Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KELUARGA menjadi ujung tombak dalam melakukan langkah pencegahan stunting pada anak. Hal itu disampaikan Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA Lenny N Rosalin.
"Keluarga menjadi pengasuh pertama dan utama. Untuk itu, kita harus melakukan yang terbaik untuk anak-anak yang kita cintai, itu jadi prinsip utama. Kita harus lakukan intervensi gizi agar anak hidup, tumbuh dan berkembang sehingga menjadi SDM yang berkualitas," kata Lenny dalam webinar bertajuk ASI dan Gizi Seimbang dalam Upaya Penurunan Stunting, Selasa (1/9).
Lenny menjabarkan, saat ini, terdapat 79,5 juta anak dari 81,2 juta keluarga. Adapun, terdapat 10% anak yang konsumsi kalori hariannya kurang dari batas normal yakni 1.400 kilo kalori/hari.
Baca juga: Imunisasi Anak Tetap Penting di Tengah Pandemi
"Konsumsi kalori hariannya kurang. Tapi berdasarkan data BPS pada 2019, uang yang dimiliki keluarga dialokasikan untuk pembelian beras 20%, rokok 12%, daging 4%, telur 4%. Bayangkan rokok menghabiskan lebih banyak dari belanja protein untuk anak," bebernya.
Untuk itu, Lenny meminta keterlibatan aktif masyarakat untuk melakukan pencegahan stunting mulai dari keluarga sendiri, mulai dari pemenuhan gizi hingga pemberian ASI eksklusif.
"Lokus intervensi dimulai keluarga sendiri, keluarga se-RT, keluarga se-RW, sedesa, sekecamatan, kita harus aktif lapor apabila ada kasus anak yang terlihat kurang gizi," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ahli Gizi Tan Shot Yen mengungkapkan, stunting terjadi bukan hanya karena minimnya pemenuhan gizi setelah bayi lahir. Jauh dari itu, kebutuhan nutrisi ibu saat masa kehamilan menjadi faktor penting bagi pertumbuhan bayi.
"Tidak dilakukan inisiasi menyusui dini, anak tidak mendapatkan ASI eksklusif, ibunya percaya bahwa ASI saja tidak cukup, lalu ibunya tidak pede, dicampur makanan lain, susu lain selain ASI. Ini yang membuat tumbuh kembang anak jadi terganggu. Konfirmasi anaknya bisa stunting dan risiko anak bisa terkena penyakit tidak menular," bebernya.
Untuk itu, penting bagi ibu untuk memerhatikan asupan gizi selama masa kehamilan dan menyusui. Selanjutnya, setiap ibu juga harus menyadari bahwa pemberian ASI eksklusif memberikan banyak manfaat bagi anak dan ibu.
Di antaranya, anak yang sering disusui biasanya punya rasa aman, rasa puas, dan lebih tenang. Selain itu, kompsisi ASI pas dengan kebutuhan bayi, pasalnya ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi.
"Kemudian bayi akan tehindar dari diare karena ASI steril. Selain itu, menyusui dapat melatih panca indera bayi hingga di kemudian hari anak memiliki kestabilan emosi yang baik," jelas Tan
"ASI juga dapat menurunkan risiko kegemukan dan alergi, dan ini yang tidak didapatkan dari susu formula," tandasnya. (OL-1)
Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah lebih cenderung mengalami masalah perilaku, depresi, rasa rendah diri, dan kegagalan dalam pendidikan.
KEMENTERIAN Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN menegaskan pentingnya peran agama sebagai salah satu dari 8 Fungsi Keluarga dalam mewujudkan generasi emas Indonesia.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu.
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) meluncurkan program Family Orientation at the Mosque’s Site (Foremost) sebagai strategi baru pembinaan keluarga berbasis masjid.
Semua upaya menjaga keamanan pangan dimulai dari satu hal sederhana: kebersihan.
KNPK Indonesia menilai pentingnya penguatan peran keluarga dalam membentuk karakter dan moralitas manusia Indonesia yang luhur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved