Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Laleilmanino Raup Berkah Pandemi

Fathurrozak
31/10/2020 02:35
Laleilmanino Raup Berkah Pandemi
Trio produser Arya Aditya Ramadhya (Lale), 33, Ilman Ibrahim, 31, dan Anindyo Baskoro (Nino)(Dok. Instagram/LALEILMANINO)

TRIO produser Arya Aditya Ramadhya (Lale), 33, Ilman Ibrahim, 31, dan Anindyo Baskoro (Nino), 32, atau biasa dikenal dengan nama Laleilmanino sejauh ini sudah bersama setidaknya tujuh tahun sebagai pencipta musik dan lagu.

Ketiganya yang juga tergabung dalam kelompok musik, Lale dan Ilman dengan Maliq & D’Essentials, sedangkan Nino dengan RAN,
mengambil posisi sebagai produser di luar kelompok musik mereka masing-masing sebagai bentuk dukungan untuk memberikan lampu sorot bagi sosok-sosok di balik penampil di depan panggung.

Selama ini, kata Nino, yang kerap mendapat lampu sorot ialah para penampil di depan layar. Padahal, sosok yang ada di balik layar punya peluang sama besar.

Peluang itu terlihat ketika pandemi ini. Nino, Lale, dan Ilman meyakini musik yang bagus kapan pun akan tetap berbicara, saat pandemi atau tidak.

“Sekarang kan manggung lewat virtual, ya, kebanyakan. Jadi, kami bertiga merasakan sekali dampak baiknya. Ketika lagu ciptaan kami dipakai untuk, misalnya, streaming, atau digunakan untuk video on demand (VOD), royalti berjalan di situ. Bisa disalurkan ke kami, dalam bentuk ini (royalti),” kata Nino dalam konferensi pers virtual Ideafest 2020, Selasa (27/10).

Ketiganya akan menjadi salah satu pembicara dalam forum konferensi Ideafest 2020 pada pertengahan November. Dalam Ideafest nanti pun Nino bersama Lale dan Ilman ingin menunjukkan kepada generasi muda untuk melihat industri musik bukan hanya dari kacamata penampil.

Nino mencontohkan beberapa musikus saat ini bahkan bisa menciptakan karya dengan cara sendiri. “Sama seperti sektor bisnis lain, melihat peluang. Ini saat yang tepat untuk lakukan restart. Saat ini, bisa melakukan preparasi. Misalnya yang punya band bisa diskusi dan workshop, apa saja yang belum dilakukan sejauh ini,” urai Nino.

Dengan adanya teknologi, sambung Nino, pencipta lagu seperti mereka juga bisa mencari referensi lebih banyak. Referensi dinilainya yang terpenting. Ketiganya mendapat kesempatan untuk meramu musik baru meski itu tidak mudah. “Memang tidak semudah yang diucapkan, ya, tetapi ini tetap saja menjadi peluang,” sahut Nino.

Selama tujuh tahun bersama, setidaknya trio itu sudah memproduksi lebih dari 100 lagu. Beberapa karya terbaru mereka di antaranya Rayu yang dibawakan Marion Jola serta Serenata Jiwa yang dibawakan Diskoria Selekta dan Dian Sastrowardoyo. Kedua lagu itu samasama masuk nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2020.


Al Fatihah

Dalam membuat karya, untuk tetap memastikan kualitas musikalitas, Lale, Ilman, dan Nino mengaku bersandar pada kepuasan si ‘pemesan’ karya, tanpa menihilkan kepuasan mereka.

Menurut trio itu, memproduksi lagu sebagus apa pun ibarat berinvestasi, mereka tidak bisa memastikan apakah publik akan menyukai atau sebaliknya.

Uniknya, dalam proses berkarya mereka selalu memasukkan Surah Al Fatihah dalam salah satu bagian di tiap lagu yang diciptakan.

“Misalnya lagu dengan durasi total 3 atau 4,5 menit, trek selalu dibuka dengan Al Fatihah. Cuma kami stretch. Jadi, enggak kedengaran. Itu sebagai perumpamaan, bagaimana kami mempersiapkan yang terbaik. Pada akhirnya, doalah yang membungkusnya,” terang Nino. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya