Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri meminta warga Wonogiri yang bermukim di lima wilayah kecamatan, yakni Purwantoro, Jatiroto, Giriwoyo, Giritontro, dan Kismantoro untuk mewaspadai krisis air pada masa dasarian I Oktober hingga dasarian II November. Ini memungkinkan tidak terjadinya hujan dalam rentang 50-90 hari.
"Berdasarkan laporan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) dari Stasiun Klimatologi Semarang, perlu diwaspadai adanya curah hujan rendah, bahkan di lima wilayah Wonogiri mengalami HTH (hari tanpa hujan) cukup lama dalam dasarian I Oktober hingga dasarian II November nanti," ungkap Kepala BPBD Wonogiri Bambang Haryanto kepada Media Indonesia, Senin (12/10).
Lima wilayah kecamatan itu, yakni Purwantoro diprediksi mengalami 90 HTH, Jatiroto, Giriwoyo, dan Giritontro selama 59 HTH, serta Kismantoro mengalami 56 HTH. Karena itu, pada masa kering ini, warga harus pandai menyikapi sebagaimana yang dilakukan puluhan desa di wilayah selatan dalam menghadapi krisis air bersih. Relawan Desa Tangguh Bencana (Destana) diminta selalu bersiap diri mengantisipasi bencana itu.
Masih menurut ramalan Stasiun Klimatologi, bahwa berdasar monitoring HTH dasarian I Oktober ini, umumnya wilayah Jawa Tengah terjadi 1-5 hari tanpa hujan atau sangat pendek menimpa sebagian wilayah Brebes, Pemalang, Batang, Kendal, Kota Semarang. Kabupaten Semarang, Demak, Grobogan, Pati, Rembang, Blora, Sragen, Klaten, Sukoharjo, dan Karanganyar terjadi 6-20 HTH.
Klasifikasi HTH 31-60 terjadi di sebagian besar Wonogiri. HTH dengan kriteria ekstrem atau lebih dari 60 hari, yakni di Purwantoro. Terkait analisis curah hujan dasarian I Oktober 2020, masih rendah (0-50 mm) hingga menengah (51-150 mm), kecuali sebagian wilayah Kabupatan Cilacap dan Banyumas,lalu sebagian wilayah utara Purbalingga, Kebumen, dan Demak, serta sebagian kecil wilayah tenggara Pemalang dan Purworejo. (OL-14)
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
Dwikorita juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk merespons dinamika iklim yang semakin tidak menentu.
Fenomena kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun
Sebagai bentuk respons, BPBD Kabupaten Demak bersama sejumlah pihak melakukan penanganan darurat, termasuk penutupan tanggul, pompanisasi di titik kritis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved