Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
SETELAH lengan kiri Veddriq Leonardo menyentuh panel hitam pada puncak dinding, angka pada papan skor berhenti di angka 05.208 dan menjadi hijau. Penonton bersorak, Veddriq dengan tali karmantelnya pun bak melonjak. Tinjunya terkepal ke udara.
Pada 28 Mei 2021, atlet kelahiran Pontianak itu menjadi kampiun sekaligus menciptakan rekor dunia baru untuk nomor speed putra 15 meter. Ia menyisihkan rekannya, Kiromal Katibin, dalam All Indonesian Final di babak akhir IFSC (International Federation of Sport Climbing) World Cup 2021, di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat.
Seolah tidak mengenal rehat, Veddriq kini sudah kembali disibukkan dengan persiapan untuk kompetisi di Swiss pada Juli ini. Meski begitu, atlet yang bergabung dengan pelatnas sejak 2017 tersebut menyempatkan diri berbincang dengan Muda via telepon, Rabu (23/6). Kami ngobrol seputar capaian dan perjalanannya sebagai atlet, termasuk suka dukanya saat berupaya memupuk prestasi di daerah.
Selamat untuk rekor dunia yang kamu buat di Utah. Apakah itu sudah diprediksi?
Capaian waktu yang saya catatkan memang sudah diprediksi pelatih, di-setting agar performance-nya bisa saat kompetisi . Kalau saat latihan, waktu tercepat saya 5,21 (detik). Jadi, rekor 5,208 itu memang best performance saya sampai saat ini. Keluarnya saat kompetisi itu.
Tapi, apa kamu berpikir untuk membuat rekor saat sedang memanjat di final itu?
Waktu itu saya cuma fokus memanjat saja. Karena situasi saat itu all Indonesian final, dan target rekor sudah dipecahkan rekan saya (sehari sebelumnya). Jadi, di final itu, saya tidak terlalu memikirkan hasil dan ternyata bisa pecah rekor.
Berapa lama persiapan untuk World Cup tersebut?
Kami masuk pelatnas dimulai sekitar Juni 2020. Saat itu kan kondisinya sudah pandemi. Kompetisi bahkan dibatalkan. Baru (IFSC World Cup) ini Indonesia ikut lagi di ajang internasional.
Latihannya tidak terganggu pandemi?
Awal korona agak merepotkan. Harus ikut protokol (kesehatan) tidak boleh berdekatan. Waktu Jakarta PSBB, fasilitas panjat tebing juga ditutup. Karena kami sedang pelatnas di Bekasi, kami tetap latihan bersama. Kadang di hotel, kadang di gym. Diakalin sebisa mungkin oleh pelatih.
Dalam seminggu, kami biasanya lima hari latihan. Dalam satu hari, bisa satu sampai tiga sesi, dengan satu sesi sekitar 1-2 jam.
Bagaimana awal perkenalan kamu dengan olahraga ini?
Ketika SMA, saya gabung dengan ekstrakurikuler pencinta alam dan dikenalkan olahraga ekstrem ini. Karena menantang, saya jadi tertarik. Saya juga dapat masukan dari pembina saya, olahraga ini punya prospek lumayan kalau kita tekun.
Awalnya memang sempat agak ragu karena Ibu seperti enggak yakin. Manjat-manjat, takut jatuh, tetapi lama kelamaan di-support, terutama setelah berprestasi di Porda.
Waktu masih SMA, kamu berlatih di mana?
Waktu itu di sekolah kan juga belum punya fasilitas, dan fasilitas di GOR juga tidak terlalu memadai. Untuk mengakalinya, ya saya latihan pull-up di ventilasi rumah. Di sekolah, latihan sama pembina.
Ada tantangan yang kamu rasakan sebagai atlet yang memulai kiprah di daerah?
Kalau atlet yang datang dari daerah, salah satu faktor yang sangat berpengaruh itu ialah fasilitas dan dukungan. Waktu saya masih jadi atlet di daerah, fasilitas dan dukungan dari stakeholder masih sangat kurang. Saya dan teman-teman latihan sebisanya, semandirinya.
Kami pakai alat seadanya aja, yang pengadaan dari tahun-tahun kemarin. Kalau memang sudah tidak bisa dipakai, kami keluarin dana pribadi karena kan ada standar keselamatan untuk olahraga ini.
Kondisi itu pernah membuat kamu demotivasi?
Waktu saya transisi dari SMA ke kuliah, saya pernah sedikit kecewa. Kami latihan secara mandiri dengan kondisi seadanya, tapi ketika ada event kejuaran, kami tidak bisa tanding karena berbagai alasan dari pemprov. Itu sempat membuat saya agak kendur.
Animo anak-anak muda terhadap olahraga panjat di daerah kamu sendiri bagaimana sekarang?
Awalnya memang tidak terlalu memasyarakat. Tapi, akhir-akhir ini karena ada prestasi yang dicapai timnas, jadi olahraga yang populer. Target saya tercapai untuk meningkatkan (pamor) olahraga ini di daerah saya sebagai olahraga bergengsi.
Indonesia kabarnya tidak ikut cabor panjat di Olimpiade Tokyo. Itu kenapa?
Ini pertama kalinya olahraga panjat masuk ke Olimpiade. Ada tiga kategori dikompetisikan: speed, lead, dan bouldering. Keunggulan kita di speed, sementara kategori lain masih tertinggal. Jadi, tim olahraga panjat Indonesia belum bisa turun di Olimpiade Tokyo ini. Tapi, sekarang sedang pembinaan atlet junior untuk bergabung di pelatnas untuk persiapan Olimpiade 2028.
Apa impian terbesar kamu sebagai atlet?
Ingin ikut Olimpiade dan meraih emas. Itu event olahraga paling bergengsi di dunia. Tidak semua atlet bisa berlaga di ajang ini. Jadi, itu akan menjadi kebanggaan untuk Indonesia jika saya bisa meraih medali di Olimpiade.
Untuk target terdekat, saya ingin raih podium di IFSC Lead and Speed World Cup di Swiss, bulan ini. Di seri penutupan, Indonesia juga sudah masuk kalender sebagai tuan rumah. Kita harus sukses di penyelenggaraan, juga di prestasi.
Sepuluh tahun lagi, apakah kamu masih akan berkecimpung di olahraga ini?
Mungkin memanjat masih bisa. Tapi kalau untuk kompetisi, sepertinya sudah digantikan atlet dari generasi-generasi yang lebih muda. Sepuluh tahun dari sekarang, mungkin saya sudah punya fokus lain. Saya prefer untuk melatih. (M-2)
_______________________________________________________________
BIO DATA
VEDDRIQ LEONARDO
Tempat, tanggal lahir: Pontianak, 11 Maret 1997
Pendidikan:
– SMA Negeri 6 Pontianak, 2011-2014
– Prodi PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, 2014-sekarang
Prestasi:
– Medali emas di IFSC Climbing World Cup Salt Lake City, AS (2021)
– Medali emas di PRA-PON XX Zona 3, Sulawesi Selatan (2019)
– Medali emas dan perak di Asian Championship, Bogor (2019)
– Medali emas di The Belt and Road ICMT Qinghai, Tiongkok (2019)
– Medali perunggu di IFSC World Cup Moskwa, Rusia (2018)
– Medali perunggu di Kejurnas FPTI XVI Yogyakarta (2017)
– Medali perunggu di Kejurnas Kelompok Umur Bangka (2016)
Keterlibatan pada forum internasional membawa Nadhira menjadi pribadi yang percaya diri dan berani bersuara dalam suatu forum.
Berkat sering ikut sang bibi ke tempat berlatih panjat tebing, perempuan yang di awal karier kerap diremehkan karena postur tubuhnya tinggi besar.
Selama tiga bulan, berbekal ilmu dari Youtube dan jurnal, ia melakukan riset untuk membuat kulit menggunakan bakteri sisa fermentasi kombukha.
Mulai serius menekuni renang sejak kelas 4 SD, kini di usia 13 tahun Chantika telah langganan medali di berbagai kejuaraan, baik dalam maupun luar negeri.
Selain bisa menjadi mahasiswa UGM, Deni menapaki jejak sang idola, WS Rendra, lewat prestasi-prestasinya di bidang puisi.
Berusia 19 tahun, ia tampil di ajang New York Fashion Week 2023 dengan koleksi yang menampilkan jaket kulit domba Garut dengan motif megamendung khas Cirebon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved