Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PENELITI Riset Ketahanan Pesantren terhadap Radikalisme Kamilia Hamidah mengatakan, pesantren merupakan social capital yang sangat strategis dalam pembangunan moderasi beragama. Namun, ada sejumlah pesantren yang rentan terpapar paham ekstrimisme dan kekerasan, oleh sebab itu, perlu dilakukan penguatan pada aspek pertahanan pesantren.
“Aspek pertahanan pesantren perlu diperkuat dan ditopang dalam bentuk beragam dukungan dari pengambil kebijakan untuk meminimalisir kerentanan tersebut (ekstrimisme dan kekerasan),” kata Kamilia dalam webinar, Jumat (23/10).
Dia menuturkan, ada sejumlah faktor pelindung yang dapat membuat sebuah pesantren memiliki ketahanan, yaitu kyai dan kitab kuning yang menjadi ikon yang sangat dipercayai oleh para santri, nilai-nilai pendidikan yang berorientasi kemasyarakatan, keterikatan dan keterhubungan sosial politik, mengalami perbedaan dan keragaman, serta adanya kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka.
Sedangkan faktor risiko yang dapat membuat sebuah pesantren rentan terharap ekstrimisme dan kekerasan yaitu infiltrasi paham dan gerakan radikal, sikap eksklusif dan pedagogi indroktrinatif, serta minimnya kesadaran bernegara.
Baca juga : Akses Informasi untuk Mendorong Santri Berkontribusi bagi Negara
“Ada empat hal yang harus diperkuat sebagai upaya membangun ketahanan dalam pesantren yaitu menjauhkan kontak dengan ideologi radikal, mendelegitimasi ideologi radikal, menghilangkan prasangka kebencian, dan mengatasi isu umat Islam terdzolimi,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Staff Ahli Menteri Agama Oman Faturahman menambahkan, pada prinsimpa, moderasi beragama adalah memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang. Harapan dari moderasi beragama adalah, seseorang dapat menjadi pribadi yang tidak ekstrim dan tidak berlebihan dalam menjalankan agama, sebab tidak ada agama manapun yang mengajarkan ekstrimitas.
“Di sini kata adil dan berimbang dalam arti proposional, jadi kita menghindarkan diri dari perilaku ekstrim atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya. Kalau kita terlalu berlebihan dalam mengejawantahkan ajaran agama juga dapat berdampak buruk pada kemungkinan kita terpapar ajaran ataupun paham ekstrimisme yang berbahaya,” tandasnya. (OL-7)
Pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu atau sekadar menjadi pintar. Yang terpenting adalah menjaga akhlak generasi muda.
KETUA Bidang Pondok Pesantren dan Majelis Taklim Pengurus Pusat GP Ansor, Nur Faizin mendukung gagasan tentang transformasi pendidikan pesantren.
Sementara Kuasa Hukum pelapor -- KDR -- Heru Lestarianto, Sabtu (31/5) menjelaskan aksi penganiayaan tersebut tersebut terjadi pada Februari lalu.
Dia juga membangun kedekatan emosional dengan semua santri agar mereka patuh, disiplin dan menjauhi hal negatif yang bisa merusak masa depan mereka.
Langkah konkret memperbaiki sekolah sekaligus minat belajar para santri ini, adalah bagian upaya besar Aice dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi para siswa sekolah.
Santri dan pesantren dinilai sebagai salah satu komponen bangsa yang berkontrubusi dalam kemerdekan Indonesia sehingga harus diberikan kesempatan mengelola sumber daya alam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved