Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sebarkan Semangat Berkebun

Putri Rosmalia Oktaviani
17/9/2020 00:50
Sebarkan Semangat Berkebun
Gibran Tragari(Dok. Sendalu)

DI banyak wilayah perkotaan, lahan hijau sebagai sumber resapan air sudah semakin jarang ditemui. Kerusakan lingkungan akibat pembangunan yang tidak berkelanjutan terus terjadi, seiring perkembangan industri dan jumlah populasi manusia.

Kegelisahan akan semakin rusaknya ekosistem di wilayah perkotaan dan permukiman memicu Gibran Tragari untuk mulai bergerak melakukan upaya penyelamatan ekosistem di sekitar tempat tinggalnya. 

Di tanah sekitar 500 meter milik keluarganya, Gibran akhirnya mulai membuat kebun yang berisi berbagai jenis tanaman. Ia juga memanfaatkan atap kediamannya seluas 200 meter untuk menanam berbagai jenis tanaman.

Berbagai jenis tanaman ia semai satu per satu. Mulai dari yang dapat menjadi alternatif pangan, seperti kangkung dan bayam, hingga yang berfungsi untuk menghidupkan kembali ekosistem di sekitarnya. Kebun itu kemudian ia beri nama Sendalu Permaculture.

Gibran menjelaskan, secara garis besar permaculture adalah sebuah kegiatan berkebun dengan upaya menciptakan kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan antara manusia dan makhluk hidup lain serta alam di sekitarnya. Hal itu, yang menurutnya, memang sangat dibutuhkan di tengah masifnya pembangunan kota saat ini.

“Jadi tahun 2017 saya memutuskan untuk mengolah tanah milik orangtua. Memang dulu awalnya karena kekhawatiran kerusakan lingkungan akibat konsumerisme, jadi saya mulai mikir apa yang bisa saya lakukan. Akhirnya saya putuskan untuk mulai produksi sendiri apa yang saya konsumsi lewat berkebun,” ujarnya, pekan lalu.

Kebun yang berlokasi di wilayah Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, tersebut saat ini sudah memiliki berbagai jenis tanaman. Beberapa di antaranya sudah rutin dijadikan sebagai sumber bahan makanan ia dan keluarga, seperti ubi, singkong, kangkung, sawi, serta buah-buahan. 

Selain itu, ia memelihara berbagai hewan ternak. Dengan begitu, upaya penyelamatan ekosistem bisa berjalan lebih maksimal. Bersamaan dengan itu, ia juga melakukan pengelolaan sampah, sisa makanan, dan kotoran hewan sebagai pupuk. 

Dengan demikian, sampah yang ia hasilkan dari kegiatannya di Sendalu Pemaculture tidak begitu saja berakhir di tempat pembuangan. 

“Kebanyakan orang hanya sebatas berkebun, tapi itu hanya bagiannya. Saat ini semua harus terkoneksi dan jalan bersama agar kehidupan yang berkelanjutan bisa berjalan. Seperti ketika berkebun kita butuh pupuk, kita bisa ambil dari hasil ternak. Kita juga harus bisa mengelola sampah dengan baik. Jadi, semua harus berjalan beriringan,” ujar lelaki yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Jurusan Agribisnis, Universitas Terbuka, ini.


Gandeng komunitas

Sejak berdiri 2017, Sendalu Permaculture terus berkembang. Bila awalnya ia hanya berniat untuk bergerak secara mandiri, saat ini Sendalu semakin meluaskan jaringan kerja sama gerakan dengan komunitas-komunitas lain di wilayah Jabodetabek. Salah satunya Komunitas Ciliwung Depok.

“Sejak 2018 dan 2019 semakin banyak yang datang dan kami terhubung dengan komunitas-komunitas. Akhirnya di sini jadi semacam ruang eksperimen bersama. Kita buat berbagai kegiatan, misalnya diskusi dan edukasi seputar berkebun dan mengelola sampah,” ujar Gibran.

Gibran mengatakan edukasi dilakukan secara rutin setidaknya sebulan sekali kepada masyarakat sekitar atau anggota komunitas lain yang ingin mengetahui seputar ilmu berkebun. Tidak jarang, Sendalu juga menjadi wadah bagi pelajar dan mahasiswa untuk meningkatkan ilmu terkait berkebun dan penyelamatan ekosistem.

Sejak berdiri, sudah puluhankegiatan workshop atau edukasi terkait kegiatan berkebun dan lainnya yang dilakukan di Sendalu, baik untuk komunitas, masyarakat sekitar, maupun kalangan pelajar dan mahasiswa. 

Selain berkebun, workshop lain yang juga dilakukan ialah pengelolaan bahan pangan secara mandiri dari kebun untuk dikonsumsi sehari-hari.

“Kami juga mengadakan seminar soal krisis air. Tahun 2019 lalu, saat musim kemarau, di wilayah sekeliling Sendalu sudah kekeringan, tapi di tempat kami tidak. Akhirnya kami memberi masukan dan pelatihan untuk komunitas dan orang lain yang tertarik untuk membuat resapan dengan menanam. Kita ajak komunitas lain ngobrol bareng agar upaya menjaga sumber air ini bisa semakin meluas,” ujarnya.

Gerakan untuk meningkatkan kesadaran terhadap keberlangsungan lingkungan yang dilakukan Gibranjuga tidak berhenti di situ. Hingga saat ini, ia terus melakukan berbagai edukasi dan workshop bagi banyak kalangan, seperti pengelolaan sisa sampah, makanan, hingga teknik berkebun meski di tengah keterbatasan lahan.

“Intinya kami suarakan bahwa berkebun tidak harus dengan lebih dulu punya lahan luas. Kita bisa manfaatkan setiap ruang yang ada. Termasuk di atap. Kami beri tahu cara dan tekniknya,” ujar Gibran.

Gibran mengatakan, saat ini ia memutuskan menjadikan lokasi kebunnya sebagai tempat bagi komunitaskomunitas masyarakat yang ada di Jabodetabek, khususnya Depok. Dengan begitu, semua bisa bekerja secara terintegrasi dan beriringan dalam upaya pemulihan dan penyelamatan lingkungan di sekitar Depok.

“Karena komunitas di Depok, misalnya, ada banyak, tapi hanya mengetahui dan menjalankan apa yang mereka ketahui. Bila ada wadah dan aksinya, jadi bisa lebih besar dilakukan bersama-sama,” ujarnya.

Misalnya, komunitas pemerhati Ciliwung, mereka bisa juga mempelajari teknik berkebun dengan permaculture dan mengaplikasikan di wilayah komunitasnya berdiri.

“Itu sudah kami lakukan pada 2020 ini agar dampak gerakan kami semua bisa semakin meluas. Kami juga membuat community center dengan nama Teras Kamala untuk kegiatan komunitas-komunitas yang ada,” ujar Gibran.

Di tengah situasi pandemi, kegiatan tidak begitu saja berhenti dilakukan. Lewat kerja sama dengan komunitas lain, Gibran juga tetap melakukan workshop berkebun secara daring. Di antaranya yang dilakukan bersama dengan sekolah-sekolah.

Lokakarya berkebun di rumah saat pandemi terus dilakukan. Diharapkan, masyarakat dapat mengaplikasikan di rumah masing-masing. 

“Ke depan kami akan terus memikirkan kegiatan yang berdampak pada masyarakat. Kami ingin membuat kebun komunitas dan kegiatan dengan komunitas lain. Kami juga berniat mengembangkan bisnis pangan lokal dengan menjalin kerja sama dengan petani lokal. Saat ini tengah pada tahap pendataan dan mencari jaringan petani lokal di wilayah Depok,” tutur Gibran. (M-4)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya