Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
SISTEM kesehatan yang memadai dapat mendukung tindakan pencegahan agar terhindar dari penyakit serta dapat meningkatkan pelayanan terhadap penyintas penyakit, termasuk penyakit kanker.
“Upaya mengatasi penyakit kanker tidak hanya dengan mengkaji kanker sebagai satu penyakit, namun harus dilihat dari sisi sistem pelayanan kesehatan secara luas,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 bertema Waspada kanker menggerogoti usia produktif, kemarin.
Rerie, panggilan Lestari, menambahkan, penerapan sistem kesehatan yang memadai merupakan bentuk dari kehadiran negara dalam mengatasi masalah kesehatan di Tanah Air, termasuk bagi para penyintas kanker.
Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Tono Rustiano menambahkan, 81% penduduk Indonesia atau sekitar 224 juta sudah terakses layanan jaminan kesehatan. Dalam sistem ini, peserta tercatat di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti puskesmas dan klinik di lingkungan tempat tinggalnya. “Data masyarakat di FKTP bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk tindakan pencegahan penyakit atau deteksi dini gejala awal penyakit, termasuk kanker,” ujar Tono.
Tono berpendapat perlu penguatan di tingkat FKTP untuk mendeteksi dini penyakit, dan upaya preventif serta promotif untuk mencegah paparan penyakit pada masyarakat.
Ketua Umum Cancer Information & Support Center (CISC), Aryanthi Baramuli Putri mengungkapkan, masih banyak masalah yang dihadapi penyintas kanker peserta BPJS Kesehatan. Antara lain, ujarnya, masalah akses terhadap obat dalam bentuk sejumlah layanan dan obat yang tidak dijamin BPJS dan kekosongan obat sering terjadi. Fasilitas kesehatan tingkat pertama, menurut Aryanthi, belum mampu melakukan deteksi dini kanker dengan menggunakan alat USG yang memadai. “Kanker memang belum menjadi program prioritas nasional,” ujarnya.
Produktif
Direktur Pencegahan dan Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Cut Putri Arianie mengatakan penyakit tidak menular, termasuk kanker, menjangkiti masyarakat usia produktif. Berdasarkan data Globocan 2018, kanker menjadi kasus tertinggi di Asia. “Di Indonesia, kelompok wanita masih didominasi kanker payudaya kemudian diikuti serviks, sedangkan untuk laki-laki kanker paru,” kata Cut Putri.
Cut Putri menegaskan, jika tak ada upaya serius dalam menangani ini kemungkinan situasinya akan tambah buruk. Sebagaimana data dari International Agency for Research on Cancer (IARC) juga memperkirakan pada tahun 2040 akan ada 29,5 juta kasus baru. “Itu berarti setiap satu detik diperkirakan ada satu orang terdiagnosis kanker dan setiap dua detik ada kematian yang diakibatkan penyakit kanker,” ucapnya.
Spesialis Bedah Onkologi/Breast Surgeon Farida Briani Sobri mengatakan saat ini pengidap kanker masih banyak menunda dalam mencari perawatan kesehatan. “Misalnya sudah ada benjolan di payudaranya. Rata-rata pasien baru datang setelah benjolan besar karena takut ketika mengetahui itu kanker,” kata Farida.
Padahal, menurutnya, biaya pengobatan kanker payudara pun dapat dikurangi dengan diagnosis dan pengobatan dini. (RO/H-3)
Di tengah perjuangan melawan kanker, kekuatan bukan hanya berasal dari terapi medis, tetapi juga dari dukungan emosional dan hubungan yang bermakna dengan komunikasi empatik.
Jumlah pasien kanker usus besar di bawah usia 50 tahun diperkirakan akan berlipat ganda pada 2030.
Kurang tidur menyebabkan kerusakan DNA, melemahnya kekebalan tubuh, meningkatnya peradangan, dan terganggunya ritme sirkadian, yang semuanya bekerja sama membantu sel kanker.
Wanita di India alami kanker yang datang dari kebiasaannya bekerja terlalu keras dengan minim istirahat hingga membuatnya stres.
Vaksin kanker berbasis mRNA menunjukkan hasil luar biasa pada uji coba tikus. Vaksin ini mampu mengecilkan bahkan menghilangkan tumor.
Faktor genetik, lingkungan, hingga gaya hidup turut memengaruhi kemungkinan seseorang mengidap kanker usus besar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved