Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cintai Bahasa yang Kita Miliki

Nike Amalia Sari
28/10/2021 06:00
Cintai Bahasa yang Kita Miliki
Duta Bahasa Nasional 2021, Irfan Taofik dan Florie Aurantia(Dok Duta Bahasa Nasional 2021)

BERANGKAT dari keinginan untuk berkontribusi kepada masyarakat, Duta Bahasa Nasional 2021, Irfan Taofik dan Florie Aurantia, kini ingin menebar semangat Trigatra Bangun Bahasa, yaitu utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.
Kecintaan mereka untuk memperkenalkan budaya Indonesia, termasuk bahasa, sudah ditunjukkan sejak jauh hari. Florie yang merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat di Universitas Indonesia ini menjalankan misi kebudayaan dengan menjadi UI Official Delegation for European Cultural Mission 2019. Sementara itu, Ivan berkesempatan mengajar sebagai guru bahasa Indonesia di sejumlah negara, salah satunya Indonesian Language Assistant at Cobden Technical School, Victoria, Australia, 2020.

Kepada Muda, Florie dan Ivan berbagi cerita perihal perjuangan menjadi Duta Bahasa, mulai level provinsi –mereka mewakili Jawa Barat-- sampai nasional. Keduanya juga membahas isu-isu kebahasaan yang krusial saat ini. Yuk, simak petikan obrolan kami via platform daring, Rabu (27/10).

Selamat atas keberhasilan menjadi Duta Bahasa Nasional 2021. Boleh diceritakan, apa saja tugas yang menanti kalian?

Ivan: Kami akan berkolaborasi dengan teman-teman yang juga sudah menjadi Duta Bahasa Nasional, lalu bermitra dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam menyemarakkan lagi Trigatra Bangun Bahasa dan sikap positif berbahasa di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Kami juga sedang memaksimalkan proker (program kerja) baru yang akan dilaksanakan Balai Bahasa Jawa Barat. Selain menjabat sebagai Duta Bahasa Jawa Barat, kami juga akan mempromosikan proker ini ke nasional.
Florie: Proker konkretnya masih dalam perbincangan, tapi sudah ada beberapa yang kami lakukan selama menjadi duta bahasa di provinsi. Aku dan Ivan membuat aplikasi pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing, namanya Pralapa. Harapannya, ke depan kami bisa mengembangkan Pralapa, dan mungkin ada proker bersama teman-teman provinsi lainnya juga.

Apa yang memotivasi kalian untuk menjadi duta bahasa?
Florie
: Awalnya aku daftar menjadi Duta Bahasa Jawa Barat karena aku kuliah di Ilmu Hubungan Internasional. Aku berpikir bagaimana caranya bisa mengimplementasikan ilmu yang aku punya untuk hal-hal yang praktis dan berkontribusi untuk orang lain. Duta bahasa jadi peluang besar untuk aku bisa mengimplementasikan ilmu seputar diplomasi tersebut bagi pemartabatan bahasa Indonesia di luar negeri. Ini berkaca dari pengalamanku saat ikut misi budaya. Banyak orang di luar tahunya bahasa Indonesia itu bahasanya Bali.
Ivan: Pada 2020, saya menjadi guru BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) di Australia. Sebelumnya, pada 2017, saya juga berkesempatan menjadi guru bahasa Inggris di Filipina. Dari situ, saya ingin ikut serta membantu internasionalisasi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia semakin populer, bahkan sudah dipelajari hampir di 41 negara, juga menjadi bahasa asing populer di media sosial. Jadi, bahasa dengan penutur terbanyak 10 besar di dunia. Maka dari itu, saya membutuhkan wadah untuk passion saya ini, tentunya di Duta Bahasa.

Bagaimana proses seleksi Duta Bahasa Nasional tahun ini?
Florie
: Proses seleksi ini cukup panjang ya prosesnya. Pertama, kita harus membuat Krida, semacam inovasi kebahasaan yang akan kami bawa kalau menjadi Duta Bahasa Nasional. Pralapa ialah Krida kami. Kedua, ada wawancara kebahasaan terkait dengan isu-isu kebahasaan. Lalu, wawancara bahasa asing, minat dan bakat, tes psikologis, wicara publik, penulisan artikel, hingga konten kebahasaan.

 

Apa visi dan misi kalian selama menjalankan tugas Duta Bahasa Nasional 2021?
Ivan: Kami berharap bisa menjadi representasi generasi muda peduli bahasa, yang tentunya memiliki sikap positif berbahasa. Kami tentu saja berkolaborasi dengan banyak pemuda di Indonesia dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kami ingin berkolaborasi dengan berbagai pihak, khususnya Ikatan Duta Bahasa Jawa Barat, Balai Bahasa Jawa Barat, dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, dalam menginisiasi proker baru. Selain itu, juga ada kolaborasi dengan komunitas lokal. Sejauh ini sudah berkolaborasi dengan komunitas lokal yang ada di Jawa Barat.
Florie: Selain berkolaborasi dengan institusi kebahasaan, kami juga akan berkolaborasi dengan organisasi baik di kampus maupun di Indonesia, atau bahkan bisa sampai ke luar negeri.

Apa tantangan yang mungkin kalian hadapi?

Ivan: Tantangannya tentu sangat banyak, mengingat di era sekarang istilah-istilah asing sudah banyak, dan juga fenomena-fenomena seperti budaya populer, K-Pop, dan sebagainya. Banyak anak muda sekarang yang lebih mencintai atau mempelajari budaya-budaya seperti itu ketimbang mencintai apa yang sudah kita miliki.
Florie: Aku merasa di sekitar teman-teman aku atau di lingkungan kampus, mereka lebih pede (percaya diri) menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Ini disebabkan rasa cintanya terhadap bahasa Indonesia itu kurang. Itu juga yang membuat mereka tidak evaluasi atau wawas diri saat berkomunikasi tersebut. Selain mengubah penggunaan bahasa Indonesia menjadi baik dan benar, kami juga harus memupuk rasa cinta terhadap bahasa Indonesia sehingga mereka bisa mengevaluasi diri.

Nanti seperti apa strategi konkretnya untuk memupuk rasa cinta terhadap bahasa kita?
Ivan: Strateginya tentu program-program yang bersifat konkret dan dibutuhkan saat ini, khususnya mengampanyekan isu-isu bahasa yang ada, seperti membuat pelatihan atau diskusi daring. Kami juga dilibatkan oleh komunitas lokal di seminar-seminar lokal. Kolaborasi itu sangat penting menurut kami, karena semakin banyaknya orang yang ikut serta, akan semakin besar juga kesadaran mereka dalam menyebarkan sikap positif berbahasa.
Florie: Kami berusaha mengemasnya dengan cara-cara yang santai, mungkin lebih mudah diserap. Contohnya, budaya populer dan industri kreatif, mungkin kita memulai dari hal-hal yang simpel dengan membuat produk yang mencantumkan penggunaan bahasa yang mungkin salah. Seperti orang salah menulis resiko jadi risiko, nah ini ditulis di barang-barang yang bisa dijual. Ini langkah awal untuk membangun kesadaran mereka. Mungkin kita bisa berkolaborasi dengan teman-teman di provinsi lain yang berminat seni lewat lagu, video, atau film pendek. Hal-hal yang kecil tapi bisa berdampak besar.

 

Soal bahasa daerah, menurut kalian bagaimana peran generasi muda dalam mempertahankannya?
Ivan: Bagi kami ini memang tanggung jawab moral karena lahir dengan bahasa pertama kita atau bahasa ibu kita ialah bahasa daerah. Contohnya, saya sebagai masyarakat Sunda, tentu saya berperan besar untuk melestarikan bahasa Sunda untuk generasi selanjutnya. Bahkan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pun sudah melakukan program yang sangat konkret seperti inventarisasi bahasa daerah. Salah satunya, memasukkan bahasa daerah ke Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurang lebih sampai saat ini sudah ada 1.100 kosakata dari berbagai bahasa daerah sehingga ini menjadi jembatan untuk mengenal satu sama lain.

Apa yang bisa kalian lakukan untuk mengajak generasi muda ikut melestarikan bahasa daerah masing-masing?
Florie
: Nah, di sini tugas kami sebagai Duta Bahasa Nasional merangkul teman-teman semua (dari seluruh provinsi) untuk terus bersemangat memberikan inovasi terbaik mereka ke daerah mereka masing-masing.
Ivan: Di Jawa Barat, kami sangat aktif melakukan inventarisasi kosakata daerah yang hampir punah atau istilahnya arkais. Duta Bahasa Jawa Barat membuat produk yang menggunakan kata-kata yang arkais yang sudah jarang digunakan dalam komunikasi sehari-hari agar masyarakat tetap mengenal kosakata tersebut, seperti penggunaan penanak nasi tradisional, yakni ketika proses menanak nasi banyak kosakata Sunda yang sudah jarang digunakan karena orang lebih cenderung memilih penanak nasi modern saat ini.
 

Bagaimana soal kekhawatiran pemakaian bahasa nasional dapat mereduksi bahasa daerah?
Florie
: Menjadi tantangan juga terutama di daerah Jabodetabek yang dominan menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa daerah. Mungkin salah satu hal yang bisa kami lakukan menyeimbangkan inisiatif dan proker kami dengan memulai dari beberapa proker Duta Bahasa Jawa Barat yang tidak hanya berfokus ke pemartabatan bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa daerah.
Ivan: Sebuah diskusi yang kami ikuti bahwa bahasa Indonesia tidak akan ada ketika tidak ditopang bahasa daerah. Jadi, menurut saya, bahasa Indonesia bukan menjadi tantangan, melainkan jembatan untuk kita berkomunikasi dengan teman-teman dari daerah lainnya.

Banyak orangtua sekarang berkomunikasi dengan anaknya memakai bahasa asing, bahkan mendahulukan pengenalan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia. Bagaimana kalian melihat fenomena itu?

Florie: Ini cukup menantang ya buat kami, karena yang harus kami edukasi bukan hanya anaknya, melainkan juga orangtuanya. Pertama yang bisa kami lakukan, sekecil mungkin meningkatkan kesadaran dari orangtua-orangtua muda sekarang lewat media sosial atau mungkin bisa berkolaborasi dengan badan-badan terkait isu kebahasaan untuk anak usia dini. Mungkin orangtua-orangtua melihat bahwa bahasa Inggris sangat penting untuk pendidikan atau posisi pekerjaan anaknya nanti. Nah, ini kami ingin menekankan bahwa banyak hal juga yang bisa diraih ketika menggunakan bahasa Indonesia baik dan benar.
 

 Bagaimana harapan kalian untuk generasi muda dalam melestarikan dan pemartabatan bahasa?
Florie
: Mari kita coba evaluasi dan wawas diri lagi apakah kita sudah menjadi representasi bangsa Indonesia yang baik dan itu mungkin bisa evaluasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik atau belum, dan apakah sudah mencintai budaya kita sendiri seperti mencintai budaya asing. Kita bisa berkolaborasi bersama.

Ivan: Kami sebagai Duta Bahasa Nasional mengajak untuk bersama-sama berpartisipasi aktif dalam pelestarian bahasa dan pemartabatan bahasa di ruang publik. Tentu saja, hal ini dengan mengamalkan Trigatra Bangun Bahasa, yaitu utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. (M-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya