Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
GELIAT pariwisata yang pesat kadang tak sejalan dengan kelestarian lingkungan di lokasi wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan kerap berbanding lurus dengan jumlah timbunan sampah dan luasan karang yang hilang di pesisir.
Sebagai anak asli Kepulauan Seribu, Andi Hakim merasa tak bisa hanya diam menonton kerusakan itu terjadi di tanah kelahirannya. Ia bertekad membangun kesadaran warga lokal dan para wisatawan untuk bisa menjalankan kegiatan dan bisnis wisata tanpa merusak ekosistem laut.
“Saya anak pulau asli, saya berpikir bisa melakukan apa untuk berkontribusi pada kelestarian lingkungan pulau ini,” ujar Andi, ketika dihubungi, Sabtu(19/9).
Berangkat dari kegelisahan itu, pada 2016 Andi akhirnya mulai membentuk komunitas dengan anak-anak muda di Pulau Tidung. Andi memberi nama komunitasnya, Jejak Seribu. Kegiatan pertama yang mereka lalukan ialah mengedukasi pelestarian lingkungan kepada siswa-siswi sekolah dasar dan menengah di Pulau Tidung.
“Kegiatan awal kita itu namanya Jelajah Edukasi. Kita berkunjung ke pulau-pulau dan ke sekolahsekolah untuk sosialisasikan ke anak-anak soal pelestarian lingkungan dan juga mengajak mereka melakukan kegiatan-kegiatan penyelamatan lingkungan secara langsung,” ujar Andi.
Lelaki berusia 30 tahun tersebut mengatakan, anak-anak dan para remaja merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pelestarian lingkungan. Melalui mereka, ia berharap gaya hidup bersih dan berkelanjutan bisa tertanam sejak dini hingga masa yang akan datang.
Selain kepada pelajar, Jejak Seribu secara rutin juga menginisiasi kegiatan penyelamatan ling kungan dengan warga dan para wisatawan, dari menanam mangrove, rehabilitasi terumbu karang, hingga pemungutan sampah di sepanjang garis pantai.
Kegiatan itu tidak hanya dilakukan di Pulau Tidung, tetapi juga pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu. Dari 11 pulau berpenghuni di kepulauan itu, Jejak Seribu sudah melakukan kegiatan edukasi dan pelestarian lingkungan di tujuh pulau. Sejak berdiri, sudah puluhan kegiatan penanaman mangrove dan rehabilitasi terumbu karang yang mereka lakukan.
“Kami juga secara rutin melakukan beach clean up atau membersihkan pantai. Kami selalu melakukan itu secara rutin karena
Kepulauan Seribu ini mendapat sampah tidak hanya dari warga lokal dan wisatawan, tapi juga sering dapat sampah kiriman dari wilayah-wilayah lain,” ujar peraih gelar S-2 dari Institut Pertanian Bogor tersebut.
Setidaknya, kata Andi, satu bulan sekali kegiatan bersih pantai dilakukan. Sampah-sampah yang terkumpul kemudian dipilah dan dikelola oleh anggota komunitas. Sampah berkualitas baik dipisahkan untuk didaur ulang menjadi berbagai kerajinan tangan, sedangkan yang hancur disalurkan ke tempat pembuangan akhir untuk diangkut oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
“Kami tampung sampah plastik untuk didaur ulang oleh ibu-ibu
PKK di pulau karena mereka juga kerap kebingungan mencari penghasilan tambahan,” ujar Andi.
Selain menyalurkan bahan baku produk daur ulang kepada ibu-ibu di pulau, tutur Andi, Jejak Seribu juga memberikan pelatihan dan pendampingan bagi mereka. Dengan begitu, produk yang dihasilkan dapat bernilai jual.
“Kami menamakan kegiatan pendampingan pembuatan suvenir dari daur ulang itu Jejak Seribu-preneur. Mereka juga kami latih untuk mengelola bahanbahan makanan yang ada di pulau untuk menjadi oleh-oleh khas Kepulauan Seribu.”
Andi mengatakan, untuk memperluas upaya pelestarian lingkungan, ia juga menjalin relasi dengan para penyedia jasa wisata di Kepualaun Seribu. Salah satu yang diupayakan ialah agar mereka mau menyertakan salah satu kegiatan pelestarian lingkungan dalam paket wisatanya. Di antaranya, kegiatan menanam mangrove dan membersihkan pantai.
“Memang tidak mudah membuat para penyedia jasa wisata menyelipkan kegiatan cinta lingkungan, memang butuh kesadaran, jadi kami pada dasarnya upaya utamanya ialah melakukan pendekatan untuk menumbuhkan kesadaran itu. Kita pelan-pelan, tapi alhamdulillah sekarang sudah mulai banyak yang melakukan itu. Jadi kami senang sekarang gerakannya bisa lebih luas dengan berkolaborasi,” ujar Andi.
Untuk melakukan pelestarian mangrove dan terumbu karang, Andi juga bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan komunitas Turun Tangan, juga komunitas mahasiswa dari berbagai universitas. Termasuk mahasiswa asing yang tergabung dalam AIESEC (International Association of Students in Economic and Commercial Sciences).
Untuk memaksimalkan hasil konservasi, Jejak Seribu juga selalu berkoordinasi dengan Pusat Budi Daya dan Korservasi Laut yang dikelola oleh pemerintah. Dengan demikian, mereka jadi tahu di lokasi mana kegiatan seperti penanaman mangrove sebaiknya dilakukan.
“Memang kalau mau melihat dampaknya pada lingkungan harus jangka panjang. Tapi salah satu yang sudah berhasil terlihat ialah semakin melebar dan sehatnya kondisi karang di Pulau Tidung Kecil,” ujar Andi
Saat ini, ungkap Andi, di Tidung Kecil sudah ada taman terumbu karang yang menjadi salah satu tempat ikan-ikan berkumpul dan berkembang biak. Selain kegiatan konservasi dan membersihkan pantai, Jejak Seribu juga mendirikan kantin zero waste di Pulau Tidung. Masyarakat atau wisatawan yang ingin makan di sana harus membawa wadah dan alat makan sendiri.
Kampung literasi
Di bidang lain, Jejak Seribu juga melakukan gerakan untuk menumbuhkan minat membaca anak-anak di Kepulauan Seribu. Melalui kegiatan yang dinamakan Kampung Literasi, Jejak Seribu mendirikan Taman Baca dan Pojok Baca di Pulau Tidung dan Payung.
Setiap orang dapat datang untuk membaca berbagai buku yang disediakan secara gratis. Andi menjelaskan, kondisi geografis yang berupa pulaupulau kecil memang membuat gerakan komunitasnya menjadi lebih terbatas. Keterbatasan sarana transportasi membuat setiap kegiatan tidak bisa dilakukan dengan lebih cepat dan setiap saat.
Di tengah pandemi, kegiatan menjadi lebih terbatas. Aktivitas yang melibatkan banyak orang terpaksa terhenti. Namun, kegiatan anggota atau yang disebut Sahabat Jejak Seribu tidak sertamerta terhenti.
Saat ini, kegiatan bersih-bersih pantai masih terus dilakukan. Penanaman mangrove dan pemeliharaan karang juga tetap dilakukan secara berkala.
“Dalam waktu dekat kita akan melakukan pembagian dan sosilalisasi pengurangan kantong plastik dan penggunaan tas ramah lingkungan bagi warga pulau,” ujarnya.
Sosialisasi pengurangan penggunaan plastik menjadi salah satu agenda prioritas terdekat karena Pemprov DKI sendiri sudah melarang menggunakan kantong plastik. Namun, Andi menilai masih banyak warga yang belum paham urgensi atas kebijakan tersebut.
“Itu yang ingin kami sosialisasikan. Semoga bisa terlaksana. Peyadaran akan bahaya sampah plastik bagi lingkungan laut dan pesisir menjadi salah satu agenda yang akan kami lakukan dalam Festival Anak Pulau. Tidung Clean Up. waktu dekat,” tukas Andi. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved