Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
YOSEPH Loku dan Albina Abon, pasangan suami istri warga Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, adalah penyandang disabilitas. Mereka menyandang tunadaksa.
Meski demikian, mereka tidak mau larut dengan keterbatasan yang dimiliki. Keduanya menyandang tunadaksa sejak kecil. Namun, dalam menjalani hidup, keduanya tetap bersemangat, termasuk membesarkan keenam anaknya.
Dengan modal keterampilan menjahit, Yoseph dan Albina kemudian menggeluti usaha jahit pakaian. Kini keduanya bisa menyewa salah satu ruangan di Pasar Tingkat Maumere untuk usaha menjahit. Dari usaha menjahit itu, keduanya bisa menyekolahkan enam anak. Saat ini anak sulungnya bersekolah di STFK Ledalero Maumere semester tiga. Adapun kelima anak lainnya masih bersekolah di jenjang SMA hingga SD.
Di tempat usaha mereka, pasutri ini memiliki dua mesin jahit dan satu mesin obras. Yoseph menjelaskan awal mula ia bisa menjahit. Saat itu ia ikut kursus menjahit yang digelar oleh departemen sosial di Kabupaten Sikka pada 1993.
Kemudian, peserta terbaik dalam kursus menjahit itu dikirim ke Makassar, Sulawesi Selatan, untuk belajar menjahit dan pelatihan mandiri. Kebetulan Yoseph terpilih menjadi salah satu peserta terbaik sehingga ia dikirim ke Makassar.
"Kami di Makassar diberikan pelatihan lagi agar bisa mandiri. Kurang lebih tiga tahun saya belajar menjahit di Makassar," ujar Yoseph, 50.
Pada 1996 ia pulang ke Sikka dan bekerja sebagai penjahit di sebuah usaha milik orang lain. Yoseph pun pernah menjadi instruktur menjahit di salah satu badan pelatihan, Karunia Bunda, selama empat tahun.
Selama bekerja dengan orang lain, Yoseph menabung dan hasil tabungannya untuk buka usaha menjahit sendiri. Ia baru bisa membuka usaha sendiri pada 2001 dengan menyewa ruko milik Pemkab Sikka. Ia saat itu baru punya satu mesin jahit dan satu mesin obras.
Membuka usaha menjahit tidaklah mudah. Ia dan istrinya banyak menghadapi tantangan, terutama bersaing dengan para penjahit lainnya.
"Awal-awal saya buka usaha menjahit pertama itu setengah mati karena tidak ada orderan menjahit. Orang-orang lihat fisiknya, bukan hasil kerjanya. Bahkan saya pernah tipu diri. Waktu itu ada pelanggan yang datang mau jahit di tempat saya. Saya takut karena mereka lihat kondisi saya dan lari. Saya bilang ke pelanggan itu bahwa bosnya ada, lagi keluar, saya anak buahnya. Padahal saya ini bosnya. Jadi saya baru tahu image masyarakat itu melihat fisik orangnya, tetapi bukan kualitas kerjaan yang dihasilkan. Lama-kelamaan mereka lihat hasil jahitan saya bagus, dan sampai saat ini image soal fisik itu sudah tidak ada lagi," ungkapnya.
Dari penghasilannya sebagai penjahit, Yoseph dan istrinya bisa membangun rumah dan menyekolahkan keenam anak mereka. Dengan kondisi fisik yang terbatas, Yoseph tidak terganggu, dan bahkan tetap bisa bekerja seperti orang normal.
"Yang merasa saya bangga lagi itu, semua penjahit yang ada di Pasar Tingkat Maumere ini orang-orang normal semua. Cuma saya dengan istri yang difabel. Saya buktikan bahwa kami difabel juga bisa bekerja seperti orang normal. Saya malu itu kalau saya minta-minta. Saya tidak pernah malu dengan kondisi fisik saya ini," papar dia.
Albina Abon, istri Yoseph, malah sudah belajar menjahit sejak kecil. Namun, ia kemudian tidak menjahit lagi karena sibuk merawat keenam anaknya. Ketika anak-anak sudah besar, Albina kembali ke pasar menemani suaminya menjahit. Tunadaksa yang disandang Albina ialah akibat penyakit polio yang menyerangnya saat usia delapan bulan.
Di tengah pandemi, setiap hari selalu ada orderan jahitan. "Bukan karena kasihan dengan kami berdua, tetapi semata-mata menilai karya jahitan yang dihasilkan oleh kami berdua bagus. Kualitas jahitan yang kami utamakan. Jadi, meski memiliki keterbatasan fisik, hasil jahitan kami bagus sehingga banyak warga yang datang order jahitan kepada kami," ungkap Albina. (Gabriel Langga/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved