ekspornya bisa semakin besar,” kata Ma’ruf usai meninjau pabrik pengolahan pala di Fakfak, Papua Barat
Tim BBPPTP Ambon melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit busuk buah basah dan kering pada tanaman pala dengan peninjauan CPCL di tiga lokasi.
"Sektor perkebunan rakyat memerlukan dukungan dari semua pihak terkait, demi bangkit dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi.
Dengan program Pasti, pengembangan perkebunan tak semata-mata mengandalkan penganggaran APBN.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved