Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Dorong Kepemimpinan Kaum Muda, ESAS Hasilkan Dua Design Prototype

Faustinus Nua
12/4/2021 12:00
Dorong Kepemimpinan Kaum Muda, ESAS Hasilkan Dua Design Prototype
Ilustrasi Jelajah Rimba di Papringan, Jawa Timur(ANTARA FOTO/Budi Candra S)

EMPU Sendok Arts Station (ESAS) bekerja sama dengan United in Diversity Foundation menggulirkan program ESAS Good Society Leadership Learning Lab yang mendorong kepemimpinan kalangan muda di masa depan. Melalui program tersebut, ESAS menghasilkan dua design prototype yang akan terus dikembangkan.

"Program kepemimpinan ini mengadopsi pendekatan teknologi sosial U Theory dari Prof Otto Scharmer dari MIT, dimana proses pembelajaran terintegrasi (blended learning) diawali dengan membuang segala macam bias, sinisme, ketakutan dan mempersiapkan jati diri agar ke depan dapat melihat spektrum yang lebih luas atau peka pada ekosistem yang ada di sekitar kita," ungkap founder dan fasilitator ESAS Felia Salim dalam virtual graduation peserta ESAS, Jumat (9/4).

Dijelaskannya, dua design prototype yang dihasilkan adalah Jurnal Petualangan Kampung Papring, Jawa Timur dan Pengurangan Sampah Rumah Tangga Banda Aceh.

Journal Jelajah Kampung Papring merupakan wadah yang menghubungkan masyarakat lokal dengan pendatang yang berkunjung ke daerahnya. Interaksi antara pendatang dan masyarakat lokal tidak berbasis transaksi moneter. Kedua pihak didorong untuk memaksimalkan transaksi barter ilmu. Hal itu menjadi sebuah pendekatan alternatif untuk mencari bentuk ekonomi baru.  

Sementara, Pengurangan Sampah di Banda Aceh: Waste Collection Point (WCP), merupakan program yang diadopsi dari Jepang. Meski belum memperoleh hasil optimal, tim pun mengusulkan pendekatan yang lebih tepat sasaran dengan melibatkan kalangan muda/pelajar dalam mengaktifkan WCP. 

Pemda pun telah memprakarsai program itu sejak awal. Namun dalam desain yang dipaparkan menunjukkan biaya membangun WCP tidak lah mahal.

"Sehingga diproyeksikan dapat direplikasi dimana-mana, dari kota besar sampai ke tingkat desa. Komunitas/warga dapat mengambil peran aktif tanpa harus menunggu uluran tangan pemerintah atau dengan kata lain dapat mengurangi beban APBN/APBD. Dengan membiayai WCP sendiri akan tercipta rasa kepemilikan dan kepentingan komunitas dalam menjaga lingkungan bersih," terangnya.

Baca juga: Karanganyar Terapkan PSBB versi Kearifan Lokal

Lebih lanjut, Felia mengatakan program tersebut tidak hanya berfokus pada pemecahan masalah. ESAS mendorong tumbuh kepemimpinan di masa depan yang lebih inovatif.

Dengan keanekaragaman budaya, kearifan dan seni, Indonesia sangat berpotensi menghadirkan pemimpin masa depannya. Tolak ukurnya tidak hanya pada intelektual, terapi integrasi dan kolaborasi untuk memaksimalkan semua potensi sumber daya yang dimiliki.

"Indonesia memiliki keragaman budaya berikut kearifan/ filsofi hidupnya dan seni adalah bentuk ekspresi yang dapat menyentuh hati secara lebih langsung.  Intelek saja tidak cukup, intelek dan hati harus terintegrasi agar setiap langkah yang diambil adalah yang paling pas dalam kolaborasi," ungkap Felia.

Ben Chan dari UID (United in Diversity Foundation) menyampaikan program itu mengajak para peserta memikirkan solusi dalam memperbaiki berbagai masalah. Mereka bisa berkolaborasi untuk mengatasi kesenjangan di tengah masyarakat.

"Para pihak dan fellow Good Society ini  memikirkan dan mencari solusi bagaimana memperbaiki ekosistim dengan memperkecil empat jurang besar yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan spiritual," ucapnya.

Sementara, Vice Dean dari John Hopkins University Prof Rick Smith selaku pengawal program ini menyatakan bahwa pentingnya program tersebut di masa depan. Dunia membutuhkan pemimpin yang beritegritas, yang mendukung keberlangsungan hidup umat manusia.

"Kita memerlukan Global Leaders hari ini dan bukan hanya pemimpin yang memikirkan dirinya sendiri atau lingkungannya sendiri. Karena situasi planet kita dengan climate change (perubahabahan iklim) adalah masalah bersama yang harus kita hadapi hari ini," tegasnya.

Adapun, program itu sudah berjalan selama 18 bulan. Meski di tengah jalan terdisrupsi oleh pandemi, ESAS tetap dapat menyelesaikan jelajah pembelajaran yang penting itu. Para pesertanya pun datang dari berbagai latar berlakang berbeda. Mereka berkolaborasi untuk menghasilkan design prototype yang mendukung kepemimpinan di masa datang.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik