Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
WAJAH Rini, 9, memerah. Bocah kelas 3 sekolah dasar (SD) itu sudah 20 menit terduduk di bangku kelasnya menahan rasa nyeri di perut bawahnya. Karena tak tahan, Rini meminta izin kepada gurunya untuk pergi ke toilet sekolah.
Begitu sampai toilet, Rini kaget setelah melihat setitik noda merah di celana dalamnya. Pulang dari sekolah, Saras, 32, ibu Rini khawatir melihat sang anak banyak melamun dan langsung tidur. Rini pun menceritakan soal noda merah di celananya.
“Itu hari ketika anak saya dapat mens pertamanya. Saya heran kok muda sekali ya masih umur 9 tahun? Soalnya waktu saya dulu dapat mens pertama di umur 15 tahun pas 3 SMP,” tutur Saras kepada Media Indonesia, Selasa (17/11).
Menarche terjadi ketika seorang perempuan mengalami menstruasi pertamanya sebagai salah satu tanda pubertas, selain tumbuhnya
bulu kemaluan, bulu ketiak dan payudara.
Ahli gizi Beta Sindiana mengatakan, umumnya menarche terjadi pada anak perempuan berusia 11-14 tahun. Namun, dari sebuah survei diketahui bahwa menstruasi pada anak kian muda di usia 9-11 tahun.
“Jadi makin ke sini anak-anak perempuan mengalami menarche lebih cepat. Setidaknya dari penelitian Moelyo (2019), sepertiganya sudah mengalami menarche pada usia 9, 10, dan 11 tahun,” jelas Beta ketika peluncuran virtual website, Charm’s Girl Talks, pekan lalu.
Menarche dini ini meningkatkan risiko obesitas abdominal, masalah kardiovaskular, resistensi insulin, dan hipertensi. Kemudian meningkatkan risiko kanker payudara, kanker rahim, dan endometriosis, serta meningkatkan peluang kehamilan dini dan kehamilan berisiko yang dapat menyebabkan kematian maternal.
Sedentari
Ada beberapa faktor yang memengaruhi menarche, mulai dari genetik, status gizi, dan faktor lingkungan. Dari hasil penelitian, diketahui 66% anak perempuan yang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah (inactive lifestyle) mengalami menarche dini. Mereka biasanya menghabiskan kesehariannya bermain di dalam rumah 2-3 kali seminggu.
“Tingginya gaya hidup sedentari. Biasanya di rumah, mereka menghabiskan waktu dengan bermain gawai sehingga tidak ada aktivitas fisik yang mereka lakukan,” terang Beta.
Faktor kelebihan dan kekurangan gizi juga memicu menarche dini. Sebanyak 19,4% anak yang kelebihan berat badan mengalami menarche dini. Sementara, pada anak yang berat badannya normal atau kurang, hanya 10,1% yang mengalami menarche dini. “Jadi, menarche berhubungan kuat dengan status gizi kita.”
Gizi sangat penting di tiap fase kehidupan perempuan, termasuk pada masa pubertas yang merupakan periode emas kedua dalam siklus kehidupan untuk mencegah terjadinya masalah gizi. Gangguan gizi tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan, tetapi juga gangguan perkembangan dan penurunan kualitas hidup.
Untuk menjaga gizi seimbang pada anak dan remaja, Beta menyampaikan, agar disiplin makan tiga kali sehari, penuhi kecukupan gizi makro dan mikro, serta perbanyak konsumsi sayur dan buah. “Batasi makanan cepat saji, jajanan, dan makanan selingan yang manis, asin, dan berlemak,” jelasnya lagi.
Selain itu, sambung Beta, orangtuaharus mencontohkan anaknya untuk melakukan gaya hidup aktif, rajin berolahraga, dan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) Hasto Wardoyo menambahkan, sebanyak 63% perempuan di Indonesia yang ketakutan dalam menghadapi haid pertamanya dan 67% orangtua tidak mengedukasi anak soal menstruasi. Karena pengetahuan yang minim itu, sebanyak 39% anak mengalami bullying (perundungan) karena menstruasi.
“Banyak anak SD, SMP, tidak tahu cara merawat kebersihan dan kesehatan reproduksinya,” kata Hasto yang juga dokter spesialis kandungan itu. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved