Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Tingkatkan Literasi Media, Kemendikbud Gandeng Maarif Institute

Syarief Oebaidillah
25/10/2020 04:28
Tingkatkan Literasi Media, Kemendikbud Gandeng Maarif Institute
Ilustrasi media massa(Ilustrasi)

DALAM upaya meningkatkan literasi media untuk mahasiswa dan dosen, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud menandatangani nota kesepahaman dengan Maarif Institute for Culture and Humanity.

Literasi media merupakan kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan merekonstruksi citra di media. Maka, mahasiswa dan dosen dianggap menjadi kelompok yang dapat meningkatkan literasi media.

Nota kesepahaman tersebut mencakup ruang lingkup pelatihan literasi media bagi mahasiswa dan dosen, sosialisasi pelatihan literasi media, serta monitoring dan evaluasi pelatihan literasi media.

Sebelumnya, kegiatan komunikasi dan kolaborasi sudah berjalan 3 bulan hingga penandatanganan nota kesepahaman. Hal tersebut diutarakan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Paristiyanti Nurwardani, pada acara Penandatanganan MoU Ditjen Dikti Kemendikbud dengan Maarif Institute.

Paris berharap kerja sama itu dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, menerapkan win-win solution antara Ditjen Dikti dengan Maarif Institute, melakukan implementasi, monitoring, dan evaluasi untuk keberlanjutan serta perbaikan yang terstruktur.

“Kami titipkan kepada Maarif Institute sebanyak 287 ribu dosen dan 8 juta mahasiswa untuk diberikan literasi tentang media guna dapat mempercepat transformasi pendidikan tinggi untuk meningkatkan transformasit ekonomi. Sesuai dengan tagline dari Ditjen Dikti yaitu Kampus Merdeka Indonesia Jaya, dimana diharapkan hal tersebut dapat dilakukan bersama-sama,” ungkap Paris melalui keterangan resminya.

Pada kesempatan sama, Dei Sudarmo selaku Staf Khusus Mendikbud mengapresiasi kerja sama tersebut . “Hal ini merupakan milestone kerja sama dan sinergi antara Ditjen Dikti Kemendikbud dengan Maarif Institute. Atas pencapaian ini, diharapkan kita dapat bekerja lebih erat lagi,” ungkapnya.

Baca juga : Pesantren Sekarang Jauh Lebih Berkembang

Direktur Program Maarif Institute Khelmy mengatakan, permasalahan literasi media yang terjadi saat ini diakibatkan kurangnya informasi dan solusi yang tersedia, sehingga tantangan hoaks semakin komplek sementara belum ada panduan kurikulum dan materi yang memadai.

Selain itu, sebagian besar literasi media disajikan dalam bentuk kelas yang berdampak pada keterbatasan masyarakat untuk mengakses materi-materi tersebut. Hal ini juga diperburuk dengan peningkatan konsumsi konten internet yang negatif, dan tidak diiringi dengan literasi digital atau literasi informasi.

Khelmy menyampaikan melalui kerjasama Program Tular Nalar, Maarif Institute berharap dapat menularkan nalar yang baik dan meningkatkan literasi digital di masyarakat.

Program ditujukan kepada 26.700 guru, dosen, dan mahasiswa calon guru dalam bentuk daring dan luring selama 1,5 tahun dimana para peserta program diberikan materi pelajaran terkait pemikiran kritis dan literasi media berupa seminar, pelatihan, talkshow radio, video, modul, assessment, serta platform pembelajaran yang dapat diakses secara gratis.

Program tersebut akan Maarif Institute kombinasikan dengan Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) yang sudah dimiliki Kemendikbud dan akan berjalan di 23 kota. Harapannya, peserta program ini memiliki kompetensi pribadi mengenai literasi digital, bisa merespon situasi dan hoaks, memiliki ketahanan terhadap dirinya yang bisa berdampak pada lingkungan sekitarnya atau menjadi agent of change.

Suyoto Selaku Bendahara Yayasan Ahmad Syafi’i Maarif d menyampaikan terdapat 4 modal yang harus dimiliki dalam berbangsa dan bernegara yaitu fiskal, natural, human capital, dan social capital.

Saat ini, dunia digital berhubungan langsung dengan 2 modal yang besar yaitu human capital serta manusia sekaligus. Selain itu, perlu adanya moralitas dalam penggunaan dunia digital di masa sekarang ini. Tanpa adanya dua modal yang kuat yaitu human capital dan manusia, sebuah bangsa tidak akan produktif dalam membangun bangsa dan negara serta melakukan pembangunan berkelanjutan.(OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik