Danone Gandeng Indonesian Nutrition Association Atasi Anemia

Abdillah M Marzuqi
01/2/2021 23:49
Danone Gandeng Indonesian Nutrition Association Atasi Anemia
Webinar: Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas Generasi(MI/ Abdillah M Marzuqi)

ISU pemenuhan malnutrisi masih menjadi ancaman kesehatan jangka panjang bagi masyarakat Indonesia. 

Pasalnya, persoalan gizi, baik gizi kuran dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit lain, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. 

Danone Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Nutrition Association (INA) memanfaatkan momen Hari Gizi Nasional untuk memperluas upaya promotif preventif mengatasi anemia lintas generasi.

“Kami meyakini bahwa peran jurnalisme dari berbagai platform media sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan menyampaikan edukasi terkait nutrisi dan kesehatan ke masyarakat luas," ungkap Corporate Communication Director Danone Indonesia Arif Mujahidin dalam webinar publik yang mengusung tema Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas Generasi, Senin (1/2).

Selain itu, Danone Indonesia juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghentikan ancaman anemia pada lintas generasi, di antaranya adalah kerja sama dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam peluncuran buku panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID).

Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association (INA) Diana Sunardi menjelaskan, saat ini Indonesia masih menghadapi tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting, wasting, dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. 

Seseorang dengan kondisi Anemia Defisiensi zat Besi (ADB) berisiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan dan risiko lainnya. 

Kondisi ADB dapat terjadi lintas generasi dan dapat diturunkan sejak remaja, ibu hamil, anak dan seterusnya.

Pada kasus balita dan anak, ADB bermula dari kurangnya zat gizi mikro pada 1000 HPK (hari pertama kehidupan). 

Dampaknya berpengaruh pada tumbuh kembang anak yang terganggu, penurunan aktivitas fisik maupun kreativitas, serta menurunnya dayatahan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi. 

Sedangkan pada kasus remaja, ADB dapat menurunkan produktivitas dan kemampuan akademis. Kondisi ADB pada kehamilan usia remaja juga rentan terhadap keselamatan dan kesehatan ibu danbayi.

"Oleh karena itu, urgensi perbaikan gizi masyarakat sebaiknya difokuskan pada 1000HPK dan usia remaja,” ujar Diana.

Kondisi ADB membawa pengaruh jangka pendek dan jangka panjang bagi tiap-tiap generasi, sehingga merupakan ancaman besar mengingat dampaknya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia di masa depan. 

Di sisi lain, negara dituntut untuk dapat menciptakan generasi dengan daya saing global. Sehingga terdapat urgensi untuk memutus mata rantai anemialintas generasi.

“Intervensi melalui pemenuhan nutrisi dan edukasi secara menyeluruh merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam memutus mata rantai anemia baik di lingkup individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat," pungkasnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya