Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PEMERINTAH ber janji akan merilis tarif standar tes polymerase chain reaction (PCR) atau tes usap, untuk mendi-agnosis covid-19.
Hingga kini belum ada kejelasan berapa tarif PCR yang dipatok.Juru bicara Satgas Pena-nganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengakui, pihaknya masih menggodok rumusan standar harga PCR tersebut.
“Belum selesai pe-rumusannya,” ujar Wiku saat dihubungi Media Indonesia,Jumat (18/9).Namun, dia memastikan pemerintah akan menerap-kan harga secara transparan pada masyarakat dan segera menetapkanya pada laboratorium penyelenggara tes covid-19.
Pada Senin (14/9), Menteri Koordinator Bidang Pereko-nomian Airlangga Hartato mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kemen-terian Kesehatan untuk merumuskan harga tes PCR yang layak bagi masyarakat, sebagai rujukan dan referensi
.Saat ini biaya tes PCR yang mencapai lebih dari Rp2,2 juta masih menjadi barang mahal bagi masyarakat. Padahal, angka kasus covid-19 terus naik mendekati angka 4.000 kasus baru per harinya.
Adi, 32, seorang warga di Jakarta Pusat, menjadi korban mahalnya tes PCR itu. Karena mahalnya tes PCR, ia yang mengalami demam dan batuk hanya sanggup melakukan rapid test antibodi di sebuah klinik.
Dengan membawa hasil negatif, ia pulang ke rumahnya dan hanya meminum obat penurun demam.Selang dua hari kemudian, ia mengalami sesak napas hebat hingga harus dirawat di ruang intensive care unit(ICU) sebuah trumah sakit swasta.
Pihak RS pun menunggu hasil tes usap untuk memastikan dugaan covid-19. “Hasil swab-nya positif, keluar satu jam setelah suami saya meninggal. Cuma satu malam bertahan di ICU,” isak Ranti, istri Adi kepada Media Indonesia, tadi malam.
Ranti yang kini berstatus positif covid-19 menyebutkan, kalau saja hasil tes PCR dilakukannya lebih awal dan lebih cepat, mungkin nyawa sang suami masih bisa tertolong.
Sewajarnya
Dalam paparannya pada 16 September 2020, Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo me-nyebutkan harga dasar tes PCR di RS pemerintah ialah Rp439 ribu, tidak sampai Rp2 juta.
Angka itu didapat dari hasil rapat satgas dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). “Untuk RS swasta ditambah margin keuntungan sewa-jarnya,” sebut Doni.
Bagaimana dengan PCR kit buatan lokal yang lebih murah sebesar Rp250 ribu dan presisi karena menggunakan strainvirus orang Indonesia? Kepala Badan Pengkajian dan Pene-rapan Teknologi (BPPT) Ham-mam Riza yang memimpin tim Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanggulangan Pandemi Covid-19 (TFRIC-19) mengungkapkan, hingga kini baru 100 ribu produk PCR kit lokal yang terserap.
“Yang sudah didistribusikan 100 ribu unit PCR, dan masih tersedia 400 ribu unit lagi,” kata Hammam.Minimnya penyerapan PCR kit tersebut amat disayangkan sebab BPPT memiliki kapasitas produksi PCR kit hingga 1 juta unit. “PCR kit akan dibuatkan tergantung pesanan Kemenkes dan satgas covid-19,” tukas Hammam. (Ata/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved