Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Energi Baru Terbarukan, Riset Perguruan Tinggi Punya Peran Penting

Faustinus Nua
02/3/2021 09:20
Energi Baru Terbarukan, Riset Perguruan Tinggi Punya Peran Penting
POTENSI PENGEMBANGAN EBT: Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Lombok Tengah, NTB.(ANTARA/ Ahmad Subaidi)

PEMERINTAH terus mendorong adanya bauran pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025 hingga 31% pada 2050 mendatang. Komitmen ini bisa menjadi peluang bagi perguruan tinggi untuk menjalankan berbagai riset di bidang energi baru terbarukan.

“Jadi penggunaan energi (di Indonesia) sudah bukan minyak bumi lagi, tetapi bagaimana menjadi energi baru terbarukan,” ungkap Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Hendarmawan, dikutip dari laman Unpad, Selasa (2/3).

Dia menjelaskan, dunia sudah mulai beralih memanfaatkan energi baru terbarukan. Data JP Morgan Tsinghua University memperkirakan, ada tiga jenis energi baru yang banyak dimanfaatkan pada 2025 hingga 2060, yaitu matahari (587%), angin (346%), dan nuklir (382%). Sementara pemanfaatan energi fosil atau tambang diprediksikan akan menurun drastis hingga sebesar minus 96%.

Meski menjadi keniscayaan, pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia menemukan beragam tantangan. Di bidang akademik, belum adanya kesesuaian antara riset perguruan tinggi dengan kebutuhan di sektor industri menjadi tantangan tersendiri.

Menurut Hendarmawan mengatakan bahwa riset yang dijalankan perguruan tinggi harus sejalan dengan kebutuhan pasar. Riset juga diharapkan mampu memecahkan permasalahan negara terkait proses transisi menuju energi baru terbarukan. "Seperti bagaimana pemodelan investasi yang tepat dalam membangun proyek energi baru terbarukan," imbuhnya.

Selain itu, riset juga harus mampu memecahkan permasalahan lokal seputar energi baru terbarukan. Ada beberapa riset lokal yang bisa dijalankan, di antaranya riset yang berhubugan dengan kebijakan fiskal, tata kelola energi yang efisien, hingga riset energi dengan memanfaatkan bahan-bahan domestik dan murah. “Networking antara pemerintah, industri, dan perguruan tinggi juga harus kuat,” tandas Hendarmawan.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya