Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Diluncurkan, Platform Praktik Promosi Gizi Baik di Sekolah

Suryani Wandari Putri Pertiwi
03/9/2020 14:35
Diluncurkan, Platform Praktik Promosi Gizi Baik di Sekolah
Relawan berkostum wayang dan tokoh animasi membagikan buah pisang kepada siswa SD Negeri Cemara 2 di Solo, Jawa Tengah, Jumat (24/1)(ANTARA/Maulana Surya)

Promosi Gizi Berbasis Sekolah atau School based Nutrition Promotion (SBNP) yang diinisiasi Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Center for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) meluncurkan produk yaitu SBNP Platform dan Buku Kompilasi, Kamis (3/9) melalui daring.

Platfotm dan buku ini merupakan upaya mendokumentasi berbagai upaya promosi gizi berbasis sekolah yang sudah dilakukan termasuk praktik baik di Indonesia.

Menurut Directur SEAMEO RECFON Muchtaruddin Mansyur, kegiatan SBNP tersebut dilakukan untuk mengintegrasikan kegiatan promosi ke dalam berbagai kegiatan di sekolah.

Baca juga: Kasus Persalinan Cesar Tinggi, BPJS Kesehatan Perkuat Koordinasi

"Anak usia sekolah dan remaja menjadi kelompok usia yang tepat sebagai agen perubahan membawa praktik baik tentang gizi ke keluarga maupun lingkungan sekitarnya," kata Mansyur dalam talkshow dan launcing SBNP.

Kegiatan ini turut didukung pula oleh berbagai kepentingan. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, upaya perbaikan gizi masih terus dilakukan dan perlu didukung oleh pemangku kepentingan. "Kami di Kemendikbud mendukung kegiatan ini. Mendukung pula usaha kesehatan sekolah yang selama ini fokus pada tiga komponen yaitu peningkatan asupan gizi dengan penyediaan saraan sehat, pendidikan gizi , penguatan karakter," kata Kepala Biro Humas dan Kerjasama, Kemendikbud Evy Mulyani.

Kegiatan ini pun dinilai penting mengingat kesehatan remaja menjadi aset penting. Remaja merupakan kesempatan kedua memperbaiki kualitas sumber daya manusia setelah fase balita untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Bahkan menurut

Direktur Gizi Mastyarakat Kementerian Kesehatan Dhian Dipo, mengatakan remaja putri adaah calon ibu di masa depan dan status gizi mereka memberikan dampak langsung pada satus gizi pada generasi selanjutnya.

Tetapi lanjut Dhian, pada kenyataannyaa seperempat remaja kita mengalami stunting. "1 dari 4 remaja mengalami stunting dan 1 dari 7 dari remaja kita mengalami kelebiahan berat badan. Ini menggambarkan gaya hidup berisiko pada penduduk di atas usia 10 tahun," kata Dhian.

Ia juga mengungkapkan, proporsi penduduk kurang sayur dan buah dari meningkat, dari data Riskesdas tahun 2013 sebanyak 93,3% , naik menjadi 95,5% di 2018.

Kementerian Agama pun menyadari pentingnya tentang gizi karena dapat membentuk remaja yang sehat baik secara fisik dan psikis, namun pada sisi penyediaan makanan sehat di sekolah, khususnya di madrasah yang masih perlu dukungan yang kuat ikut menjalankan program tersebut.

"Kami itu sudah mengeluarkan skema pembiayaan untuk mencukpi atau membantu anak-anak agar tidak stunting karena faktanya hanya terdapat satu sumber pendanaan," kata Direktur KSKK Madrasah sekaligus Direktur Jendral Pendidikan Islam Kemenag Umar MA.

Ia menyesalkan adanya perbedaan sumber dana maupun jumlah dana yang didapatkan untuk madrasah sehingga sebagian madrasah kesulitan untuk menjalankan program tersebut.

Terkait hal itu, Dhian pun mengatakan kunci untuk berjalannya program ini adalah dengan menanamkan kebiasaan dan praktik perilaku makan dan perilaku hidup sehat dengan upaya intervensi dari berbagai kalangan seperti pengelola sekolah, guru, pengelola kantin dan tokoh berpengaruh di masyarakat. Tak hanya itu tersedianya kebijakan yang mendukung kualitas gizi juga akan memastikan keseimbangan berjalannya program.

"Jadi ada dua sisi, di siswa atau lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah yang harus diberikan edukasi," pungkas Dhian. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya