Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
PROSES uji klinis fase III vaksin covid-19 mulai berlangsung pada Selasa (11/8) yang disaksikan langsung Presiden Joko Widodo. Sebanyak 20 relawan pertama dari total 1.620 subjek telah menjalani penyuntikan vaksin dan uji usap di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.
Untuk mengetahui sejauh mana proses uji klinis ini, reporter Metro TV/MG News Yasmin Athania mewawancarai Ketua Tim Riset Uji Klinis Fase III Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil.
Berikut ini petikannya.
Bisa Anda jelaskan mekanisme pemilihan para subjek/relawan?
Ada 1.620 subjek, 50% dapat vaksin dan 50% dapat plasebo. Yang dapat vaksin itu ada tiga batch. Nanti kita bisa tahu apakah ada konsisten baiknya imunogenisitas atau keamanannya jika dibandingkan dengan plasebo, plasebo enggak dapat apa-apa. Cuma kita enggak tahu siapa yang dapat plasebo siapa yang dapat vaksin, tapi suntikannya sama, warnanya sama. Biasanya plasebo itu terdiri atas aquades (air murni).
Bagaimana mekanisme pembagian vaksin, apakah bersamaan atau dibagi menjadi beberapa gelombang?
Pembagiannya maksimal di tiap center, sehari antara 20 dan 25 orang. Jadi kan kalau mereka datang mesti dicek, periksa darah, dan sebagainya. Itu sehari kita maksimal cuma 25 orang. Penelitinya kan banyak, dokter spesialisnya saja ada 20 dari dokter penyakit dalam. Delapan dokter dari kerja sama dan bagian kita ada 12 yang membantu. Kemudian, dokter umumnya ada 30 yang untuk nyuntik itu, lalu yang konsultan dari RS Hasan Sadikin. Jadi, cukup banyak. Belum lagi sekretariatnya. Itu karena yang kita handle cukup banyak 1.620 (subjek) dan itu mesti diperlakukan dengan sebaik mungkin.
Bagaimana mekanisme pemantauan 1.620 subjek?
Tiga hari sebelumnya mereka periksa darah, dicek kesehatannya. Kalau sehat, kita suntik. Setelah suntik dia (subjek) enggak boleh pulang dulu, diamati dulu. Minimal di situ dia 2 jam setelah suntikan pertama. Dilihat dulu 30 menit pertama, apakah ada reaksi yang enggak bagus, kita lihat reaksi lokal dan sistemis. Reaksi lokal, misalnya, bengkak, merah, tebal enggak tempat dia disuntik, juga apakah orang lemas atau tidak habis disuntik. Kalau enggak ada apa-apa, dia boleh pulang. Setelah itu, dalam tiga hari dan tujuh hari, petugas ada yang datang dan dia dikasih nomor telepon juga kalau ada apa-apa.
Pemantauannya tidak hanya melalui telepon, tapi juga ke rumah?
Iya, ke rumah. Lalu, 14 hari kemudian disuntik lagi yang kedua. Reaksi-reaksi yang kemarin ditanyakan lagi. Sampai hari ke-14 ditanyakan juga. Proses suntikan kedua juga sama, 30 menit pertama enggak boleh pulang sampai 2 jam, dilihat reaksinya lokal sistemis. Darahnya juga diambil lagi, dilihat.
Pascasuntik apakah mereka dapat beraktivitas seperti biasa lagi tanpa masker?
Tetap pakai masker, jaga jarak, mesti bersih kan tangan sering-sering. Sesudah itu, kalau habis bepergian, pulangnya. Seperti biasa. (X-10)
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Seiring dengan merebaknya kasus mpox, muncul banyak spekulasi yang menghubungkannya dengan vaksin covid-19.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved