Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kembalikan Kejayaan Kakao di Negeri Sabang

Mediaindonesia.com
05/11/2020 08:00
Kembalikan Kejayaan Kakao di Negeri Sabang
(Dok Rosa Panggabean)

TES CURAH HUJAN: Tim dari BMKG Sabang menguji curah hujan lewat alat pengukur curah hujan di Sabang, Aceh. Prakiraan iklim berguna untuk menentukan musim tanam dan perawatan tanaman kakao (coklat). Dok Rosa Panggabean


SABANG, yang merupakan pulau terluar, merupakan titik awal masuk Nusantara dari bagian Barat. Arus barang dan informasi yang masuk ke Kota Sabang tidak terbendung.

Umumnya masyarakat Sabang merupakan warga pendatang. Ada yang berasal dari Aceh, Jawa, dan etnik Tionghoa. Masyarakat di Sabang sangat terbuka dalam menerima kebudayaan lain. Sehingga mereka dapat hidup rukun dan damai berdampingan.

Mewakili Dinas Pertanian setempat, Kepala UPTD BPP Kota Sabang, Nilawati, mengatakan, saat ini budidaya kakao memang sedang didorong oleh pemerintah setempat. Ini dilakukan dengan mempersiapkan teknologi pendamping bagi petani serta industri pengolahan di hulu.

“Sebetulnya, sektor pertanian yang paling potensial adalah kelapa, pinang, dan cengkeh. Namun, kami sedang menggiatkan petani kakao, sebab industri di sektor hulunya sudah siap,” ungkap Nila dalam tayangan Bakti untuk Negeri di Metro TV, Rabu (4/11).

Nila mengatakan, budi daya kakao di Kota Sabang saat ini sudah terintegrasi dengan sistem informasi manajemen penyuluh (Simlu) dari dinas pertanian setempat. Melalui sistem ini, data petani binaan langsung masuk ke sistem dan terprogram ke Kementerian Pertanian.

“Ini tentunya sangat membantu dinas pertanian untuk memantau hasil pertanian di wilayah setempat,” ungkapnya.
Selain Simlu, para petani juga dibekali informasi soal cuaca yang dilakukan oleh Sekolah Lapang Iklim (SLI). Sekolah ini digelar oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Sabang bekerja sama dengan Stasiun Klimatologi Aceh Besar.

Upaya ini menumbuhkan harapan para petani kakao di Sabang. Apalagi, pemerintah melalui Pusat Penyuluhan Pertanian melakukan modifikasi penyusunan dan penyebaran informasi penyuluhan pertanian melalui sistem jaringan yang terkoneksi dengan internet.
Dengan inovasi ini, petani diberi penyuluhan baik langsung maupun daring untuk merawat tanaman kakao dengan benar, serta bagaimana pengaruh iklim untuk perawatan tanaman kakao.

Kepala Stasiun Klimatologi Aceh Besar, Wahyudin, mengatakan, ada tiga faktor yang menentukan hasil panen. Di antaranya lahan, bibit, dan iklim.

“Untuk lahan dan bibit mungkin masih bisa direkayasa, tapi untuk iklim ini petani harus mengetahui sendiri,” ungkap Wahyu.
Menurut dia, petani harus menyesuaikan iklim untuk mengetahui kapan waktu musim tanam dan kapan waktu musim panen. 

“Dengan ini, harapannya ada peningkatan produksi kakao. Paling tidak harus tahu musim tanam musim hujan musim kering. Untuk keperluan harian petani juga dapat melihat prakiraan cuaca BMKG,” jelas dia.

Penyuluhan tentang iklim ini dilakukan secara daring dan tatap muka terbatas. Pihaknya juga membuat grup Whatsapp dan Telegram untuk membantu petani memastikan prakiraan cuaca setiap hari. 
Tidak hanya itu, anak-anak muda Sabang juga berinisiatif mengolah kakao menjadi cokelat, kemudian menjadikannya oleh-oleh penganan khas Sabang.

Dengan kreasi, kemajuan teknologi, dan jaringan internet di Kota Sabang, Cokinol atau Coklat Kilo Meter Nol khas Sabang ini dipasarkan tidak hanya di Sabang, melainkan juga di seluruh Indonesia melalui media sosial dan platform e-commerce.

CEO Cokinol Sabang, Regusti Iswandi, mengaku, dengan adanya jaringan internet, pemasaran yang ia lakukan amat terbantu. Sehingga, pemasaran produksi cokelatnya meski berada di titik kilometer 0 barat Indonesia ini cepat meluas.

“Kita promosi lewat media sosial Instagram dan Facebook juga ada,” kata dia. 

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Sabang, Ridwan, mengatakan, perekonomian dan aktivitas kreatif pemuda di Kota Sabang.

“Kita tahu di sektor pertanian ada cengkeh. Namun sekarang kita beralih ke tanaman pinang kelapa dan kakao. Dengan dukungan jaringan media informasi yang ada saat ini diharapkan bisa meningkatkan produksi dan pemasaran,” jelas dia. (Gan/S2-25)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya