Kitab Kuning Dilombakan

KITAB kuning yang menjadi rujuk­an dalam pendidikan pesantren-pesantren di Tanah Air dirasakan semakin ditinggal. Untuk menjaga tradisi pesantren, Garda Bangsa pada April tahun ini akan menyelenggarakan Musabaqah Kitab Kuning Tingkat Nasional yang diikuti pemuda dari kalangan pesantren.

Ketua Steering Committee Musabaqah Kitab Kuning Tingkat Nasional, Maman Imanulhaq, dalam kunjungannya ke Media Indonesia, Selasa (29/3), mengatakan landasan penyelenggaraan lomba ini ialah pengetahuan pesantren dalam kancah pergulatan intelektual modern di Indonesia mulai terpinggirkan. “Mulai berkurangnya minat anak muda untuk menggeluti khazanah pengetahuan pesantren, terutama kajian kitab kuning. Selain itu, marak anak muda yang belajar Islam tidak secara utuh dan menggunakan sanad keilmuan yang tidak autentik sehingga menyuburkan radikalisme,” jelasnya.

Aksi radikalisme yang mengatasnamakan Islam, menurut Maman, bertentangan dengan ajaran Islam sebagai agama penuh kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Permasalahan lain di kalangan generasi muda ialah terjadinya krisis teori dan kaidah ushuliah dalam melihat permasalahan bangsa dan juga menguatnya pengetahuan Islam tekstual yang tidak mengakar pada tradisi keilmuan yang kuat.

Ketua Organizing Committee Syaikhul Islam menjelaskan perlombaan itu dilaksanakan terbuka untuk seluruh santri putra-putri di seluruh pondok pesantren. “Ketentuan khususnya antara lain berusia 17-25 tahun dan mengisi formulir pendaftaran di www.gardabangsa.id serta menyerahkan foto berwarna 4 x 6 sebanyak dua lembar.”

Kitab yang dilombakan ialah Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al Ghazali. “Perlombaan dibagi dua tahap, penyi-sihan dan final. Penyisih­an dilaksanakan pada 1-7 April di 31 lokasi yang tersebar di 20 provinsi dan minimal diikuti 25 santri putra dan 25 santri putri. Babak final akan diselenggarakan di DPP PKB pada 12-13 April mendatang. (Mus/H-1)