Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
LIMA mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) membuat sebuah inovasi pasta gigi yang efisien dan menarik perhatian, yaitu ToothBites. Inovasi pasta gigi itu digagas oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKM-K) sebagai wujud kepedulian akan kurangnya kesadaran masyarakat dalam merawat kesehatan gigi dan mulut, serta keterbatasan waktu untuk melakukannya.
Tim tersebut beranggotakan Christina Angel Mutiara dari program studi (prodi) Teknik Kimia, Ahmad Gumilang dari prodi Teknik Kimia, Felicia Fransius dari pridi Teknik Kimia, Ryan Rafi Rustamadji dsri prodi Teknik Kimia, dan Theresia Evelyn Octaviany dsri prodi Teknik Bioproses, dibimbing dosen Program Studi Teknologi Bioproses FTUI, Apriliana Cahya Khayrani.
Inovasi ToothBites dilatarbelakangi oleh data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018 yang menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi berlubang dengan persentase 88,8%. Tingginya angka penduduk yang memiliki masalah gigi berlubang ini disebabkan oleh intensitas sikat gigi yang rendah pada tiap individu. Hanya 2,8% penduduk Indonesia yang menggosok gigi dua kali sehari.
"Kesadaran masyarakat yang rendah terhadap pentingnya sikat gigi sebanyak dua kali sehari terjadi bukan tanpa alasan. Beberapa di antaranya adalah rasa malas yang sudah mengakar dalam masyarakat serta beberapa orang lebih memprioritaskan kegiatan atau kesibukan lain dibandingkan menyikat gigi," ujar Christina selaku ketua tim dalam keterangan resmi, Kamis (2/9).
Gumilang menambahkan bahwa berbagai inovasi, baik pada pasta maupun sikat gigi, telah dilakukan beberapa perusahaan dalam meningkatkan kepedulian masyarakat dalam menggosok gigi. Salah satu contoh konkretnya adalah penggunaan varian rasa pada pasta gigi. Namun, inovasi ini belum sepenuhnya berhasil, ditunjukkan dengan masih banyak masyarakat yang tidak menyikat gigi dua kali sehari di dua tahun belakangan ini.
“Dari aspek ekonomi, harga ToothBites relatif tidak mahal dan memiliki target pasar yang luas serta penggunaan bahan yang terjangkau,” kata Felicia.
Selanjutnya, Ryan mengatakan produk ini juga dapat meningkatkan kesadaran menggosok gigi masyarakat di Indonesia. Dengan menggunakan produk yang penggunaannya efisien, proses menggosok gigi semakin singkat, sehingga meminimalisasi sikap malas dalam menggosok gigi.
Selain itu, implementasi teknik enkapsulasi serta penggunaan wadah yang dapat didaur ulang diharapkan dapat mengurangi limbah plastik dari bungkus pasta gigi. Dari aspek pemberdayaan manusia, penggunaan berbagai bahan alami yang melimpah di Indonesia dapat memajukan perekonomian masyarakat kecil seperti petani.
Lebih lanjut, Inovasi ToothBites dibuat dengan teknik enkapsulasi dengan lapisan luar berbahan sodium alginate yang mudah pecah di dalam mulut dan aman dikonsumsi. Nama ToothBites berasal dari kata tooth” untuk “gigi” dan bites untuk “gigit”, yang diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dalam menyikat gigi melalui penggunaannya yang unik, yaitu cukup digigit sebanyak dua kali agar lapisan kapsul lisis dan ToothBites siap dipakai dengan cara menggosoknya menggunakan sikat gigi.
Melalui inovasi ini, tim ToothBites juga memiliki misi mengajak masyarakat untuk memiliki kebiasaan menyikat gigi minimal dua kali dalam sehari sesuai dengan slogan yang mereka angkat adalah “two bites, two times a day”. Kata TwoBites merujuk kepada penggunaan ToothBites yang hanya perlu digigit sebanyak dua kali untuk mengeluarkan pasta gigi di dalamnya. Sementara itu, TwoTimesADay” menggambarkan penggunaan dua tablet ToothBites untuk menyikat gigi dua kali sehari.
ToothBites menggunakan bahan alami seperti ekstrak serai (Cymbopogon nardus) sebagai perasa dan antibakteri serta charcoal berbasis tempurung kelapa (Cocos nucifera) sebagai agen pemutih. Selain praktis, ToothBites juga menggunakan wadah botol plastik berbahan polyethylene terephthalate (PET) yang dapat didaur ulang.
“Kami berharap ToothBites dapat menjadi wadah bagi kami sebagai mahasiswa Teknik Kimia dan Teknik Bioproses UI, untuk berkontribusi dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah kami dapatkan,” kata Evelyn.(H-1)
Para konsultan ini sebenarnya memiliki opini-opini, terlebih saat diskusi. Namun, untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan tetap perlu diasah.
Pemerintah didorong untuk lebih memperhatikan hal tersebut, sebab keberadaan kampus asing dapat menimbulkan risiko keluarnya devisa dalam bidang pendidikan tinggi.
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Program kuliah gratis ini merupakan bentuk komitmen UI dalam memperluas akses pendidikan dan memberikan bantuan kepada tenaga kependidikan dan tenaga pendidik (dosen) di lingkungan UI.
ADVERTISING Week Festival (AWF) 2025 kembali hadir dengan rangkaian sesi AdTalks yang inspiratif dan menggugah semangat inovasi.
Kondisi perang dagang global membawa dampak signifikan bagi Indonesia, mulai rantai pasokan global, investasi hingga fluktiasi harga komoditas.
Plak tidak bisa hilang dengan berkumur saja, tetapi plak gigi bisa hilang dengan menyikat gigi.
Bibir mungkin berpigmentasi dan kehilangan warna merah muda alaminya karena berbagai penyebab.
Sekitar 10 ribu pelajar yang berasal lebih dari 39 sekolah dasar se-kabupaten Kuningan, Jawa Barat mengikuti acara Bakti Sosial Pelayanan dan Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
Untuk meningkatkan jumlah bakteri baik di mulut diperlukan pasta gigi yang tidak menggunakan deterjen atau Sodium Lauryl Sulfate.
Desinfeksi sikat gigi perlu dilakukan secara rutin.
Berkumur tetap perlu setelah menyikat gigi karena kandungan pasta gigi di Indonesia tidak murni berisi flouride.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved