Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
EMPU Sendok Arts Station (ESAS) bekerja sama dengan United in Diversity Foundation menggulirkan program ESAS Good Society Leadership Learning Lab yang mendorong kepemimpinan kalangan muda di masa depan. Melalui program tersebut, ESAS menghasilkan dua design prototype yang akan terus dikembangkan.
"Program kepemimpinan ini mengadopsi pendekatan teknologi sosial U Theory dari Prof Otto Scharmer dari MIT, dimana proses pembelajaran terintegrasi (blended learning) diawali dengan membuang segala macam bias, sinisme, ketakutan dan mempersiapkan jati diri agar ke depan dapat melihat spektrum yang lebih luas atau peka pada ekosistem yang ada di sekitar kita," ungkap founder dan fasilitator ESAS Felia Salim dalam virtual graduation peserta ESAS, Jumat (9/4).
Dijelaskannya, dua design prototype yang dihasilkan adalah Jurnal Petualangan Kampung Papring, Jawa Timur dan Pengurangan Sampah Rumah Tangga Banda Aceh.
Journal Jelajah Kampung Papring merupakan wadah yang menghubungkan masyarakat lokal dengan pendatang yang berkunjung ke daerahnya. Interaksi antara pendatang dan masyarakat lokal tidak berbasis transaksi moneter. Kedua pihak didorong untuk memaksimalkan transaksi barter ilmu. Hal itu menjadi sebuah pendekatan alternatif untuk mencari bentuk ekonomi baru.
Sementara, Pengurangan Sampah di Banda Aceh: Waste Collection Point (WCP), merupakan program yang diadopsi dari Jepang. Meski belum memperoleh hasil optimal, tim pun mengusulkan pendekatan yang lebih tepat sasaran dengan melibatkan kalangan muda/pelajar dalam mengaktifkan WCP.
Pemda pun telah memprakarsai program itu sejak awal. Namun dalam desain yang dipaparkan menunjukkan biaya membangun WCP tidak lah mahal.
"Sehingga diproyeksikan dapat direplikasi dimana-mana, dari kota besar sampai ke tingkat desa. Komunitas/warga dapat mengambil peran aktif tanpa harus menunggu uluran tangan pemerintah atau dengan kata lain dapat mengurangi beban APBN/APBD. Dengan membiayai WCP sendiri akan tercipta rasa kepemilikan dan kepentingan komunitas dalam menjaga lingkungan bersih," terangnya.
Baca juga: Karanganyar Terapkan PSBB versi Kearifan Lokal
Lebih lanjut, Felia mengatakan program tersebut tidak hanya berfokus pada pemecahan masalah. ESAS mendorong tumbuh kepemimpinan di masa depan yang lebih inovatif.
Dengan keanekaragaman budaya, kearifan dan seni, Indonesia sangat berpotensi menghadirkan pemimpin masa depannya. Tolak ukurnya tidak hanya pada intelektual, terapi integrasi dan kolaborasi untuk memaksimalkan semua potensi sumber daya yang dimiliki.
"Indonesia memiliki keragaman budaya berikut kearifan/ filsofi hidupnya dan seni adalah bentuk ekspresi yang dapat menyentuh hati secara lebih langsung. Intelek saja tidak cukup, intelek dan hati harus terintegrasi agar setiap langkah yang diambil adalah yang paling pas dalam kolaborasi," ungkap Felia.
Ben Chan dari UID (United in Diversity Foundation) menyampaikan program itu mengajak para peserta memikirkan solusi dalam memperbaiki berbagai masalah. Mereka bisa berkolaborasi untuk mengatasi kesenjangan di tengah masyarakat.
"Para pihak dan fellow Good Society ini memikirkan dan mencari solusi bagaimana memperbaiki ekosistim dengan memperkecil empat jurang besar yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan spiritual," ucapnya.
Sementara, Vice Dean dari John Hopkins University Prof Rick Smith selaku pengawal program ini menyatakan bahwa pentingnya program tersebut di masa depan. Dunia membutuhkan pemimpin yang beritegritas, yang mendukung keberlangsungan hidup umat manusia.
"Kita memerlukan Global Leaders hari ini dan bukan hanya pemimpin yang memikirkan dirinya sendiri atau lingkungannya sendiri. Karena situasi planet kita dengan climate change (perubahabahan iklim) adalah masalah bersama yang harus kita hadapi hari ini," tegasnya.
Adapun, program itu sudah berjalan selama 18 bulan. Meski di tengah jalan terdisrupsi oleh pandemi, ESAS tetap dapat menyelesaikan jelajah pembelajaran yang penting itu. Para pesertanya pun datang dari berbagai latar berlakang berbeda. Mereka berkolaborasi untuk menghasilkan design prototype yang mendukung kepemimpinan di masa datang.(OL-5)
Di tengah derasnya arus globalisasi dan tekanan dominasi bahasa-bahasa besar dunia, bahasa daerah menghadapi ancaman yang semakin konkret
FILM Turang, yang pertama kali tayang sekitar 67 tahun silam di Festival Film Asia Afrika di Tashkent, Uzbekistan pada 1998 kini kembali dirayakan.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
MENTERI Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
Indonesia: Zamrud khatulistiwa, diapit dua benua dan samudra. Kaya budaya, strategis, dan rawan bencana.
Indonesia: Letak geografis unik pengaruhi iklim, budaya, ekonomi. Pelajari dampak strategisnya bagi Nusantara!
Kementerian Pariwisata RI, lanjut dia, berkomitmen mendukung pariwisata daerah, dan melalui kegiatan ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan promosi dalam memasarkan event,
Lomba balap traktor ini merupakan kearifan lokal yang dilakukan setiap awal tanam padi sebagai bentuk rasa syukur.
KEMANDIRIAN masyarakat di setiap daerah harus didorong untuk bisa tercapai. Salah satu cara paling relevan dan efektif adalah dengan memanfaatkan kearifan lokal.
Workshop ini bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dalam memahami, menghadapi, dan merespons bencana secara inklusif dengan pendekatan berbasis kearifan lokal.
Gali kearifan lokal Jawa! Temukan pitutur luhur, nasihat bijak, dan filosofi mendalam yang relevan sepanjang masa. Pelajari budaya Jawa lebih dalam!
Menyinggung inisiatifnya memimpin ParPaluta, Hamsiruddin mengutarakan ingin melestarikan kearifan lokal, sebab itu merupakan identitas diri di tengah globalisasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved