PENGEMBANGAN mesenchymal stem cell (MSC) atau yang lebih dikenal terapi stem cell atau sel punca sudah melewati tahap uji klinis dan tengah proses izin pemanfaatan melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Oleh karena itu, dalam upaya percepatan penanganan Covid-19, Badan POM akan melakukan evaluasi selama 20 hari kerja.
"Selama data lengkap dan uji klinik telah selesai maka untuk percepatan penanganan Covid-19, kita mengevaluasi 20 hari kerja," kata Direktur Registrasi BPOM Lucia Rizka Andalusia kepada Media Indonesia, Minggu (7/2).
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyebut pengembangan stem cell akan diproyeksikan sebagai terapi pengobatan alternatif untuk Covid-19.
"Saat ini statusnya sudah melakukan uji klinis dan diajukan ke Badan POM untuk mendapatkan izin pemanfaatan," ungkap Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro dalam Webinar Alternatir Terapi Covid-19 dengan Mesenkimal Sel Punca dan Eksosom, Jumat (5/2).
Stem cell yang dikembangkan oleh dokter Ismail Hadisoebroto Dilogo SpOT(K) dari Universitas Indonesia (UI) terbukti bermanfaat bagi pasien Covid-19. Terapi tersebut lebih diperuntukkan bagi pasien dengan gejala berat.
"Dalam uji klinis paling tidak bisa dibuktikan bahwa MSC bermanfaat untuk pasien yang kategori berat. Ini bisa melengkapi yang sudah ada dengan plasma konvalesen," imbuhnya.
Menurut Bambang, hadirnya stem cell akan melengkapi upaya pengobatan alternatif Covid-19 di Indonesia. Sejauh ini sudah ada terapi plasma konvalesen yang efektif bagi pasien dengan kategori ringan dan sedang.
Hal itu merupakan harapan baru untuk mempercepat penanganan pandemi di samping vaksinasi nasional. "Jadi untuk yang berat barang kali stem cell. Untuk ringan ke sedang itu ada plasma konvalesen," tuturnya.
"Tentu ini harus diperkuat terus riset dan pemakaiannya, sehingga lama-kelamaan selain kita sudah jamin keamanaannya tapi paling penting juga efektivitasnya. Artinya bisa meningkatkan tingkat kesembuhan dan menurunkan tingkat kematian," jelas Bambang.
Selain stem cell, terapi lain yang juga dalam pengembangan yaitu eksosom. Pengembangan eksosom yang dipimpin dokter Bambang Darwono dan didukung beberapa rumah sakit nasional itu sudah mendapat izin memproduksi eksosom
Namun, eksosom masih harus diteliti lebih lanjut dan dilakukan uji klinis secara sistematis. Dengan demikian ini bisa menjadi pelengkap dari terapi-terapi pengobatan Covid-19.
"Semakin banyak terapi yang efektif tentu akan sangat bermanfaat untuk penanganan Covid-19 di Indonesia," kata dia.
Menristek pun menyatakan komitmennya untuk terus mendukung upaya penanganan Covid-19 melalui riset dan inovasi. Semua peneliti dari universitas hingga peneliti swasta diharapkan turut serta dan berkolaborasi untuk menghasilkan riset dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. (Fer/Ol-09)